Sikap Orang Tua Seperti Ini Buat Anak Beralih ke Gadget

KaptenKapten - Sabtu, 08 Juli 2017
Sikap Orang Tua Seperti Ini Buat Anak Beralih ke Gadget
Anak-anak bermain gadget di setiap waktu bisa jadi karena sikap orang tua. (Foto: pexels.com/gadget))

Tidak seperti yang dijumpai di era 90-an dan sebelumnya, anak masa kini cenderung lebih aktif dengan gawai (gadget). Walau bermain memang sudah seharusnya menjadi kegiatan pokok anak-anak, tetapi mereka perlu diajarkan untuk bermain di luar, berinteraksi dengan orang lain.

Biarkan mereka leluasa bermain bersama teman-teman sebayanya. Dari situ mereka akan belajar banyak hal, seperti interaksi sosial, kreativitas, memecahkan masalah, dan mengembangkan karakter. Anak memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri. Dengan catatan, orang tua sudah menanamkan dasar-dasar yang baik, dan terus membimbing anak dalam perkembangannya.

Bermain gim (game) di gawai tidak masalah, asal seimbang dan untuk tujuan yang mendidik. Jiwa sosial anak akan terkikis tanpa disadari jika terus bermain gawai karena jarang berkontak langsung dengan sekitarnya. Hal ini bukan murni kesalahan anak, melainkan ada peranan orang tua. Di samping masalah kontrol, sikap orang tua terhadap anak juga bisa membuat anak justru memilih gawai sebagai pelarian. Berikut di antaranya.

1. Ketakutan orang tua

Sikap orang tua yang over protektif membuat anak kurang percaya diri. Melindungi anak perlu, tetapi sering melarang anak akan menghambat perkembangannya. Orang tua yang selalu melarang terkesan tidak percaya kepada anaknya.

Anak pun menjadi tidak percaya kepada dirinya sendiri, bingung karena banyak larangan, serta menjadi ragu dan takut dalam bertindak atau memutuskan sesuatu. Akibatnya, anak mengambil cara "mudah" dan "aman", yaitu berlari ke gawai.

2. Pemahaman orang tua terhadap nilai

Keyakinan yang dimiliki orang tua tentu berpengaruh terhadap anak. Orang tua kerap kali menakut-nakuti anak agar mereka tidak berbuat hal yang tidak diinginkan orang tua. Misalnya Anda mengatakan, "Jangan ke sana, ada hantu," atau, "Anak laki-laki main bola, bukan main masak-masakan."

Mitos dan stereotip yang kurang tepat ditanamkan kepada anak. Hal ini akan membatasi anak dalam mengeksplorasi sesuatu, membuat mereka mudah menyerah sebelum mencoba, bahkan berpikiran sempit terhadap sesuatu hal. Bukan tidak mungkin mereka berlari ke gawai karena dunia luar tidak lagi ramah bagi mereka. Hanya di gawailah mereka bisa memuaskan imajinasi mereka.

3. Ego orang tua terhadap anak

Tidak jarang orang tua membatasi ruang gerak anak karena hal yang menurut mereka tidak perlu, namun sebenarnya diperlukan bagi anak. Misal, ketika anak melihat kuda dan rasa ingin tahunya muncul, Anda mengatakan, "Jangan dekat-dekat kuda, bau." Atau, saat ada di taman bermain, Anda mengatakan "Kamu enggak usah mainan pasir, nanti kotor."

Pertanyaannya, apakah batasan-batasan itu membuat anak Anda lebih maju, atau Anda hanya tidak ingin repot? Anak perlu belajar tidak hanya dari buku dan sekolah, tetapi juga dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Akibatnya, seperti pada poin nomor 2, mereka beralih ke gawai, karena dari situ mereka dapat "menyentuh" kuda, "bermain" dengan pasir, dan hal-hal yang Anda batasi saat mereka bermain di luar. (Bing)

Baca juga berita terkait: "Gadget" Picu Mata Kering Pada Anak.

#Tips Keluarga #Tips #Anak-anak #Ibu Dan Anak #Anak Pintar
Bagikan
Ditulis Oleh

Kapten

Kapten Merah Putih
Bagikan