Merahputih.com - Polisi membongkar narkoba jenis sabu-sabu seberat 1,1 ton dari jaringan Timur Tengah. Jaringan ini rupanya dikendalikan oleh seorang narapidana.
"Mereka bekerja sama dengan warga negara asing yang menjadi narapidana Lapas di Cilegon," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam keterangan kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (14/6).
Baca Juga:
Polres Metro Jakarta Pusat Bongkar Penyelundupan 310 Kg Sabu Asal Iran
Kasus ini diungkap oleh Ditnarkoba Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat pada Mei-Juni 2021. Tim Satgas gabungan menangkap 7 orang di 4 lokasi di Gunung Sindur, Pasar Modern 115 hingga Apartemen Green Pramuka.
"Diamankan 5 WNI serta 2 WN Nigeria inisial CSN dan UCN dari hasil pendalaman barang bukti ini berasal dari Timur Tengah dan Afrika," katanya.
Di Gunung Sindur, Bogor, polisi menangkap tersangka NR alias D alias D dan HA alias A alias O dengan barang bukti 393 Kg sabu. Selanjutnya, di lokasi kedua di Ruko Pasar Modern Bekasi Town Square, Margahayu, Bekasi Timur, polisi menyita 511 Kg sabu.
Di ruko tersebut, polisi menangkap tersangka NW alias DD dan dua tersangka WN Nigeria yakni CSN alias ES dan UCN alias EM. Kemudian, polisi mengamankan 50 Kg sabu dari tersangka AK di Apartemen Basura, Jakarta Timur.
Dan terakhir, polisi menyita 175 Kg sabu di Apartemen Green Pramuka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat dengan tersangka H alias Ne (DPO).

Hasil pengungkapan ini jika dinominalkan dengan rupiah adalah sekitar Rp 1,694 T dan jika barang bukti tersebut beredar di pasaran bisa dikonsumsi sekitar 5,6 juta orang.
Ia memerintahkan jajarannya untuk membentuk kampung tangguh di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk memberantas peredaran narkoba. Sigit mengatakan pembentukan kampung tangguh tersebut dengan kerja sama seluruh stakeholder. Sebab masalah peredaran narkoba merupakan tanggung jawab bersama.
"Disatu sisi Polri melibatkan tokoh masyarakat dan pihak lain," kata dia.
Saat ini pemerintah sedang berupaya menuju Indonesia Maju dan Indonesia Emas. Namun jika generasi penerus memakai narkoba, maka akan gagal.
"Kita masuk Indonesia emas namun harus memilik generasi yang produktif tapi akan rusak dengan narkoba. Ini tantangan kita dan tugas bersama agar generasi aman dari narkoba," kata dia.
Ia menyebut pandemi COVID-19 tak mematikan bisnis haram narkoba. Narkoba masih beredar di tengah pengetatan protokol kesehatan di tengah masyarakat. "Kita prihatin di tengah pandemi, kita sibuk, ternyata peredaran narkoba sangat tinggi," kata Listyo.
Baca Juga:
Selundupkan 40 Kg Sabu ke Medan, Bandar Narkoba Dapat Upah Hingga Rp200 Juta
Dalam kurun waktu tiga bulan, Polda Metro Jaya sudah mengungkap 3,6 ton narkoba. Jika dihitung sejak Januari 2021, polisi sudah menggagalkan lima ton lebih peredaran narkoba.
"Kita prihatin Indonesia saat ini menjadi negara dengan jumlah konsumen yang sangat besar, terbukti dengan beredarnya narkoba dalam kurun waktu tak lama," jelas dia. (Knu)