MerahPutih.com - Manuver Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan beberapa kader aktif serta bekas kader Partai Demokrat, membuat internal besutan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono panas. Agus Harimurti Yudhoyono dan para petinggi partai, langsung mengarahkan tembakan pada Istana.
Publik mengibaratkan gonjang-ganjing ini sebagai rencana kudeta mantan jenderal pilihan SBY pada mantan mayor yang juga anak SBY. Namun, rencana kudeta keburu kecium elit partai pendukung AHY, dan langsung membuat barisan dengan kiriman surat dan pernyataan kesetiaan pada AHY, putra SBY.
"Moeldoko disinyalir ingin mengambilalih Partai Demokrat. Dengan posisinya sebagai KSP dan berada dalam orbit terdekat Presiden Joko Widodo (Jokowi), hal itu sangat mungkin terjadi," ujar Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin di Jakarta, Senin (8/2).
Baca Juga:
Dituding Ingin Kudeta Partai Demokrat, Moeldoko: Kenapa Mas AHY Takut
Paling tidak, kader Demokrat saat ini dihadapkan oleh dua pilihan. Jika loyal kepada AHY, dengan kodisi Demokrat yang berada di luar kekuasaan, tidak memiliki ada akses pada uang, prospek memenangkan Pemilu 2024 sangat tipis. Sementara, bila mendukung Moeldoko sangat menarik. Karena berada di dalam kekuasaan, bersekutu dengan pemerintah, akses ke uang dan Pemilu 2024 semakin terbuka lebar.
Menurut Ujang, partai Demokrat sangat menarik bagi Moeldoko. Pertama, SBY sebagai pendiri Demokrat pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014. Partai Demokrat pun, pernah menjadi partai penguasa pemenang pemilu.
Selain itu, kondisi masyarakat saat ini kurang puas dengan kinerja pemerintah, penanganan COVID-19 yang buruk, dan dampak ekonomi yang minus membuat masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan membuka peluang Demokrat kembali pada kekuasaan.
"Partai Demokrat itu diuntungkan dengan itu. Makanya dalam beberapa hasil survei, Demokrat naik suaranya. Nah, posisi itulah yang menarik, yang membuat Moeldoko ingin menjadi Demokrat kendaraan politik di 2024 nanti," ujarnya.
Paling tidak, dalam kurun waktu empat bulan elektabilitas Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengalami kenaikan, sedangkan PDI Perjuangan (PDIP) anjlok.
“Naiknya isu kudeta terhadap kepemimpinan Demokrat bisa jadi upaya untuk terus mendulang elektabilitas,” ujar Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono.
Demokrat dari hasil survei, sebelumnya turun dari 3,8 persen pada Juni 2020 menjadi 3,2 persen pada Oktober 2020. Pada survei terakhir, elektabilitasnya naik tinggi menjadi 8,2 persen, membuat posisi Demokrat berada di empat besar. "Parpol-parpol oposisi, khususnya Demokrat, cukup berhasil memanfaatkan kemerosotan dukungan terhadap PDIP," kata Andreas. Moeldoko yang merupakan Mantan Panglima dan tercatat sebagai kader Hanura jika berhasil menguasai Demokrat, diprediksi akan berada pada posisi sangat kuat pada 2024. Pasalnya, dia memiliki infrastuktur dan berada dalam klik kekuasaan Presiden Jokowi dan diyakini bisa menjamin masa depan dinasti Jokowi yang sedang mulai dibentuk.

"Orang yang berkuasa akan dengan mudah melakukan apapun termasuk dengan mengkooptasi dan mengkudeta partai lain," imbuh Ujang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, jika AHY tidak mengungkap rencana kudeta kepemimpinan Demokrat ke publik, maka partai berlambang Mercy ini akan bernasib sama dengan Partai Berkarya.
Partai Berkarya pimpinan Tommy Soeharto telah diambilalih oleh Muchdi Pr. Bahkan, pihak-pihak internal Partai Berkarya sempat tidak percaya bahwa kudeta kepemimpinan partai tersebut akan terjadi.
Saat muncul gerakan Kongres Luar Biasa (KLB), yang kemudian mendapat legalitas dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) barulah kader bereaksi. Hal itu, kata Ujang, yang bisa menimpa Partai Demokrat andai saja AHY tidak bergerak cepat.
"Kalau kemarin AHY tidak berteriak ke media ke publik, lalu tidak mengirimkan surat ke Jokowi, itu saya pastikan bisa diambilalih. Itu sama dengan Partai Berkarya, bisa diambil cepat oleh Muchdi karena Tommy tidak ke media, tidak juga ke Jokowi," beber Ujang.
Namun, Ujang meyakini, menjelang 2024, elektabilitas Demokrat akan meroket dan para kader akan tetap loyal kepada AHY jika ketidakpuasan terhadap pemerintah terus berlanjut karena program mengatasi pandemi dan korupsi yang mengecewakan.
"Kader-kader Demokrat akan memilih AHY. Kenapa tetap memilih AHY, karena bagaimanapun AHY anak pendiri Partai Demokrat. Sedangkan Moeldoko itu bukan kader Demokrat, dia kader Hanura," tutup Ujang. (Pon)
Baca Juga:
Ini Tanda-Tanda Lunturnya Pengaruh SBY di Partai Demokrat