KEJAHATAN siber akan merajalela di 2022. Pelaku ancaman siber tahun ini diprediksi melakukan serangan ransomware pada jaringan server dan layanan terbuka. Menurut peneliti Trend Micro, hal ini bisa terjadi lantaran banyaknya pegawai yang masih menerapkan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah.
Menurut laporan prediksi dari Trend Micro tersebut, kerentanan akan diperkuat dalam waktu singkat, serta dipadukan dengan privilege escalation bugs, untuk menghasilkan kampanye yang sukses.
Baca Juga:
Rumah Sakit Ini Terpaksa Tolak Pasien Karena Serangan Ransomware
"Beberapa tahun terakhir ini merupakan masa yang sulit bagi tim keamanan siber dengan sistem bekerja dari rumah yang menimbulkan disrupsi dan tantangan meningkatnya serangan terhadap perusahaan," jelas Country Manager Indonesia di Trend Micro, Laksana Budiwiyono seperti yang dikutip dari laman Antara.

Budi menambahkan dengan mulai diterapkannya sistem bekerja secara hibrida, ditambah situasi yang mulai membaik, sejumlah pemimpin keamanan bisa merencanakan strategi kuat untuk menutup celah keamanan. Hal itu bertujuan agar penjahat siber harus bekerja lebih keras.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa sistem IoT, rantai pasokan global, lingkungan cloud, dan fungsi DevOps akan menjadi target sasaran. Komoditas malware strains yang lebih canggih diprediksi akan menargetkan UKM.
Tapi, Trend Micro memperkirakan sejumlah perusahaan akan siap menghadapi tantangan, serta membangun dan menerapkan strategi jitu guna mengurangi risiko yang muncul. Strategi yang dilakukan bisa dengan berbagai cara. Seperti memperkuat server, serta menerapkan kebijakan pengendalian aplikasi untuk mengatasi ransomware.
Baca Juga:

Ransomware merupakan jenis malware dari cryptovirology yang mengancam mempublikasikan data pribadi korban, atau terus-menerus memblokir akses, kecuali uang tebusan sudah dibayarkan.
Strategi lainnya yakni melakukan patching berbasis risiko dan kewaspadaan tinggi. Cara ini akan menemukan celah keamanan, meningkatkan proteksi dasar di antara UKM berbasis cloud, serta memonitor jaringan untuk mendapat visibilitas yang lebih luas ke lingkungan IoT.
Kemudian, menerapkan Prinsip Zero Trust untuk mengamankan supply chain internasional, keamanan cloud yang berfokus pada risiko DevOps dan best practice di industri, serta Extended Detection and Response (XDR) untuk mengidentifikasi serangan di seluruh jaringan. (ryn)
Baca Juga:
Terdapat 'Celah' Pada Tiktok yang Bisa dimanfaatkan oleh Peretas