Siapa Sangka, Pria yang Hobi Selingkuh Punya IQ Jongkok

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 14 September 2017
Siapa Sangka, Pria yang Hobi Selingkuh Punya IQ Jongkok
Ilustrasi. (Foto:pixabay)

PENELITIAN menunjukkan bahwa para pria tukang selingkuh memiliki IQ yang lebih jongkok daripada pria yang setia dengan pasangan. Mereka menunjukkan kebodohannya hanya dengan bersikap tidak setia.

Alasan selingkuh

Perbedaan sistem kimia dan genetika dalam otak memberikan alasan kuat mengapa beberapa suami selingkuh lebih umum daripada yang lain.

Penelitian menunjukkan bahwa pada pria yang doyan selingkuh, sensasi deg-degan campur bahagia karena tidak (atau belum) ketahuan selingkuh malah semakin memotivasi mereka untuk melakukan hal tersebut.

Pria-pria itu mengalami dorongan dopamin (zat kimia dalam otak yang memengaruhi emosi, tindakan, dan kesenangan serta rasa sakit) dan adrenalin saat terlibat dalam perilaku yang kurang etis, seperti perselingkuhan.

Alasan lain, pria merupakan mahkluk yang serbapraktis. Motivasi utama mereka untuk terlibat dalam sebuah hubungan romantis ialah untuk mendapatkan kepuasan seksual. Ini sebabnya salah satu alasan klasik pria yang berselingkuh ialah untuk memperoleh pengalaman seks dan orgasme yang lebih baik daripada pasangannya saat ini.

Hubungan selingkuh dan IQ

Satoshi Kanazawa, seorang psikolog evolusioner dari London School of Economics and Political Science, mengatakan bahwa semakin cerdas seorang pria, akan semakin kecil kemungkinan ia akan berselingkuh dari pasangannya. Itu disebabkan, para pria yang memiliki IQ tinggi lebih menghargai aspek ekslusivitas seksual dan hubungan monogami daripada mereka yang hobi selingkuh.

Kanazawa berteori bahwa hubungan antara kecerdasan laki-laki dan kecenderungannya untuk berselingkuh berakar dari perkembangan evolusi manusia. Di zaman prasejarah, seks hanya dianggap sebagai kebutuhan biologis murni untuk menghasilkan keturunan sebanyak-banyaknya. Monogami di zaman kuno tidak akan memberikan banyak keuntungan bagi kelangsungan keturunan si pria, karena memiliki istri cukup satu tidak dapat memastikan si kepala keluarga untuk memiliki anak, jika dilihat dari proses persalinan anak yang masih cukup tertinggal.

Kemampuan untuk setia menjalani hubungan monogamis dinilai tim peneliti sebagai tonggak peradaban manusia modern yang menandakan manusia sudah lebih berkembang dan lebih cerdas. Orang-orang yang cerdas akan bersikap lebih terbuka terhadap ide-ide dan pemikiran baru.

Laki-laki yang cerdas memahami benar bahwa untuk melestarikan garis keturunan dan mendapatkan kepuasan seks tidak lagi harus lewat berpoligami atau mencari perempuan lain, karena jumlah populasi wanita dan juga angka harapan hidup anak yang tentunya semakin meningkat ketimbang saat zaman prasejarah.

Selain itu, pria yang selingkuh dianggap gagal untuk beradaptasi dengan evolusi manusia modern. Ketika terbutakan oleh nafsu, gairah seksual membuat pria jadi memiliki kurang kontrol diri.

Laki-laki juga dilaporkan menunjukkan kecenderungan impulsif dan kemauan yang lebih besar untuk membuat keputusan berisiko, seperti untuk berselingkuh. Ini yang membuat pria 'kurang cerdas' mungkin cenderung lebih cuek tentang dampak kerusakan yang mungkin timbul dari perselingkuhannya sehingga mereka mampu mengesampingkan rasa bersalah.

Menariknya lagi, menurut teori Kanazawa, hubungan antara kesetiaan dan kualitas kecerdasan tidak berlaku untuk perempuan. Itu disebabkan kaum Hawa akan selalu diharapkan untuk setia kepada satu pasangan — bahkan dalam masyarakat poligami sekalipun.(*)

Sumber: hellosehat

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan