Secuplik Riwayat

Sebuah Memoar, antara Kopi dan Taktik Perang Teuku Umar

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Minggu, 11 Februari 2018
Sebuah Memoar, antara Kopi dan Taktik Perang Teuku Umar

Pahlawan Nasional Teuku Umar. (Istimewa)

Ukuran:
14
Audio:

BAGI masyarakat Aceh, kalimat beungoh singoh geutanyoe jep kupi di keude Meulaboh atawa ulon akan syahid (besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh atau aku akan mati syahid), mungkin sangat familier dan berkesan.

Pasalnya, pernyataan tersebut merupakan keinginan salah satu pahlawan nasional asal bumi rencong, Teuku Umar kepada Pang Laot, tangan kanannya. Namun sayang, harapan tinggal kenangan.

Pada Sabtu dini hari, 11 Februari 1899, di Meulaboh, Aceh Barat, NAD, beliau bersama pasukannya termasuk Pang Laot tewas di tangan kolonial Belanda. Puluhan peluru bersarang di dadanya. Teuku Umar gugur sebagai pahlawan ketika baru berusia 45.

Malam sebelumnya, suami dari Cut Meuligou (istri pertama) itu hendak mencegat serta menangkap Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz. Sebagai seorang gubernur, Van Heutsz tampil di saat pemerintah kolonial Belanda hampir kehilangan akal akibat kerugian dari Perang Aceh (1873-1914).

Bersama pasukannya, Teuku Umar datang dari arah Lhok Bubon menuju pinggiran Kota Meulaboh. Namun, rencana itu ternyata diketahui oleh mata-mata Van Heutsz.

Keadaan pun berbalik. Pasukan kolonial justru menyerang rombongan Teuku Umar di perbatasan Kota Meulaboh, Ujong Kalak. Meski demikian, selama menjadi pemimpin dalam Perang Aceh, sejarah mencatat beberapa taktik Teuku Umar membuat kolonial Belanda kewalahan.

Mardanas Safwan dalam buku Teuku Umar menjelaskan, taktik yang dilakukan oleh Teuku Umar kerap menuai pujian. Sebagai contoh, dalam peristiwa penyerangan kapal Nicero dan Hoc Canton yang terbukti membuahkan kesuksesan.

Hasilnya, banyak senjata kolonial Belanda yang berhasil dirampas para pejuang Aceh di bawah komando Teuku Umar. Meski, di sisi lain menimbulkan korban jiwa dari para pejuang dan juga rakyat Aceh.

Selain itu, taktik lain Teuku Umar yang mengejutkan adalah ketika beliau bersama 13 panglima bawahan dan 250 pasukan menyerahkan diri kepada Belanda pada 30 September 1893.

Di hadapan pemerintah kolonial Belanda, Teuku Umar mengucapkan sebuah prasetia. Sumpah tersebut diucapkannya di depan Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh pada waktu itu, Jenderal Christoffel Deykerhoff.

Pada 1 Januari 1894, beliau dinobatkan serta diberi gelar Panglima Perang Besar oleh Gubernur van Teijn. Tidak hanya itu, Teuku Umar pun diberi izin untuk membentuk legiun pasukan dengan jumlah 250 tentara.

Persenjataan untuk pasukan Teuku Umar dilengkapi oleh pemerintah kolonial. Sebanyak 380 senapan kokang modern, 800 senapan jenis lama, 250.000 butir peluru, 500 kilogram mesiu, 120.000 sumbu mesiu, dan lima ton timah untuk persediaan mesiu.

Bahkan, kolonial Belanda juga memperindah rumahnya di Lampisang agar layak menjadi tempat tinggal seorang Panglima Besar. Di halaman rumahnya dilengkapi dua meriam kecil.

Mendengar kabar tersebut, rakyat Aceh dan istri ketiga Teuku Umar, Cut Nyak Dien marah. Mereka mengira sosok yang merupakan panutan rakyat, malah berbalik mendukung penjajah.

Akan tetapi, kekecewaan itu pun berubah. Anthony Reid dalam bukunya Asal Mula Konflik Aceh dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19 menjelaskan, ternyata hal tersebut sengaja dilakukan Teuku Umar guna memperoleh senjata, logistik, dan juga mempelajari siasat Belanda.

Setelah merasa tercukupi, Teuku Umar kembali mengangkat senjata bersama rakyat Aceh dan Cut Nyak Dien. Kolonial Belanda pun mengalami banyak kerugian.

Untuk mengenang jasanya, berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional bersama istrinya, Cut Nyak Dien.

Taktik atau strategi perang Teuku Umar merupakan tamparan keras bagi kolonial Belanda. Beliau tidak hanya melawan secara frontal, tetapi juga menggunakan taktik mengelabui dengan berpura-pura bekerja sama dengan kolonial Belanda. (*)

#Secuplik Riwayat #Teuku Umar #Pahlawan Nasional #Perang Aceh #Sejarah Indonesia #Aceh
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Berita Foto
Wapres Ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla Ikuti RDPU bahas RUU Pemerintahan Aceh
Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla berjabat tangan dengan Ketua Baleg DPR, Bob Hasan (kanan) sebelum rapat dengar pendapat umum dengan Badan Legislasi (Baleg) DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 11 September 2025
Wapres Ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla Ikuti RDPU bahas RUU Pemerintahan Aceh
Indonesia
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Rumah kecil Slamet Riyadi terakhir direhab tahun 1937.
Frengky Aruan - Senin, 18 Agustus 2025
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Usulkan Referendum untuk Kemerdekaan Aceh dan Papua Barat
Kedua wilayah itu sampai kapanpun tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Dwi Astarini - Senin, 18 Agustus 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Usulkan Referendum untuk Kemerdekaan Aceh dan Papua Barat
Indonesia
Bendera GAM Diminta Tidak Dipasang Saat Peringati 20 Tahun Perjanjian Helsinki, Gubernur: Sabar Suatu Saat Pasti Berkibar
Eks Panglima GAM menegaskan, semua pihak di Aceh berkomitmen merawat situasi perdamaian ini, dengan harapan Aceh menjadi lebih baik ke depannya.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 14 Agustus 2025
Bendera GAM Diminta Tidak Dipasang Saat Peringati 20 Tahun Perjanjian Helsinki, Gubernur: Sabar Suatu Saat Pasti Berkibar
Indonesia
Menko Yusril Dukung Daud Beureu'eh Jadi Pahlawan Nasional
Yusril dukung usulan masyarakat Aceh agar Teungku Muhammad Daud Beureu'eh dicalonkan sebagai Pahlawan Nasional.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 11 Juli 2025
Menko Yusril Dukung Daud Beureu'eh Jadi Pahlawan Nasional
Indonesia
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara pada era Orde Lama dan Orde Baru juga pernah dianggap pemberontak PRRI.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Kasih Izin Bendera GAM Bulan Bintang Berkibar di Aceh
Informasi ini diunggah akun Facebook “Shirhand Hand”.
Frengky Aruan - Rabu, 09 Juli 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Kasih Izin Bendera GAM Bulan Bintang Berkibar di Aceh
Indonesia
Istana Bantah Isu Kandungan Migas di Pulau Sengketa Aceh-Sumut, Anggap Cuma Rumor
Empat pulau sengketa yang dimaksud adalah Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek.
Wisnu Cipto - Kamis, 19 Juni 2025
Istana Bantah Isu Kandungan Migas di Pulau Sengketa Aceh-Sumut, Anggap Cuma Rumor
Indonesia
Kemendagri Tepis Rumor Gubernur Sumut Bobby Ingin Ambil Alih 4 Pulau Aceh
"Prosesnya sebelum Pak Bobby jadi gubernur," kata Wamendagri Bima Arya.
Wisnu Cipto - Rabu, 18 Juni 2025
Kemendagri Tepis Rumor Gubernur Sumut Bobby Ingin Ambil Alih 4 Pulau Aceh
Indonesia
Pengembalian 4 Pulau ke Aceh Demi Stabilitas, Presiden Serius Tegakkan Kepastian Hukum Wilayah.
Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan beberapa aspek, termasuk sejarah dari empat pulau dan dinamika sosial di masyarakat yang telah ada sejak lama.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 18 Juni 2025
Pengembalian 4 Pulau ke Aceh Demi Stabilitas, Presiden Serius Tegakkan Kepastian Hukum Wilayah.
Bagikan