SASTRA SIBER bisa dartikan sebagai sastra yang mencakup sejumlah genre karya, kemudian disampaikan lewat media elektronik. Biasanya berupa karya sastra pusisi atau prosa.
Adanya kemajuan teknologi internet, memungkinkan munculnya varian dan sastra berdasarkan mediumnya, yang dikenal juga dengan sastra siber. Sastra siber muncul saat teknologi informasi yang bisa menjadi wadah temuan baru.
Baca Juga:
Sastra siber memberikan gaya baru dan memfasilitasi sastawaran beraktivitas. Juga memberikan gaya baru dalam memfasilitasi sastrawan beraktivitas. Kemajuan sastra siber memungkinkan pengguna komputer untuk memanfaatkan media internet secara bebas.

Hadirnya sastra siber di Tanah Air bisa dikatakan tergolong muda. Ini dipengaruhi penggunaan teknologi internet, yang semakin berkembang. Fenomena tersebut juga dikaitkan pada faktor pematikan yang mendasarinya, seperti mengadapatkan pengakuan sebagai seorang penulis, apabila karyanya belum pernah diterbitkan di media cetak.
Namun, perkembangan sastra siber memunculkan sejumlah polemik di kalangan pecinta sastra. Seperti mempersoalkan definisi sastra itu sendiri. Sejumlah orang mengatakan bahwa sastra siber dianggap keluar dari normatif tentang sastra itu sendiri.
Sementara dari pihak lain, mengatakan bahwa sastra siber menjadi hal baru akibat tuntutan perkembangan zaman, khususnya teknologi. Polemik sastra siber sebetulnya lebih didasari pada pandangan konservatif, bahwa sastra merupakan karya agung. Karya yang memiliki muatan khusus, yang tidak sembarang dan dibuat dengan niat.
Terlepas dari masalah pro dan kontra, saat ini muncul genre sastr baru yakni sastra siber. Sastra siber seperti PlukMe, Wattpad, Cabaca hingga Webtoon, dapat menjadi wadah untuk menyalurkan bakat menulis. Platform sastra siber terbuka bagi siapapun yang ingin membuat akun dan menulis di akun miliknya. Pembaca juga bisa membuat tulisannya menjadi lebih menarik.
Sastra siber merupakan wadah bagi penulis profesional dan amatir, untuk menampilkna karya terbaik mereka pada penikmat sastra di seluruh dunia. Adapun peran sastra siber dalam khasanah kesusastraan Indonesia, tidak bisa dipandang sebelah mata. Yaitu sebagai media publikasi dan sarana berkreasi, untuk mampu melahirkan sesuai dengan perubahan masyarakat. Bahkan memiliki karakteristik sendiri, yang tidak dipunyai oleh sastra dalam bentuk media cetak.
Dinamika sosial di masyarakat, dianggap mempengaruhi laju sastra siber yang begitu pesat. Meski begitu, perbandingan dengan sastra yang diterbitkan lewat media elektronik dan lewat cetak pun mendapat sorotan yang signifikan.
Baca Juga:
TK Internasional Kipina, Tawarkan Salah Satu Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia
Secara umum, karya sastra siber mempunyai karakter yang berbeda dengan karya sastra yang ditebitkan lewat media cetak. Karakter dan sosiologi penulis mempengaruhi karakter karya sastra siber yang dihasilkan. Kemudian, penciptaaan karya sastra siber mempunyai motif kapitalis, yang berujung pada pencapaian keuntungan finansial, dan sebagai usaha pencapaian eksistensi penulisnya.

Karakter penulis karya sastra siber pun berbeda dengan penulis karya sastra media cetak. Bila dilihat lewat perkembangan karya sastra populer dalam bentuk media cetak, ditulis oleh para penulis yang tertarik dengan dunia sastra dan kepenulisan.
Para penulis karya sastra media cetak cenderung mengolah dan memperkaya diri dengan bekal kemampuan dasar kepenulisan. Kemudian berusaha mempelajari hakikat karya sastra. Hal itu dianggap sebagai modal awal penulis karya sastra.
Sementara penulis karya sastra siber rata-rata adalah penulis pendatang baru yang baru saja mengenal dunia kepenulisan. Hal ini dapat terjadi karena media penciptaan karya sastra siber jauh lebih luas dan terbuka bagi siapa pun. (Ryn)
Baca Juga:
Sekolah Diliburkan Karena Corona? Ini Deretan Situs Belajar Online yang Bisa Kamu Akses