GEBRAKAN Hari Bumi Sedunia atau Earth Day sudah dimulai sejak tahun 60-an hingga 70-an ketika Amerika Serikat mengalami pergolakan ekonomi dan politik. Era itu Amerika juga terpaksa harus menghirup gas mengandung berbagai senyawa kimia akibat pabrik-pabrik belum mampu mengontrol dan mengolah hasil limbah. Masyarakat akhirnya mulai menyadari efek mengerikan dari pencemaran udara, pemanasan global, serta polusi dari berbagai mesin pembakaran baik dari kendaraan atau pabrik. Isu pencemaran lingkungan yang semakin merusak planet bumi bahkan dituang ke dalam buku karya Rachel Carson berjudul Silent Spring yang terbit pada tahun 1962.
Isu pencemaran lingkungan semakin memanas ketika peristiwa kebakaran hebat selama kurang lebih 30 menit di sungai Cuyahoga, Ohio, Amerika Serikat mengakibatkan kerugian sebesar Rp700 juta karena merusak jembatan kereta api yang membentang di atasnya. Kasus kebakaran ini tentunya membuat warga sekitar semakin awas terhadap lingkungan sekitar. Usut punya usut, ternyata kebakaran ini disebabkan oleh pembuangan limbah pabrik mengandung bahan kimia mudah terbakar yang dilakukan secara sembarangan.
Baca Juga:
Karena keresahan ini, Gaylord Nelson yang saat itu berprofesi sebagai seorang pengajar ilmu lingkungan hidup di Amerika Serikat akhirnya mencetuskan ide pengadaan Hari Bumi pada sebuah konferensi di Seattle tahun 1969. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terlibat aktif dalam gerakan “memulihkan” planet Bumi. Masyarakat Amerika pun menyambut baik ide brilian Nelson hingga akhirnya Amerika memiliki forum untuk menuangkan kritik dan keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan.
Denis Hayes, seorang aktivis muda yang terpilih sebagai koordinator nasional Hari Bumi memimpin pasukan sukarelawan untuk menjalankan misi menyelamatkan lingkungan. Hari Bumi Pertama kali berhasil diselenggarakan pada tanggal 22 April 1970 dengan melakukan unjuk rasa di Philadelphia, Chicago, Los Angeles, dan kota lainnya di Amerika Serikat.
Hari Bumi tentunya lahir demi kesadaran seluruh umat manusia akan pentingnya menjaga planet kita yang semakin hari semakin menua. Bumi mungkin masih bisa bertahan untuk menunjang kehidupan anak cucu kita jika saja semua orang turut andil menjaga dan melestarikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga Bumi ini? (Mar)
Baca Juga:
Peristiwa Konflik Taruna dan Mahasiswa, Picu Demonstrasi Besar di Kota Yogyakarta