Sama Selaik Manusia, Kucing Juga Bisa Kentut

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Rabu, 22 Juni 2022
Sama Selaik Manusia, Kucing Juga Bisa Kentut
Kenali mengapa kucing berkentut. (Foto: Unsplash-Pacto Visual)

SAMA seperti manusia, kucing juga bisa kentut. Dengan memahami sistem pencernaan kucing, pemilik akan jauh lebih mengerti mengapa kucing berkentut.

Dalam sehari, Dokter Hewan Sara Ochoa dikutip dari Daily Paws, kucing mengeluarkan gas atau berkentut sangat bervariasi tetapi normalnya satu atau dua kali sehingga jauh lebih sedikit ketimbang manusia bisa 21 kali kentut.

Baca juga:

Pilihan Mainan untuk Temani Kucing Kesayangan

Kucing, mirip seperti manusia, menelan udara saat makan atau kelebihan gas di usus sehingga harus dikeluarkan dengan bersendawa atau kentut.

Meski begitu, rendahnya frekuensi kucing berkentut, menurut Dokter Hewan di Vetster Sarah Machell, lantaran pola makan dan mekanisme produksi energi kucing berbeda dengan manusia.

Makanan Basah atau Kering, Mana Lebih Baik untuk Kucing?
Kucing bisa kentut satu atau dua kali sehari dalam kondisi normal. (Foto: Unsplash/Eric Han)

Kucing, sambungnya, tidak bergantung pada selulosa nan sulit dicerna untuk nutrisi dan energinya sehingga lebih sedikit bakteri di usus. Mikrobioma usus kucing perlu memecah lemak berbasis protein, tetapi tidak memerlukan banyak bakteri dengan fungsi mengeluarkan gas.

Meskipun kentut tidak berkorelasi langsung dengan usia, kucing dengan sistem kekebalan tubuh belum matang (anak kucing) atau sistem kekebalan lemah (lansia) lebih rentan terhadap gangguan pencernaan sehingga akan berpotensi sering kentut.

Baca juga:

Memanjakan Kucing Justru Membuatnya Stres

Jika kucing kentut lebih dari satu atau dua kali dalam sehari maka jadi tanda serius ada ketidakberesan. Kucing acap kentut ketika mereka takut, stres, atau cemas. "Stres dan kecemasan berdampak besar pada tubuh, sistem kekebalan, kebiasaan makan, dan bioma usus," kata Machell.

Kucing terlalu sering mengeluarkan banyak gas menunjukkan masalah medis lain, seperti infeksi bakteri, virus, atau jamur, parasit seperti cacing atau protozoa, alergi, sindrom radang usus, hipertiroidisme, penyakit ginjal kronis, menelan toksin atau racun, dan beberapa jenis kanker.

Ketika kentut kucing berlebihan atau sangat bau dan tidak disertai gejala lain seperti muntah, diare, atau nafsu makan berubah, maka perubahan pola makan mungkin merupakan pilihan terbaik agar masalah tersebut dapat teratasi.

Makanan Basah atau Kering, Mana Lebih Baik untuk Kucing?
Pemilihan makanan kucing akan memengaruhi kesehatannya. (Foto: Pexels/Arina Krasnikova)

"Cobalah beralih ke makanan mengandung sumber protein berbeda," kata Machell menawarkan. "Jika ingin membuat komitmen besar pada percobaan diet, coba gunakan diet rendah residu dirancang khusus dokter hewan, diet bahan terbatas, atau diet terhidrolisis".

Transisi ke makanan baru harus bertahap. Campur beberapa makanan baru dengan makanan lama selama beberapa hari pertama, lalu secara bertahap meningkatkan jumlah makanan baru dan mengurangi jumlah makanan lama. Berikan paling tidak delapan minggu diet baru.

"Intinya, jika perubahan pola makan sederhana tidak membantu, maka inilah saatnya menemui dokter hewan," pungkas Machell. (*)

Baca juga:

Pemilik Kucing Tergemuk di Dunia Tuai Kecaman dari Warganet

Bagikan
Bagikan