NAMANYA Hardius Usman. Lelaki asal Bengkulu berpangkat Kopral Satu (Koptu) tersebut sepintas lalu tak ubahnya seperti prajurit TNI AD pada umumnya. Namun, begitu berkomunikasi dengan lawan bicara tentara mancanegara, Koptu Hardius lincah berpindah dari bahasa Perancis, Inggris, Jerman, Spanyol, Portugal, Belanda, dan Italia.
Prajurit bermarkas di Kodim 0103 Bireun, Kodam Iskandar Muda, tersebut merupakan seorang poliglot atau kemampuan menggunakan pelbagai bahasa. Berkat kecakapannya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ingin memfasilitasinya melanjutkan sekolah agar menjadi Bintara.
Koptu Hardius merupakan satu di antara para prajurit nan tergabung dalam Satuan Tugas TNI Kontingen Garuda (Konga) UNIFIL nan menjalankan misi perdamaian di Lebanon.
Tentu bukan kali pertama TNI mengirim Satgas Konga dalam rangka menjalankan misi perdamaian PBB. Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 wajib ikut serta dalam upaya menjaga ketertiban dunia. Indonesia mengimplementasikannya melalui berbagai operasi pemeliharaan perdamaian dalam misi perdamaian PBB bersama negara-negara lainnya.
Sejak awal dibentuk pada 1948, PBB telah menyelesaikan sebanyak 55 misi perdamaian dunia dengan mengerahkan lebih dari 90 ribu personel tentara perdamaian dari negara-negara anggota PBB. Adapun Indonesia mulai aktif bergabung dalam PBB sejak 1957 turut aktif dalam misi-misi perdamaian tersebut melalui Kontingen Garuda.
Jejak kaki perdamaian Kontingen Garuda telah membekas di berbagai negara seperti Kongo (1961-1963), Vietnam (1973-1975), Irak (1989), Namibia (1989), Kuwait (1992), Reblaka (1993), Mozambik (1994), Filipina (1999), Tajikistan (1998), Sierra Leone (1999), Nepal (2007), dan Darfur (2007).
Baca juga:
Satgas Kontingen Garuda Bantu Evakuasi Korban Ledakan di Beirut

Saat ini Indonesia mengerahkan sekitar 1.800 personel TNI untuk menjalankan misi perdamaian PBB nan tersebar pada enam misi, antara lain Haiti, Kongo, Sudan, Lebanon, Liberia, dan Sudan Selatan. Secara keseluruhan Indonesia telah menyumbangkan sekitar puluhan ribu personil dalam 15 misi perdamaian PBB.
TNI membentuk Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) pada 2007 silam sebagai lembaga khusus untuk menyiapkan calon Pasukan Perdamaian Indoneia atau Kontingen Garuda. PMPP tersebut berada di Kawasan Indonesia Peace and Security Centre (IPSC) Sentul, Bogor.
Melalui lembaga khusus tersebut prajurit-prajurit TNI disiapkan untuk menjalankan misi perdamaian di negara-negara lain nan memiliki budaya, bahasa, dan lingkungan berbeda. Prajurit juga disiapkan untuk mengalahkan lawan memiliki doktrin, strategi, taktik, dan kekuatan tersendiri.
Baca juga:
Indonesia Persiapkan Pasukan Garuda untuk Dikirim ke Kongo

Secara dasar fungsi PMPP, menyusun, merencanakan, menyiapkan, dan mengevaluasi implementasi dan pelaksanaan misi pemeliharaan perdamaian, melaksanakan kegiatan latihan dan memelihara kemampuan personel TNI yang akan melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian, serta merencanakan dan menyusun rencana kebutuhan operasi, administrasi, dan logistik untuk satuan nan akan diberangkatkan dalam misi pemeliharaan perdamaian.
Namun selain bertujuan untuk memelihara perdamaian dunia, Indonesia melalui Kontingen Garuda juga memiliki tujuan mempromosikan alutsista produksi dalam negeri dengan menggunakannya dalam misi-misi perdamaian dunia di berbagai negara, misalnya saat Kontingen Garuda membawa panser Anoa produksi PT. Pindad ke Lebanon.
Kualitas produk alutsista buatan Indonesia dalam misi-misi perdamaian PBB merupakan langkah promosi efektif. Industri pertahanan Indonesia telah mampu memproduksi berbagai alutsista. Namun produksi dalam kuantitas besar untuk menekan biaya produksi masih menjadi kendala sehingga dibutuhkan pemasaran dan promosi.
TNI telah membuktikan tak pernah absen dalam berbagai misi perdamaian PBB. Namun, Indonesia berharap kontribusinya dapat ditingkatkan lebih besar lagi. Sebab, bila dibandingkan dengan berbagai negara lainnya jumlah personel TNI untuk misi perdamaian PBB relatif kecil.
Baca juga:
Indonesia Segera Kirim Polisi Perdamaian PBB Ke Afrika Tengah

Jumlah personel TNI dikirim sebanyak 1.843 orang (2014), membuat Indonesia menempati negara ke-17 dalam daftar negara pengirim tentara untuk misi perdamaian PBB. Adapun negara-negara di urutan lima teratas antara lain Bangladesh, India, Pakistan, Ethiopia, Rwanda.
Hal itu menjadi tantangan bagi Indonesia mengingat jumlah personel TNI tentu lebih banyak ketimbang negara-negara tersebut. Selain itu tantangan lainnya berkait kesiapan TNI dalam menerima mandat PBB untuk ditempatkan di posisi-posisi lebih strategis pada misi-misi perdamaian dunia. (waf)