PARA ilmuwan sedang mengambangkan vaksin COVID-19 yang dapat dihirup melalui semprotan hidung, untuk menghentikan serangan virus Corona pada tubuh di titik masuk paling umum, selaput lendir hidung dan tenggorokan. Lebih dari selusin uji klinis dengan semprotan hidung sedang dilakukan, demikian seperti dilaporkan The Guardian.
Sementara, USA Today mengatakan, Vietnam, Thailand, Brasil, dan Meksiko telah mulai memproduksi vaksin semprot hidung untuk mengantisipasi keberhasilan dalam uji klinis. Vaksin hidung ini mungkin akan digunakan sebagai booster di Amerika Serikat tetapi juga mungkin digunakan secara luas di bagian dunia yang kurang berkembang di mana vaksin suntik tidak umum.
Baca juga:

Sementara vaksin suntik membantu tubuh menangkal penyakit parah, vaksin hidung dapat menghentikan virus memasuki tubuh sejak awal. Efektivitas vaksin suntik berkurang seiring waktu, dan varian COVID-19 dapat menghindari vaksin, terbukti dengan tingginya jumlah kasus Omicron.
“Jika kamu menganggap tubuh sebagai sebuah kastil, vaksinasi intramuskular benar-benar melindungi area dalam kastilmu sehingga begitu penjajah masuk, kekebalan itu melindungi mereka dari takhta,” ujar direktur medis klinis COVID-19 unit uji coba di Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York City, AS, Sean Liu, MD, kepada The Guardian.
“Tetapi jika kamu melatih sistem kekebalanmu untuk bekerja di gerbang kastil, maka para penyerang tidak hanya kesulitan masuk, tetapi mereka mungkin kesulitan menyebar ke dalam,” dia menambahkan.
Vaksin hidung dapat lebih mudah diproduksi dan didistribusikan karena disimpan di lemari es biasa, bukan suhu yang sangat dingin seperti vaksin mRNA Moderna dan Pfizer. Orang yang tidak suka jarum suntik juga lebih mungkin mau menerima vaksin hidung.
Baca juga:

Selain itu, vaksin COVID-19 jenis ini akan jauh lebih murah untuk diproduksi, kata USA Today. Peter Palese, yang juga mengerjakan vaksin hidung di Icahn School of Medicine, mengatakan dosis hidung dapat diproduksi sekitar 30 sen (sekitar Rp 4 ribu) dibandingkan dengan 30 USD (Rp 439 ribu) untuk dosis Moderna atau Pfizer.
Para ilmuwan menghadapi banyak tantangan dalam penelitian mereka, terutama mengukur kekuatan respon imun terhadap vaksin hidung.
Teknik yang berbeda sedang digunakan untuk mengembangkan semprotan hidung. Di Fakultas Kedokteran Icahn, mereka membuat vaksin dalam telur, seperti vaksin flu. Rumah Sakit Anak Cincinnati di Ohio sedang mencoba flu anjing, kata USA Today. Versi hidung dari vaksin Oxford/AstraZeneca didasarkan pada adenovirus yang dilemahkan, The Guardian melaporkan.
Pada Januari 2021, peneliti dari Lancaster University di Inggris dan Texas Biomedical Research Institute di San Antonio melaporkan bahwa tikus yang diberi dua dosis vaksin hidung memiliki antibodi dan respons sel T yang cukup kuat untuk menekan SARS-CoV-2. (aru)
Baca juga:
Siap-siap Vaksin COVID-19 untuk Anak Balita Sudah Diajukan di AS