Sejarah Setrika, Rentang Jaman Si Penghilang Kerutan Pakaian


Salah satu bentuk setrika kuno dengan lempeng datar di bawah. (f4tim3)
SETRIKA saduran dari bahasa Belanda strijkijzer berarti penghilang kerutan baju menggunakan alat dipanaskan, merupakan alat rumah tangga paling familiar.
Pada 6 Juni 1882, penemu setrika listrik asal New York, Henry W. Weely, mendapat hak paten untuk temuannya. Sejak itu, pekerjaan melicinkan baju jadi lebih mudah. Tapi, setrika listrik generasi pertama itu memiliki kelemahan terutama pada bagian permukaan besi tidak terlalu lama panas. Bila ingin setrika, harus dipanaskan kembali, dan memakan waktu lama.
Setrika listrik kemudian berkembang hingga menjadi alat rumah tangga cukup vital. Sebelum menggunakan listrik, setrika dipanaskan dengan api untuk kemudian digunakan menghiangkan kerut pada pakaian. Maka setiap orang umumnya mempunyai dua atau tiga lempengan besi. Jadi, satu lempeng dipakai untuk menyetrika, lempeng lain dipanaskan.
Setrika menggunakan arang sempat populer selama puluhan tahun sampai sekitar tahun ’80-an. Cirinya berwarna gelap, bobotnya berat, dan ada patung ayam di ujungnya. Sampai hari ini pun “Setrika Ayam” masih dipakai di desa-desa. Bahkan teknik menyetrika pun sudah masuk dalam mata pelajaran ketrampilan di sekolah-sekolah.
"Rencana pelajaran sederhana sekali, yaitu memasak dengan cara lndonesia maupun Barat, mencuci dan setrika, membersihkan alat-alat dapur, menjahit dengan tangan dan mesin, merenda, merapikan rumah, berbelanja, memelihara tanaman," tulis Umasih dalam Sejarah pemikiran Indonesia sampai dengan tahun 1945.
Pemakaian panas untuk melicinkan pakaian sebenarnya sudah dimulai sejak 2.400 tahun lalu. Pada zaman Yunani atau empat abad sebelum Masehi, bentuk setrika tidak datar, melainkan silinder. Kain yang hendak dihaluskan seperti digilas dengan besi dan biasanya digunakan untuk membuat lipatan pada jubah.
Dua abad kemudian, bangsa Romawi menghaluskan pakaiannya dengan logam rata yang dipukul-pukulkan pada kain. Pekerjaan ini sungguh membosankan dan menghabiskan waktu, karena itu hanya dikerjakan oleh budak.
Pada abad ke-15, di Eropa mulai muncul bentuk setrika seperti yang kita kenal sekarang. Hanya saja permukaan besinya dipanaskan di dalam sebuah kotak pemanas dibakar dengan batubara. Setiap lempeng besi memiliki celah untuk menyelipkan gagangnya agar bisa diganti-ganti. Kelemahannya, jelaga pembakaran ternyata begitu banyak sehingga bisa menempel di besi lalu membekas di baju.
Setrika paling mutakhir, selain pengatur suhu, dilengkapi pula dengan wadah air yang bisa disemprotkan bersamaan pada saat menyetrika. Ada pula setrika bentuk baru seperti vacuum cleaner sehingga mudah melicinkan pakaian.(*) Achmad Sentot
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali

Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar

Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis

AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai

Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera

Sejarah Libur Panjang Ramadan Anak Sekolah Masa Kolonial, Kisah-Kisah Seru Mengisi Waktu Libur

Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman
