Selisik Jasa Pawang Hujan Supaya Hajatan Lancar Jaya

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Jumat, 13 Mei 2022
Selisik Jasa Pawang Hujan Supaya Hajatan Lancar Jaya
Mau hajatan tapi mendung? Seketika ingin jadi Rara Sang Pawang Hujan (Sumber: MotoGP)

GRAND Prix MotoGP di Mandalika memiliki sejumlah catatan menarik. Pertama, tentu saja sejarah penyelenggaraan balap motor level elit pertama dalam kurun waktu 25 tahun bagi Indonesia. Kedua, penampilan sang pawang hujan, Rara Isti Wulandari nan begitu ikonik dan mengesankan pengunjung baik lokal maupun internasional.

Dengan membawa cawan berbahan tembaga diklaimnya sebagai 'remote AC langit', ia membuat hujan mengguyur Mandalika berhenti.

Aksi Rara kontan jadi bahan pembicaraan publik, baik dalam maupun luar negeri. Terlepas dari perdebatan keyakinan antara percaya dan tidak percaya aksi Rara, namun kebiasaan Warga +62 menggunakan jasa pawang hujan saat hajatan justru jadi keunikan tersendiri.

Aksi pawang hujang Mbak Rara di sirkuit Mandalika. Foto: Twitter/@MotoGP

Entah hajatan pernikahan, khitanan, ulang tahun, panggung gembira Agustusan, dan lain sebagainya acap meminta bantuan juru kendali hujan agar lokasi acara tak hujan.

Bahkan, selain bantuan pawang hujan, ada semacam kepercayaan di kalangan masyarakat jika ingin hajatannya tak hujan caranya dengan si empunya hajat melempar celana dalam ke atas atap rumah

Menikah di musim penghujan memang butuh perjuangan. Sesungguhnya beroleh tanggal tersebut bukan karena cari tanggal cantik atau perhitungan weton, tapi karena tanggal kosong gedung hanya ada hari itu, selebihnya penuh.

Kekhawatiran sudah pasti akan berkecamuk. Gimana kalau hujan badai? Gimana kalau karena hujan enggak ada tamu datang? Parahnya lagi, gimana kalau tempat resepsi banjir? Hati dan pikiran tambah berkecamuk saat hujan disertai angin nonstop dari malam sampai pagi!

pawang hujan
Tak sedikit saat resepsi pernikahan Warga +62 meggunakan jasa pawang hujan. (Foto: Unsplash-Agung Raharja)

Sebenarnya kebiasaan lempar celana dalam bukan satu-satunya ritual untuk menangkal hujan. Ada banyak lagi mitos seputar menangkal hujan. Misalnya, ada orang rela enggak mandi saat hajatan karena percaya kalau mandi dapat mendatangkan hujan.

Beberapa juga ada pakai metode tusuk sate. Caranya hanya perlu menancapkan lidi ke bawang merah, bawang putih, dan cabai. Niscaya hujan enggan datang ke sang empunya hajatan.

Di Pandeglang, Banten, kepercayaan memasang lidi menusuk bawang merah, bawang putih, dan cabai lalu ditancapkan ke tanah masih berlaku.

Enung, salah seorang pawang hujan, dikutip dalam "Tradisi Nyarang Hujan Masyarakat Muslim Banten", karya Eneng Purwanti, mengaku medium lidi, bawang merah, bawang putih, dan cabai merupakan wujud dari bahan pangan dapur saat memasak bersama keperluan hajatan sehingga dipersembahkan medium tersebut agar hujan tidak turun.

pawang hujan
Jadi pawang hujan (Sumber: Pexels/Aleksandar Pasaric)

Enung sebelum menancap lidi berisi bawang merah, bawang putih, dan cabai akan merapal mantra. Bismillahirachmannirrachim, niat ingsung nerang udan, kakang kawah adhi ari-ari, sedulur papat kalima pancer, Muhammad rasulku. Lalu, membaca Al-Fathihah, Al-Iklhas, Al-Falaq, An-Nas, dan Ayat Kursi.

Selain itu, mantra lain nan biasa dirapal pawang hujan di Pandeglang untuk Nyarang Hujan, antara lain. Mega mengkol ka kulon, hasep mawa ka kaler, hujan mawa ngetan, tungkul tuluy ka kidul, aki tumenggung ajeg di tengah panggung, disered meped ngaler, ngetan, ngidul, ngulon, laahaula wala quwwata illa billah.

Sebagian besar mayarakat Pandeglang, menurut Eneng Purwanti, berkeryakinan tradisi Nyarang Hujan tidak bertentangan dengan ajaran Islam karena tetap berkeyakinan pada Allah SWT sebagai otoritas tertinggi. "Pawang hanyalah media (wasila) menyampaikan keinginan tersebut kepada Allah SWT," tulis Eneng Purwanti. (Avia)

#Olahraga #Wisata #Mei +62 Bicara Hajatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan