Seperti Apa Karakteristik Rumah Milenial?

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 21 Maret 2020
Seperti Apa Karakteristik Rumah Milenial?
Karakteristik rumah milenial (Foto: Pexels/Jessica Bryant)

SORE itu angin sepoi-sepoi memenuhi ruang keluarga. Sara Sulaksono, empunya rumah sangat menikmati suasana nyaman itu sambil bersantai di atas sofa. Jari jemarinya juga tak berhenti mengusap layar ponselnya untuk berselancar di dunia maya. Begitulah ritual yang dilakukan Sara jika hari sudah menjelang sore di hari minggu.

Area ruang keluarga rumah orang tua perempuan 26 tahun itu memang nyaman dan unik. Bagian langit-langitnya bisa dibuka-tutup. Dengan begitu, cahaya matahari dan udara segar masuk, membuat ruangan seisi rumah mendapatkan udara dan penerangan alami.

Baca juga:

Boleh Enggak Sih Mengkhayal Punya Kantor Seasyik Ini!

Sara mengaku, kelak di masa depan ingin bisa memiliki rumah impian seperti itu, menyehatkan karena memiliki sistem sirkulasi udara alami. "Pengin nanti punya rumah di daerah Bogor, karena sejuk dan gak crowded kayak di Jakarta," ujarnya saat dihubungi merahputih.com.

Bagi Sara, rumah impiannya tidak perlu yang luas bak istana. Rumah tipe 60 sudah cukup untuk menjadi tempat berteduh. Yang penting, rumahnya memiliki sirkulasi udara alami seperti rumah orang tuanya yang berada di kawasan Tangerang.

Rumah tipe 60 mungkin memang agak sempit untuk keluarga besar. Namun, Sara tidak memusingkan hal itu. Bagi dia, memiliki rumah sendiri sudah lebih dari cukup. Apalagi sekarang dia masih melajang. Seperti apapun rumahnya, bagi Sara tetap home sweet home.

Masalah nantinya ia akan berkeluarga, asalkan bisa menabung, rumah kecilnya nanti bisa direnovasi. "Ya nanti kalau aku udah punya anak, bisa aku bikin jadi dua lantai, atau beli lagi tanah di sebelah rumahku," lanjut Sara

Bagi kaum milenial seperti Sara, punya rumah besar nan luas memang sulit. Penghasilan menjadi faktor terbesarnya. Gaji atau penghasilan anak milenial tidak besar karena masih merintis karier dari bawah.

Namun, hal ini membuat milenial menjadi kreatif. Arsitek ternama Sigit Kusumawijaya mengatakan, sesuai kemampuannya, milenial membeli rumah dengan harga terjangkau, yaitu tipe 45 dan 60 yang ada di pinggiran kota. Pilihan lainnya bisa dengan menyewa apartemen.

Walau luas bangunan tidak terlalu besar pada kedua tipe rumah itu, kaum milenial kreatif dalam menata rumah. Mereka memanfaatkan furnitur minimalis agar tidak menimbulkan kesan ruangan rumah yang sempit. "Dengan kemampuan mereka, akhirnya terciptalah kreativitas," papar Sigit saat dihubungi merahputih.com.

Furnitur minimalis kata Sigit, menjadi pilihan kaum milenial karena bentuknya yang simple. Contohnya seperti lemari. Desain lemari minimalis tidak memiliki ornamen yang tidak diperlukan. "Tahun 90-an lemari ada ukiran-ukiran. Tapi anak muda sekarang sukanya (lemari) yang 'lurus-lurus' (desainnya)," tambah arsitek lulusan Delft University of Technology itu.

Ruangan pada rumah minimalis bisa multifungsi (Foto: Pexels/Pixabay)

Selain itu, lanjut Sigit, kaum milenial kerap menerapkan konsep compact desain pada hunian mereka. Konsep tersebut artinya simple dan praktis. Konsep ini biasanya diterapkan karena ruangan area dalam rumah yang tidak luas.

Kreativitas pun akhirnya kembali terlihat pada konsep compact design. Misalnya seperti tempat tidur. Agar tidak membuat kamar tidur terlihat sempit, tempat tidur disulap menjadi multifungsi. "Kalau tempat tidur, bagian bawahnya bisa jadi rak," imbuh Sigit.

Tidak hanya itu, pada konsep compact design, kaum milenial juga memanfaatkan konstruksi seperti tangga menuju lantai dua. Bagian bawah tangga masih bisa dimanfaatkan untuk membangun gudang kecil.

Sigit juga menuturkan rumah tipe 45 dan 60 biasanya hanya memiliki dua kamar. Untuk memaksimalkan pemakaian ruangan, letak kamar ada di lantai dua. Bagi milenial berkeluarga yang ingin memakai jasa asisten rumah tangga, bisa membangun kamar ART di lantai satu. "dua lantai juga kebutuhan, lantai dua biasanya langsung kamar," papar Sigit.

Sama seperti yang diinginkan Sara, menurut Pendiri komunitas Belajar Desain itu, sebuah hunian harus memiliki sirkulasi udara demi kesehatan penghuninya. Caranya mudah, dengan menghilangkan sekat pada ruangan.

Baca juga:

Kunci Kebahagiaan di Tempat Kerja Ala Pegawai Junior dan Senior

Sekat tidak terlalu diperlukan untuk menciptakan rumah minimalis. Misalnya untuk ruang keluarga dan ruang makan. Menurut Sigit, kedua ruangan tersebut bisa berada dalam satu area. Tanpa adanya sekat, udara pun dapat mengalir lancar di seluruh bagian-bagian rumah.

"Milenial semakin sadar 'sehat'nya rumah itu penting. Udara akan mengalir bebas tanpa sekat. Jadi tidak perlu ada sekat," urainya.

Selain itu, untuk menciptakan hunian sehat, meskipun lahan rumah tidak terlalu luas, harus tetap dibangun area taman. "Taman tetap perlu, karena daerah resapan harus ada," saran Sigit.

Lalu, bagaimana cara mendesain interior rumah minimalis? Interior Designer Jessie Dewi menyarankan agar menempatkan tanaman di dalam ruangan rumah. Seperti di ruang keluarga yang menyatu dengan ruang tamu. Ini sejalan dengan konsep sehat sebuah hunian. "Taro tanaman di pojok ruangan," ungkap Jessie saat dihubungi merahputih.com.

Penempatan tanaman menurut Jessie disesuaikan dengan ukuran ruangan. Tanaman-tanaman kecil misalnya, bisa diletakkan di atas meja untuk menambah kesan estetik. Tanaman di dalam ruangan juga bisa digantung di dinding ruangan. "Tanaman di dalam ruangan itu bisa tanaman sukulen atau lidah buaya," paparnya.

Menariknya, lanjut, Jessie, rumah minimalis sebenarnya cukup memanfaatkan satu ruangan untuk dijadikan ruangan multifungsi. Bahkan, ruangan dengan ukuran 4x4 sudah bisa dijadikan ruang tamu, keluarga, dan makan.

"4x4 cukup. Kita bisa kasih pantry, terus di tengah-tengah kita kasih high table. Terus di tengah (ruangan) bisa kita taro sofa bed ukuran 180 cm," urai Jessie. Bagi milenial yang sudah berkeluarga, untuk tempat makan cukup ditambahkan empat high chair saling berhadapan.

Tidak masalah memberi sofa bekas agar kualitasnya nomor satu (Foto: Pexels/Martin Pechy)

Pada ruangan multifungsi semua area bisa kamu gunakan untuk kegiatan apapun. Misalnya saat makan, tidak perlu di area pantry. Menyantap makanan juga bisa dilakukan sambil duduk di sofa. Bahkan, menurut Jessie, bekerja menggunakan laptop bisa terasa nyaman sambil duduk di area pantry.

Senada dengan Sigit, rumah minimalis kata Jessie tidak memerlukan sekat untuk memisah ruangan. Adapun, pemisah ruangan satu-satunya bisa dibangun sebuah foyer satu meter dari pintu masuk utama. "Setelah buka pintu, foyer, baru ruangan multifungsi itu," imbuhnya.

Satu hal yang paling penting dalam mendesain interior rumah minimalis, kata Jessie, tidak memadukan warna cat dinding yang bertabrakan. Sebaiknya gunakan satu warna yang lembut pada satu ruangan. Jika ingin menggunakan warna lain di ruangan berikutnya, gunakan turunan dari warna utama tersebut setidaknya turun satu tone saja.

Misalnya jika ruangan pertama menggunakan abu-abu silver lawn, di ruangan berikutnya, kamu bisa menggunakan warna abu-abu pewter grey. Jangan menggunakan warna merah di ruangan pertama, kemudian di ruangan kedua kamu menggunakan warna biru. "Itu seperti taman kanak-kanak, tapi kembali lagi ke selera masing-masing," canda Jessie.

Jessie pun membagikan tips bagi milenial yang ingin membeli furnitur berkualitas sesuai budget mereka. Daripada membeli barang dengan harga kompetitif tapi kualitasnya jelek, ia menyarankan agar membeli furnitur bekas.

Furnitur bekas dengan kualitas nomor satu masih lebih baik ketimbang yang baru namun kualitasnya standar. "Misalnya kita bisa beli sofa yang second, lalu kita modified, seperti menjahit kembali kain sofa dengan bahan baru," tukasnya. (ikh)

Baca juga:

5 Trik Jitu Milenial Saat Kantong 'Jebol' di Tengah Bulan

#Cat Rumah #Milenial #Hypeburan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan