Serba-Serbi Netizen Tolak Harga Rokok Rp50 Ribu

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Minggu, 21 Agustus 2016
Serba-Serbi Netizen Tolak Harga Rokok Rp50 Ribu
Wacana rokok Rp50 ribu. (Foto: Twitter)

MerahPutih Berita Tekno - Wacana kenaikan harga rokok per bungkus Rp50 ribu membuat ramai se-Indonesia. Tak terkecuali di dunia maya. Netizen pendukung dan penolak wacana tersebut saling adu argumen.

Entah angin apa yang sedang bertiup di negeri ini. Setelah Hari Kemerdekaan wacana ini kemudian mencuat. Tidak diketahui secara pasti awal keramaian ini dimulai. Namun, beberapa anggota DPR juga telah angkat bicara tentang wacana rokok sebungkus Rp50 ribu ini setelah diwawancarai wartawan.

"Saya mendukung pemerintah menaikkan harga rokok Rp50 ribu, Rp100 ribu sampe Rp500 ribu pun aku dukung. Biar populasi penyebar polusi pada insaf," kata salah satu pengguna Twitter.

Tapi jangan salah, wacana ini tak melulu milik para pendukung harga rokok sebungkus Rp50 ribu. Tak sedikit yang menolak keras. Tak diketahui pastinya para penolak ini mengusung para petani tembakau, pedagang atau industri rokok, atau menolak dengan pertimbangan takut "asem" setelah makan.

Setelah wacana rokok sebungkus Rp50 ribu bergulir beberapa hari ini, banyak pihak buka pendapat. Belakangan, muncul daftar harga rokok mencapai Rp51 ribu bahkan Rp100 ribu. Ada yang menilai harga itu muncul bukan dari para perokok, harganya amburadul tak kenal daftar harga rokok saat ini.

Salah satu netizen ini jelas mengerti bagaimana tingkah polah para perkok. "Pikirannya ke mana kali NEGARA masa rokok semahal itu, terus kalau habis makan yang sudah biasa ngerokok gimana itu? PIKIR."

Para perokok di Indonesia memang besar bahkan disebut terbesar di dunia. Rokok di Indonesia juga menyasar anak-anak. Media barat juga menyoroti bagaimana iklan-iklan rokok di Indonesia sangat masif hingga ditemui di pinggiran gedung sekolah. Belakangan ada pemberitaan tentang para pekerja di industri rokok rumahan yang masih di bawah umur.

Soal perokok anak kecil, masih ingat kan seorang bocah balita bernama Ardi merokok habis 40 batang sehari? Itu juga ada di Indonesia. Tapi tidak setuju tetap tidak setuju apa pun alasannya. Di media sosial, tranding topic hastag #TolakHargaRokok50Ribu cukup menunjukkan bagaimanan geramnya sebagian netizen soal wacana ini.

"Saya memang setuju karena rokok memang membahayakan. Tapi di sisi lain tidak setuju karena pasti bakal banyak kasus pencurian," kata salah seorang netizen. Soal rokok jadi barang mewah, penulis dan penyanyi Pidi Baiq juga angkat bicara. Katanya, nanti yang merokok malah jadi keren karena dibilang banyak uang.

Di Twitter, sempat tranding juga hastag #KamiTidakPanik untuk kenaikan rokok. Tak ditelusuri dari mana hastag ini berawal, yang jelas para pengikutnya banyak.

"Wah rokok mahal sekali yah?" kata salah satu netizen kemudian.

Netizen yang lebih ekstrem membawa sejarah. Mematikan rokok, katanya, berarti menginjak-injak sejarah. "Taukah anda bagaimana cara Bung Karno bernegoisasi?" sambil memperlihatkan foto Presiden Soekarno sedang merokok bersama Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.

Bung Karno memang pernah bilang bahwa Indonesia adalah negara kretek. Perkataan Bung Karno itu menyiratkan bahwa petani tembakau Indonesia sangat banyak dan kretek Indonesia menjadi yang terbaik di dunia.

Soal wacana rokok sebungkus Rp50 ribu ini, yang jelas selalu ada kenaikan setiap waktu. Bagi para perokok, harga rokok yang merangkak naik ini terasa meski hanya seribu dua ribu perbungkus, atau ratusan rupiah per batang.

Kalau memang rokok sebungkus Rp50 ribu, sebaiknya merokok cukup satu batang berdua. Gus Dur pun pernah melakukan itu. Cerita legendaris Gus Dur membawa lari rokok kyainya itu tak akan pernah ada jika waktu itu rokok dijual sangat murah.

BACA JUGA:

  1. Ini yang Bakal Terjadi Jika Harga Rokok Naik
  2. Beredar, Harga Rokok yang Bikin Jidat Mengkerut
  3. Harga Rokok Rp50.000/bungkus, Ini Ekspresi Kritis dan Kocak Netizen
  4. Harga Rokok Rp50 Ribu, Apa Kata Para Perokok Berat?
  5. Heboh Wacana Rokok Sebungkus Rp50 Ribu
#Harga Rokok Naik
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan