MerahPutih.com - Invasi Rusia dan blokade laut Ukraina telah menghentikan ekspor gandum Ukraina. Kondisi ini juga mendorong berbagai negara mengalami potensi krisis pangan dan inflasi tinggi.
Saat ini, puluhan kapal terdampar, dan lebih dari 20 juta ton gandum terjebak dalam silo di Odesa, Ukraina. Selain itu, Ukraina diprediksi akan kekurangan ruang penyimpanan akibat penghentian ekspor.
Baca Juga:
Langkah Airlangga Hadapi Krisis Pangan Global
Petani di kedua negara saat ini sedang memanen gandum untuk musim tanam 2022. Juli-November biasanya merupakan waktu tersibuk bagi para pedagang untuk mengirimkan hasil panen baru dari kedua negara.
Delegasi militer dari Rusia, Ukraina, dan Turki bertemu pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Istanbul pada Rabu (13/7), untuk memulai pembicaraan tentang kelanjutan ekspor gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam Odesa.
Turki telah bekerja dengan PBB untuk menengahi kesepakatan setelah invasi Rusia pada 24 Februari 2022 di Ukraina. Kondisi saat ini, harga gandum, minyak goreng, bahan bakar, dan pupuk melonjak.
"Kami memang bekerja keras tetapi masih ada jalan yang harus ditempuh. Banyak orang membicarakannya. Kami lebih suka mencoba dan melakukannya," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Ukraina dan Rusia adalah pemasok utama gandum dunia. Rusia juga pengekspor pupuk terbesar. Selain itu, Ukraina adalah produsen minyak jagung dan bunga matahari yang signifikan.
Para diplomat mengatakan rincian rencana yang sedang dibahas mencakup kapal-kapal Ukraina yang memandu kapal pembawa gandum masuk-keluar melalui perairan pelabuhan yang dipasangi ranjau; Rusia menyetujui gencatan senjata saat pengiriman dilakukan; dan Turki, didukung oleh PBB, memeriksa kapal untuk menghilangkan kekhawatiran Rusia pada penyelundupan senjata.
Kepala Departemen Organisasi Internasional Kementerian Luar Negeri Rusia Pyotr Ilyichev, melaporkan, Moskow siap memfasilitasi navigasi kapal komersial asing untuk mengekspor gandum Ukraina.
Dia menambahkan, Rusia ingin mengontrol dan memeriksa kapal dari "penyelundupan senjata".
Kantor berita RIA yang mengutip sumber diplomatik lain mengatakan tuntutan Rusia mencakup penghapusan "hambatan ekspor" yang didorong oleh sanksi Barat.
"Ada kendala bagi pihak Rusia di bidang asuransi kapal, logistik, jasa transportasi dan operasional perbankan akibat sanksi yang dijatuhkan,” kata sumber tersebut," katanya dikutip Antara.
Rusia terus mengekspor gandum sejak perang dimulai, tetapi menghadapi kekurangan kapal besar karena banyak pemilik takut untuk mengirim kapalnya ke wilayah tersebut. Biaya pengangkutan dan asuransi juga meningkat tajam.
Sementara itu, Ukraina menyatakan harapannya agar ekspor gandum meningkat meski Rusia memblokade pelabuhan Laut Hitam.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, kekhawatiran keamanan, terkait dengan posisi Rusia, perlu ditangani.
"Kami berada di fase akhir dan sekarang semuanya tergantung pada Rusia. Moskow masih bisa menunda pembicaraan," katanya. (*)
Baca Juga:
Pemerintah Perkuat Ketahanan Pangan Nasional dan Antisipasi Krisis Pangan Global