MerahPutih.com - Kementerian ESDM terus memonitor pergerakan harga minyak dunia akibat dampak dari serangan Rusia ke Ukraina, mengingat sebagian minyak mentah dan bahan bakar minyak Indonesia masih impor.
Tindakan Rusia yang melancarkan operasi militer khusus ini, bisa menimbulkan dampak signifikan terhadap berbagai komoditas dunia, termasuk minyak mentah Indonesia.
Baca Juga:
Ukraina Darurat Militer, Kemlu Minta 138 WNI Kumpul di KBRI Kiev
Tercatat, harga minyak mentah Indonesia atau ICP yang sejak awal pandemi seharga USD 20 dolar per barel (April 2020), kini telah meningkat sebanyak empat kali lipat mencapai USD 85,9 per barel pada bulan Januari 2022.
"Asumsi ICP dalam APBN 2022 hanya sebesar 63 dolar AS per barel. Tren akan makin meningkat setelah konflik terbaru Rusia dan Ukraina," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Kamis (24/2).
Agung mengatakan, harga minyak pada hari Kamis (24/2) kian melambung, salah satunya harga minyak Brent yang kini sudah menembus di atas 100 dolar AS per barel.
Selama 6 bulan terakhir, harga minyak Indonesia menunjukkan tren kenaikan, mulai Agustus 2021 sebesar USD 67,8 per barel dan terus meningkat setiap bulannya hingga Januari 2022 yang menyentuh harga USD 85,9 per barel.
"Ini terus kami monitor dan perlu menjadi perhatian semua pihak," kata Agung.

Sementara itu, harga-harga komoditas global melonjak ke level tertinggi secara spontan meskipun aliran ekspor minyak, gas, biji-bijian dan logam Rusia ke Barat stabil.
Harga minyak naik di atas USD 100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Lalu, harga aluminium ke rekor tertinggi USD 3.449 per ton, naik 21 persen sepanjang tahun ini.
Sementara harga gas Inggris dan Belanda naik 30 persen-40 persen dan gandum berjangka di Chicago melonjak ke level tertinggi 9,5 tahun
Rusia memasok 10 persen minyak global, sepertiga gas Eropa dan, bersama dengan Ukraina, menyumbang 29 persen ekspor gandum global dan 80 persen minyak bunga matahari serta 19 persen ekspor jagung.
Baca Juga:
Dubes Ukraina Sebut Rusia Sudah Lakukan Propaganda Sejak Puluhan Tahun Lalu