Save the Children Gelar Pentas Seni untuk Tingkatkan Kesadaran Krisis Iklim

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Selasa, 11 Oktober 2022
Save the Children Gelar Pentas Seni untuk Tingkatkan Kesadaran Krisis Iklim
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi krisis iklim. (Foto: Unsplash/NOAA)

PERUBAHAN iklim dan pandemi COVID-19 memperparah kondisi lingkungan dan masyarakat di desa-desa Sulawesi Tengah. Saat ini, menurut data Save the Children, 40 desa di Sulawesi Tengah berisiko tinggi berdampak krisis iklim, sembilan kabupaten rawan banjir dan longsor, termasuk Palu, Sigi, dan Donggala.

Di Donggala, banjir rob masih mengkhawatirkan dari waktu ke waktu dan mengganggu aktivitas sehari-hari seperti kegiatan ekonomi hingga akses anak-anak ke sekolah. Lebih jauh lagi, hanya 45 persen rumah tangga yang memiliki fasilitas WASH (sumber air minum dan toilet) yang memadai.

Kondisi itu membuat masyarakat kian rentan terpapar penyakit menular yang menjadi salah satu penyebab utama stunting.

Sementara itu, Sigi menghadapi sistem irigasi yang terganggu dan kelangkaan air menjadi tantangan masyarakat. Hanya 50 persen rumah tangga di Sigi yang memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik. Belum lagi, masyarakat Sigi harus menghadapi banjir yang mengganggu area perkebunan dan menjadi penyebab kegiatan pertanian di Sigi belum pulih sepenuhnya.

Baca juga:

2019 Jadi Tahun Deklarasi Status Darurat 'Krisis Iklim’ Dunia

Save the Children Gelar Pentas Seni untuk Tingkatkan Kesadaran Krisis Iklim
Musikalisasi Puisi (Sanggar Kalena). (Foto: Save the Children)

Riziq, salah satu anggota Child Campaigner Sulawesi Tengah yang tinggal di Kabupaten Sigi, membenarkan hal tersebut. Pada September lalu, desa tempat tinggalnya terkena banjir karena curah hujan yang tinggi.

"Curah hujan yang tinggi itu menyebabkan sungai yang ada meluap dan menghantam pemukiman warga. Banyak juga lahan pertanian warga yang berada di bantaran sungai terendam banjir, sehingga hasil pertanian seperti padi, jagung, tidak bisa dijual warga ke pasar," ujar Riziq, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com, Minggu (9/10).

Riziq melanjutkan, hal tersebut menyebabkan masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani dan pekebun tidak mendapatkan penghasilan. Berangkat dari masalah-masalah lingkungan ini, Save the Children menggerakkan anak-anak di Sulawesi Tengah agar memiliki kesadaran yang kuat tentang bahaya krisis iklim.

"Misalnya pada Mei lalu, kami memfasilitasi inisiasi anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Sulteng dan Forum Anak Labean untuk melakukan aksi bersih pantai dan tanam bakau di Pantai Mapaga, Kabupaten Donggala. Hari ini, mereka menginisiasi Pentas Seni Krisis Iklim di Palu,” jelas Dewi Sri Sumanah, Media & Brand Manager Save the Children Indonesia.

Anak-anak yang tergabung dalam Child Camapigners Sulawesi Tengah menginisiasi Pentas Seni Krisis Iklim yang diselenggarakan pada 9 Oktober 2022. Acara ini merupakan aktivitas kampanye Aksi Generasi Iklim sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dampak krisis iklim bagi masyarakat di Palu, khususnya anak-anak dan kaum muda.

Baca juga:

Dampak Krisis Iklim, Anak Kelahiran 2020 Berpotensi Alami Nasib Menyedihkan

Save the Children Gelar Pentas Seni untuk Tingkatkan Kesadaran Krisis Iklim
Pembacaan Puisi oleh Rahmi. (Foto: Save the Children)

Dalam Pentas Seni Krisis Iklim tersebut, ada beberapa penampilan seni yang meliputi musikalisasi puisi, pembacaan puisi, dan monolog. Selain itu, ada diskusi mengenai krisis iklim bersama anak-anak.

Acara-acara dengan pendekatan kontemporer ini diharapkan mampu menjadi cara baru untuk memperkuat peningkatan kesadaran terkait isu krisis iklim. Jurusnya, acara itu dikemas dengan hal-hal yang dekat dengan kehidupan masyarakat.

"Melalui kampanye Aksi Generasi Iklim ini, kami berharap anak-anak yang melihat kampanye ini jadi lebih tahu tentang apa itu krisis iklim, bagaimana mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim, dan tentunya anak-anak jadi lebih siap melewati tantangan dan rintangannya," tutup Riziq. (and)

Baca juga:

Krisis Iklim Jadi Hantu bagi Lingkungan Hidup Manusia

#Perubahan Iklim #Peduli Lingkungan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.
Bagikan