'Serudukan' Oposisi Bantu Tingkatkan Elektabilitas Jokowi

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Selasa, 24 April 2018
'Serudukan' Oposisi Bantu Tingkatkan Elektabilitas Jokowi
Presiden Jokowi (tengah) berjabat tangan dengan Ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) disaksikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) ANTARA FOTO/Yulius Satria Wija

MerahPutih.com - Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan. Sementara elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi penantang terkuat petahana justru mengalami penurunan.

Dalam survei tersebut, responden yang memilih Jokowi apabila pilpres digelar saat ini mencapai 55,9 persen. Angka itu meningkat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya, elektabilitas Jokowi masih 46,3 persen.

Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen, turun dari hasil survei enam bulan lalu yang merekam angka 18,2 persen.

Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Paraera angkat bicara menanggapi hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei Litbang Kompas sejalan dan signifikan dengan kinerja yang ditunjukan oleh tokoh-tokoh nasional tersebut.

jokowi pabrik bulu mata

Presiden Jokowi saat berkunjung ke pabrik bulu mata dan rambut palsu milik PT Boyang Industrial di Purbalingga, Jawa Tengah. Foto:KSP.

“Tidak mengejutkan calon petahana melaju sendiri melampaui calon-calon lain karena memang selama ini Presiden mendominasi karya dan prestasi kerjanya di republik ini,” kata Andreas dalam keterangan resmi yang diterima MerahPutih.com, Selasa (24/4).

Kata Andreas, tokoh oposisi yang diharapkan muncul dari partai-partai di luar pemerintahan tidak memainkan peran dengan baik, karena cenderung “menyeruduk” atau menyerang pemerintah secara membabi buta tanpa argumentasi yang jelas.

“Hasil ini paling tidak refleksi aspirasi masyarakat sementara ini. Kelihatan apabila situasi berjalan tetap elektabilitas Jokowi dalam tiga bulan, enam bulan, bahkan setahun ke depan akan meningkat terus melampaui 60%. Sehingga relatif aman menuju Pilpres 2019,” ujarnya.

Menurut Andreas, tantangan terberat Jokowi ke depan bukan pada Capres penantang. Pasalnya, tidak ada satu tokoh nasional pun saat ini yang mempunyai kinerja atau pernah mempunyai kinerja yang menjadi modal sosial, selain Jokowi.

“Lawan Jokowi pada masa yang akan datang adalah isu, rumors atau slogan-slogan black campaign yang diarahkan pada diri Jokowi. Situasi ini yang kita hadapi dalam peta politik nasional saat ini adalah Jokowi sedang “shadow boxing” menghadapi politik identitas dan populisme,”

Sementara, bagi Gerindra, survei Litbang Kompas tersebut harus disikapi dengan kritis. Pasalnya, masih banyak rakyat kecil yang mengeluhkan kinerja Jokowi.

“Saya keliling pasar-pasar, bertanya ke rakyat kecil bagaimana pandangan mereka terhadap Jokowi yang "merakyat" dan senang blusukan ke pasar-pasar. Jawabannya, buat apa sering blusukan ke pasar kalau harga barang-barang di pasar naik terus dan mahal,” kata Ketua DPP Partai Gerindra Sodik Mujahid.

Prabowo Subianto
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) bersiap menghadiri Rapat di DPP Gerindra Jakarta ( ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Menurut Sodik, tidak adil jika Andreas membandingkan kerja Jokowi dengan para penantangnya. Mengingat, sebagai petahana Jokowi memiliki infrastruktur kekuasaan yang memadai untuk bekerja lebih banyak dan lebih baik.

“Nah angka untuk seorang petahana ini masih kecil, apalagi jika kinerjanya seperti ini terus maka akan merosot bukan naik. Penantang yang lain bukan pada posisi presiden, jadi tidak fair dibandingkan dengan presiden yang full kuasa dan fasilitas. Bandingkan lah jokowi dengan presiden-presiden sebelumnya,” tegasnya.

Sodik menyebut, meskipun bukan sebagai petahana dan tidak berada di puncak kekuasaan para penantang Jokowi seperti Prabowo Subianto, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra sudah memiliki prestasi.

“Mereka tidak menyeruduk pemerintah tanpa argumentasi justru dengan karya-karya dan argumentasi serta fakta yang membuat Jokowi makin gugup. Jokowi keder sehingga membuat kebijakan dan tindakan yang aneh seperti naik motor pake jeans koboi, naik motor ujan-ujanan dan lain-lain,” pungkasnya. (Pon)

#Pilpres 2019 #Jokowi #Prabowo
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan