Sistem Sastra Harus Ikuti Zaman?

P Suryo RP Suryo R - Senin, 30 Mei 2022
Sistem Sastra Harus Ikuti Zaman?
Dalam dunia modern, sesuatu yang baik dan bagus, asalkan baru yang mengakibatkan sastra modern kebebasan. (Foto: freepik/freepik)

KARYA sastra merupakan realisasi sistem sastra, aktualisasi sastra. Dalam masyarakat modern, sastra semakin dilepaskan dari situasi komunikasi yang normal. Dalam berbagai sumber disebutkan bahwa sastra adalah tulisan, ecriture. Perkembangan sastra modern sangat dipengaruhi oleh perkembangan melek huruf.

Menurut sumber-sumber dunia sastra, dapat dikatakan bahwa secara umum yang menjadi kriteria nilai yang tertinggi dalam dunia yang modern adalah sesuatu yang baru. Semua baik dan bagus, asalkan baru.

Baca Juga:

Sastra Siber Berperan Penting dalam Melestarikan Bahasa

sastra
Mutu keindahan yang di masa lampau kelihatannya sudah cukup tegas sekarang sudah menjadi terlalu subjektif jika ingin dikenakan pada sastra modern. (Foto: freepik/freepik)

Inilah yang mengakibatkan sastra modern kebebasan dan kebutuhan para seniman untuk merombak sistem sastra jauh lebih besar dan radikal daripada zaman lampau. Sistem itu tidak jelas lagi, kabur dan kacau batasannya, demikian pula batas-batas jenis sastra.

Situasi ini menjadi semakin rumit lagi karena banyak pengarang yang menjadi ahli teori sastra dan begitu juga sebaliknya. Dimana-mana interaksi praktik sastra dan teori sastra semakin erat dan kuat. Akibatnya untuk penelitian teori sastra, para ahli teori barat makin tertarik pada pembaharuan dan penyimpangan. Lalu, teori harus disesuaikan dengan sistem sastra itu sendiri dan perkembangan zaman.

Definisi sastra itu sendiri makin banyak didiskusikan dan diperjuangkan, sebab tidak jelasnya batasan antara sastra dan bukan sastra. Mutu keindahan yang di masa lampau kelihatannya sudah cukup tegas, namun sekarang sudah menjadi terlalu subjektif jika ingin dikenakan pada sastra modern.

Kini, karya sastra berada dalam sistem era sastra siber, terpaksa kita sebagai pembaca bersedia untuk menafsirkannya dan memahaminya untuk mengetahui ciri kesastraannya. Kita lihat contoh sajak ini :

DOMPET HITAM
Dua penonton bioskop Ratih
Jumat malam
menemukan dompet hitam
di tempat duduk kelas dua
pada pertunjukan
petang hari.

Apakah puisi ini merupakan sajak yang baik menurut sistem sastra? Penulisannya sebagai sajak sudah cukup dalam kebudayaan tulisan kita untuk mendorong si pembaca untuk membacanya sebagai sajak, dengan memakai kemampuan konvensi.

Baca Juga:

Marga T, Kontribusi Penulis Keturunan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

sastra
Secara umum yang menjadi kriteria nilai yang tertinggi dalam dunia yang modern adalah sesuatu yang baru. (Foto: freepik/jcomp)

Sikap dan pendekatan dari para ahli sastra sudah tentu dibutuhkan. Situasi itu berarti bahwa ahli sastra tidak perlu lagi bekerja dengan peralatan teori yang ketinggalan zaman, yang hanya cocok untuk sastra masa lampau, yang tidak berharga lagi bagi sastra kontemporer (kini).

Teori perombakan teori lama berdasarkan penelitian sastra zaman ini juga ada akibatnya yang kurang memuaskan. Pertama-tama kita ingat masalah sastra kontemporer yang tidak bersifat merombak, walaupun soal itu hanya dapat disinggung sepintas.

Lalu, haruskah kita menilai bahwa prosa Umar Kayam atau N.H. Dini tidak bernilai karena tidak merombak sistem sastra konvensional?

Dalam masyarakat yang pluriform rupa-rupanya mungkinlah untuk menciptakan sastra yang pluriform pula, yang nilainya tidak hanya ditentukan oleh perombaknya. Tetapi dalam konteks sastra modern para pembaharu atau para perombaklah yang menarik minat besar dari para ahli teori sastra dan pengeritik sastra yang juga cukup maju orientasinya.

Situasi ini jelas sudah terdapat di Indonesia dan runyam. Tetapi kritik sastra yang diperlukan dalam masyarakat ini juga tidak pluriform, walaupun untuk seorang kritikus individual. Apalagi dalam sastra siber, segala halnya menjadi mudah dan tidak tersaring. Termasuk untuk mendapatkan sebuah kritik. (DGS)

Baca Juga:

Menengok ke Timur, Mengenal Sastrawan dari Luar Jawa

#Lipsus Mei Sastra
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan