MerahPutih.com - Dewan Keamanan PBB memproyeksikan pertumpahan darah akan segera terjadi di Myanmar, karena penumpasan terhadap protes anti-kudeta serta pertempuran di perbatasan dengan beberapa etnis di negara tersebut meningkat.
Utusan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Myanmar Christine Schraner Burgener mengatakan, militer yang merebut kekuasaan di Myanmar pada 1 Februari, tidak mampu mengelola negara itu, dan memperingatkan situasi di lapangan hanya akan memburuk.
Baca Juga:
Jokowi Serukan KTT ASEAN Selesaikan Krisis Myanmar
"Pertimbangkan semua alat yang tersedia untuk mengambil tindakan kolektif dan melakukan apa yang benar, apa yang layak diterima rakyat Myanmar dan mencegah bencana multidimensi di jantung Asia itu," katanya.
Dewan Keamanan diminta mempertimbangkan tindakan yang signifikan untuk membalik jalannya peristiwa kudeta tersebut, agar pertumpahan darah yang sudah dekat tidak terjadi.
Tercatat, sejak kudeta, setidaknya 521 warga sipil telah tewas dalam protes terhadap kudeta tersebut, 141 di antara mereka tewas pada Sabtu (27/3), menjadi hari paling berdarah dari kerusuhan penolakan terhadap kudeta.

Sementara itu, pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi disebut dalam kondisi sehat selama pertemuan melalui video pada Rabu (31/3).
"Amay (ibu) terlihat sehat, warna kulitnya bagus," kata Penacara Min Min Soe yang melakukan konferensi video untuk membahas kasus hukum yang dituduhkan kepadanya dikutip Antara.
Suu Kyi (75 tahun) ditangkap pada hari yang sama ketika militer merebut kekuasaan pada 1 Februari lalu. Ia menghadapi beberapa dakwaan, di antaranya adalah mengimpor enam radio genggam secara ilegal dan melanggar protokol penanganan virus corona serta menuduhnya melakukan penyuapan. (*)
Baca Juga:
Kemenlu Pastikan WNI di Myanmar Masih Aman