Setelah Pemilu, Oposisi Perlu Dibangun

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 18 Februari 2024
Setelah Pemilu, Oposisi Perlu Dibangun

Pemerhati politik sebut Indonesia perlu membentuk oposisi setelah Pemilu 2024.(foto: ANTARA/Naufal Ammar)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MERAHPUTIH.COM - MASYARAKAT Indonesia perlu berorganisasi membangun kekuatan lebih daripada sekadar demonstrasi massa setelah kemenangan paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka versi hitung cepat dalam Pilpres 2024.

Demikian disampaikan peneliti politik asal Australia, Max Lane. Menurutnya, hal itu penting, guna mengimbangi konsolidasi rezim oligarki dan dinasti yang selama ini memanfaatkan ruang demokrasi setelah pemerintahan Presiden Suharto. “Demokrasi di Indonesia menyempit karena ada kekuatan untuk menyempitkan dan mereka mau menggunakannya,” kata Lane dalam diskusi publik bertajuk Masa Depan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Pascapemilu, di Jakarta, Sabtu (17/2).

BACA JUGA:

FX Rudy Dukung PDIP Oposisi

Lane menerangkan masa 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpengaruh kuat pada penyempitan ruang demokrasi karena Indonesia sama sekali tidak memiliki kelompok oposisi yang kuat, termasuk di DPR RI. Prabowo Subianto yang pada Pemilihan Presiden 2019 melawan Jokowi akhirnya bergabung dalam kabinet menjadi menteri pertahanan.

Salah satu yang juga menjadi sorotan ialah saat mantan aktivis 1990-an, seperti Budiman Sudjatmiko, menyeberang ke kubu Prabowo, orang yang dianggap bertanggung jawab dalam penculikan para aktivis prodemokrasi. “Tidak ada oposisi dan mereka semua satu visi,” ungkap Lane.

Menurut Lane, Indonesia harus memanfaatkan ruang demokrasi secara maksimal seperti negara-negara demokrasi di dunia. Masyarakat perlu segera membangun kekuatan politik alternatif atau gerakan opisisi yang bisa mengimbangi jalannya pemerintahan yang akan datang.

“Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jokowi ialah orang merawat satu sistem yang membawa ketimpangan demokrasi. Saat ini, Prabowo yang akan merawat sistem itu. Dari hal itu harus berjuang merebut pemerintahan. Jangan berharap mengubah Indonesia kalau tidak kerja keras dan sanggup berkorban. Itu the truth, jangan mengharap perubahan kalau tidak melakukan itu,” tegasnya.

Hal yang sama disoroti Deputi Direktur Amensty International Indonesia, Wirya Adiwena. Ia khawatir hasil Pemilu 2024 melanggengkan impunitas dan menguatkan konsolidasi kekuatan politik yang dibangun Jokowi. "Kalau Prabowo-Gibran pasti melanjutkan program Jokowi,” ujar Wiradi.

Pola kekuasaan yang dipraktikkan rezim saat ini, menurut dia, tidak hanya menciptakan impunitas, tetapi juga melahirkan kasus baru kekerasan HAM. Berdasarkan catatan Amnesty International, selama lima tahun terakhir terdapat 93 kasus kekerasan dan kriminalisasi terhadap pembela HAM. "Kasus kekerasan fisik dan intimidasi pembela HAM terjadi,” imbuhnya.

Puluhan kasus tersebut antara lain terjadi dalam unjuk rasa penolakan Omnibus Law, Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada Januari 2020 lalu, dan tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, yang mengakibatkan 130 lebih korban meninggal.

“Kekerasan berlebihan oleh aparat. Pentungan dan penggunaan gas air mata terhadap seseorang yang tidak berbuat apa-apa. Kekerasan berlebihan digunakan terhadap orang kritis,” ujarnya.

Apabila Prabowo dan Gibran terpilih sebagai presiden dan wakil presiden 2024-2029, Wirya memprediksi ruang kebebasan sipil kian menyempit. Meski begitu, ia berharap masyarakat tetap bersuara lantang mengkritik pemerintahan. "Kebebasan sipil dibutuhkan untuk iklim yang sehat di suatu negara. Ini membuat saya berharap. Bagaimana kantong kepedulian demokrasi ini tidak berhenti pada diskusi dan aksi,” ujarnya.

Sementara itu, peneliti politik internasional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irine Hiraswari Gayatri menilai pelanggengan kekerasan dan penyempitan ruang demokrasi tak terlepas dari kekuatan oligarki yang kini menduduki pemerintahan dan legislatif. “Apakah akan ada ada kontrol terhadap oligarki? Ini melanjutkan apa yang sudah dilakukan Jokowi,” ujarnya.

Ia sependapat dengan Lane yang menyebut bahwa kekuatan masyarakat sipil perlu dibangun agar dapat merebut ruang demokrasi yang kini dimanfaatkan peguasa. "Kita harus rebut ruang kebebasan sipil,” tegasnya.(Pon)

BACA JUGA:

Benny K Harman: Apakah Pak Mahfud Sudah Jadi Bagian Oposisi Pemerintahan?

#Pemilu
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
KPU Batalkan Aturan Kerahasiaan 16 Dokumen Syarat Capres-Cawapres, Termasuk Soal Ijazah
Keputusan pembatalan itu dilakukan setelah KPU telah berkoordinasi dengan sejumlah lembaga negara lainnya.
Wisnu Cipto - Selasa, 16 September 2025
KPU Batalkan Aturan Kerahasiaan 16 Dokumen Syarat Capres-Cawapres, Termasuk Soal Ijazah
Indonesia
KPU Tutup Akses Dokumen Capres-Cawapres, DPR Ibaratkan Beli Kucing dalam Karung
Pejabat publik harus berani tampil terbuka termasuk riwayat hidupnya.
Dwi Astarini - Selasa, 16 September 2025
KPU Tutup Akses Dokumen Capres-Cawapres, DPR Ibaratkan Beli Kucing dalam Karung
Indonesia
KPU Tepis Rumor Penyembunyian Ijazah Sengaja untuk Lindungi Capres/Cawapres
Aturan itu menyesuaikan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.
Dwi Astarini - Selasa, 16 September 2025
KPU Tepis Rumor Penyembunyian Ijazah Sengaja untuk Lindungi Capres/Cawapres
Indonesia
16 Dokumen Syarat Pendaftaran Capres-Wawapres Tertutup Bagi Publik, Termasuk Fotokopi Ijazah
Keputusan KPU tersebut sejalan dengan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 15 September 2025
16 Dokumen Syarat Pendaftaran Capres-Wawapres Tertutup Bagi Publik, Termasuk Fotokopi Ijazah
Indonesia
Golkar Usulkan Perubahan Sistem Pemilu, Ingin Lahirkan Budaya Politik Baru
pemilu seharusnya melahirkan budaya politik baru, di mana rakyat tidak lagi menjadi penonton, tetapi aktor utama dalam menentukan arah bangsa.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 15 September 2025
Golkar Usulkan Perubahan Sistem Pemilu, Ingin Lahirkan Budaya Politik Baru
Indonesia
Politik Thailand Kembali Bergejolak, PM Sementara Ajukan Pembubaran Parlemen dan Pemilu Baru
Keputusan itu diambil karena situasi yang tidak lazim terkait pencalonan perdana menteri setelah pengunduran diri Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra berdasarkan perintah pengadilan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 04 September 2025
Politik Thailand Kembali Bergejolak, PM Sementara Ajukan Pembubaran Parlemen dan Pemilu Baru
Indonesia
Tutup Rakernas, Surya Paloh Targetkan NasDem Masuk 3 Besar Pemilu 2029
Surya Paloh mengingatkan ribuan kader NasDem yang hadir bahwa soliditas internal adalah pondasi kemenangan di pemilu mendatang.
Wisnu Cipto - Senin, 11 Agustus 2025
Tutup Rakernas, Surya Paloh Targetkan NasDem Masuk 3 Besar Pemilu 2029
Indonesia
NasDem Siap Tantang Partai Besar, Punya Strategi Khusus Rebut Tiga Besar Pemilu 2029
Partai NasDem mengalami tren kenaikan suara sejak pertama kali ikut pemilu pada 2014
Angga Yudha Pratama - Minggu, 10 Agustus 2025
NasDem Siap Tantang Partai Besar, Punya Strategi Khusus Rebut Tiga Besar Pemilu 2029
Indonesia
DPR Mulai Bahas Pilihan Alternatif Model Pilkada, Usulan PKB Gubernur Ditunjuk Presiden Belum Ada Yang Nolak
argumentasi gubernur ditunjuk oleh Presiden tidak terlepas dari konsep dekonsentrasi di mana pemerintah provinsi hakikatnya merupakan wakil pemerintah pusat.
Alwan Ridha Ramdani - Sabtu, 02 Agustus 2025
DPR Mulai Bahas Pilihan Alternatif Model Pilkada, Usulan PKB Gubernur Ditunjuk Presiden Belum Ada Yang Nolak
Indonesia
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar
Dalam perintah itu disebutkan bahwa kewenangan sipil di distrik-distrik terdampak akan dialihkan kepada komando unit dan formasi militer selama periode 90 hari.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 01 Agustus 2025
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar
Bagikan