Satgas Sebut Kenaikan Kasus COVID-19 Sesuai dengan Kalkulasi

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Jumat, 18 Juni 2021
Satgas Sebut Kenaikan Kasus COVID-19 Sesuai dengan Kalkulasi
Ruangan perawatan pada Tower 8 Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Pademangan, Jakarta, Selasa (15/6/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa,

Merahputih.com - Satgas COVID-19 memastikan peningkatan kasus COVID-19 sudah jelas kaitannya dengan mobilitas penduduk dan kerumunan yang terkait dengan liburan panjang Idul Fitri. Pasalnya pada kenaikan kasus kali ini polanya sama dengan kejadian-kejadian seperti di tahun lalu saat libur panjang.

"Namun kemudian setelah ada libur panjang Idul Fitri ini naik sesuai dengan kalkulasi selama ini,” papar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 , Wiku Adisasmito dikutip dari akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (18/6).

Baca Juga:

Lonjakan COVID-19 Ancam Tingkat Keterisian Tempat Tidur RS Darurat Wisma Atlet

Ia mengatakan kenaikan kasus positif COVID-19 usai Idul Fitri 2021 lebih tinggi dibanding pada 2020 yaitu 112,22 persen. Sedangkan kenaikan kasus pada 2020 adalah sebesar 93,11 persen. Kenaikan signifikan pada 2021 karena tingginya kenaikan kasus per minggunya, khususnya dari pekan ke-3 ke pekan ke-4.

Berdasarkan data Satgas COVID-19, pada 31 Mei 2021 angka kasus aktif adalah 39.999 kasus namun pada 7 Juni langsung melonjak hingga 55.320 kasus. Sedangkan pekan ketiga pasca Idul Fitri 2020 yaitu 15 Juni 2020 angka kasus aktif adalah 7.551 kasus dan pada pekan ke-4 adalah 8.078 kasus.

"Pada tahun lalu, Jawa Tengah mengalami kenaikan kasus hingga 758 persen sedangkan tahun ini sebesar 281,59 persen," ungkap Wiku.

Penyebabnya karena tahun lalu Indonesia masih berada di tahap awal pandemi dan masih menyesuaikan diri terhadap penanganan pandemi COVID-19. Di beberapa kabupaten kota terdapat kenaikan kasus yang sangat signifikan dalam rentang waktu yang singkat contohnya di Bangkalan, Pati, Kudus, Jepara, Bandung dan kota Cimahi.

Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj)
Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj)

Namun, pergeseran juga terjadi di penanganan COVID-19 daerah lain. Seperti provinsi Bali dan Sulawesi Selatan yang tahun lalu masuk ke 5 besar daerah tertinggi. Sayangnya, pada 2021 ini posisinya digantikan oleh DI Yogyakarta dan Jawa Barat.

"Mengingat 5 provinsi ini adalah daerah asal dan tujuan mudik, jadi dapat dikaitkan dengan fakta meski sudah diterapkan peniadaan mudik sebelum dan setelah Idul Fitri," ungkap Wiku.

Mobilitas penduduk keluar Jabodetabek sebelum Idul Fitri dan masuk ke Jabodetabek setelah Idul Fitri mengalami peningkatan yang signifikan. "Selain itu di dalam kota juga terjadi kenaikan mobilitas penduduk ke pusat perbelanjaan dan tempat wisata selama Idul Fitri," kata Wiku.

Ia juga memperingatkan bahwa kenaikan kasus positif dapat bertahan hingga 2 bulan setelah Idul Fitri. Adanya periode tambahan yaitu arus balik ke Jabodetabek pasca Idul Fitri dapat menyebabkan periode dampak yang ditimbulkan bertambah 1-2 minggu, dampak periode libur panjang biasanya 4-6 minggu.

Baca Juga:

Sekat Perbatasan Zona Merah COVID-19, Korlantas Dirikan Ratusan Check Point

"Dengan periode tambahan ini bisa saja dampak Idul Fitri ini bisa menjadi 7-8 minggu," ungkap Wiku.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 per 17 Juni 2021, kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 12.624 kasus sehingga totalnya mencapai 1.950.276 kasus. Pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 7.350 orang menjadi 1.771,220 orang dan pasien meninggal dunia bertambah 277 orang sehingga totalnya 53.753 orang telah meninggal. (Knu)

#COVID-19 #Kasus Covid #Vaksin Covid-19 #Satgas COVID-19
Bagikan
Bagikan