BELUM sampai di depan pintu bioskop, sudah tercium aroma popcorn seolah mengajak kita menonton film yang lagi ramai dibicarakan. Belum lagi sistagor dan minuman dingin lainnya yang bikin pengalaman nonton sama gebetan makin memorable. Tapi, kamu tahu tidak bagaimana sejarah popcorn jadi camilan khas nonton bioskop?
Menonton film pun enggak asyik tanpa ditemani camilan. Tidak heran, beberapa orang ada rela datang lebih awal sebelum pemutaran film dimulai demi antre jajanan di counter makanan dan minuman di area bioskop. Bahkan, ada pula yang rela telat masuk studio agar makanan dan minuman sudah aman di tangan.
Popcorn memang tidak pernah absen dari daftar menu yang disajikan. Padahal kalau kita tahu sejarahnya, popcorn malah jauh dari kebiasaan menonton bioskop. Dahulu, tidak ada penonton yang menyantap popcorn atau makanan ringan lainnya saat menonton bioskop. Kehadirannya dinilai pihak bioskop mengganggu jalannya pemutaran film.
Baca juga:

Merangkum dari berbagai sumber, dahulu, popcorn sering dijadikan kudapan malam pada akhir 1800-an. Kemudian, pada 1885, seorang pengusaha asal Chicago, Charles Cretors, membuat mesin popcorn bertenaga uap komersil pertama di dunia.
Kehadiran mesin ini justru tidak membuat popcorn populer. Apalagi untuk dibawa ke bioskop. Soalnya, pihak bioskop melarang pengunjung untuk membawa minuman dan makanan yang sifatnya berisik ketika dimakan agar tidak mengganggu konsenstrasi penonton lain. Popcorn malah laku di pasar malam atau festival.
Baca juga:

Jagung beledug pada saat itu sangat populer karena produksinya yang tidak memerlukan area luas, bahkan sempat menyaingi keripik kentang yang juga disukai. Aromanya yang khas saat matang bikin penjaja popcorn kepincut.
Meski pernah menyaingi camilan lainnya, popcorn tetap belum mampu membuat bioskop meliriknya. Kehadiran popcorn di bioskop dimulai pada beberapa dekade berikutnya.
Bioskop yang dulunya hanya berformat film bisu, pada 1927 mulai berkembang dengan format audio visual. Bioskop juga memperluas target penontonnya yang tidak hanya terbatas pada kaum elit saja. Popcorn pun mulai diterima oleh pihak bioskop pada masa great depression, yakni menandai penurunan tingkat ekonomi di seluruh dunia pada 1929.
Di masa itu, masyarakat kesulitan mencari hiburan untuk mengalihkan perhatian krisis ekonomi. Para penjual popcorn pun memanfaatkan kesempatan tersebut dengan berjualan di depan bioskop. Lakunya popcorn membuat pihak bioskop melirik dan berpikir bahwa ini bisa dijadikan win-win solution bagi kedua belah pihak.

Kebersamaan bioskop dan popcorn semakin melekat saat Perang Dunia II. Camilan ini mengalahkan permen dan soda yang banyak mengandung gula. Oleh karena itu, Filipina yang berperan sebagai eksportir gula berhenti mengirim gula ke AS.
Bagi para pemilik bioskop, setiap pembelian tiket dan popcorn merupakan pemasukan yang besar dan menguntungkan. Terlebih saat krisis ekonomi sedang berlangsung. Pada masa itu, popcorn juga ikut populer di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Kebersamaan mereka tidak selalu berjalan mulus lantaran kemajuan teknologi. Kemunculan televisi di era 1960-an membuat semakin sedikit orang yang bertandang ke bioskop.
Kini di 2021, nonton di bioskop rasanya kurang afdal jika tidak membeli popcorn dan minuman dingin lainnya. Para pencinta popcorn di Indonesia biasanya akan meminta tambahan butter, cairan mentega panas yang membuat popcorn menjadi lebih gurih dan maknyus. (and)
Baca juga:
5 Persiapan Syuting Film Pendek untuk Pemula, Bisa Pakai Gawai