Rupiah Terus Tertekan, Sudah Lebihi Rp 15.300 Per USD

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 11 Oktober 2022
Rupiah Terus Tertekan, Sudah Lebihi Rp 15.300 Per USD
Ilustrasi rupiah. (Foto: Antara)

MerahPutih.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terus mengalami tekanan sejak awal bulan, terutama karena ekspektasi pengetatan moneter yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).

Rupiah Selasa pagi (11/10) ini melemah 13 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp 15.331 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.318 per USD. Rupiah diperkirakan akan bergerak biasa menyentuh Rp 15.350 per USD.

Baca Juga:

Rupiah Hampir Dekati Rp 15.300 Per USD

Faktor-faktor yang menekan rupiah yaitu ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif hingga akhir tahun ini karena bank sentral AS lebih memprioritaskan pengendalian inflasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi," ujar Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra.

Pengetatan moneter The Fed menyebabkan selisih atau spread tingkat imbal hasil antara aset rupiah dan aset USD menipis sehingga memberikan tekanan ke rupiah.

Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terutama tenor 10 tahun yang kembali naik mendekati angka 4 persen mengindikasikan ekspektasi pasar yang masih besar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif.

"Selain itu, bayang-bayang resesi global mendorong pelaku pasar mengalihkan sebagian asetnya ke aset aman di dolar AS," kata Ariston dikutip dari Antara.

Investor memperkirakan data inflasi pekan ini kemungkinan akan menunjukkan bahwa tekanan harga tetap tinggi di ekonomi terbesar dunia itu.

Data AS yang akan dirilis pada Kamis (13/10) lusa diperkirakan menunjukkan inflasi akan mencapai 8,1 persen (yoy) September, turun dari 8,3 persen (yoy) pada Agustus. Sedangkan inflasi inti diperkirakan meningkat menjadi 6,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 6,3 persen (yoy).

Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan inflasi jauh lebih persisten daripada yang diperkirakan bank sentral AS.

Data AS Jumat (7/10) menunjukkan bahwa pengangguran secara tak terduga turun dan ekonomi menambahkan lebih banyak pekerjaan daripada yang diperkirakan pada September.

Hal itu mendorong imbal hasil obligasi karena para pedagang meningkatkan taruhan mereka bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November mendatang untuk keempat kalinya berturut-turut sepanjang beberapa bulan terakhir. (Asp)

Baca Juga:

Rupiah Masih Dalam Posisi Melemah

#Rupiah #Inflasi #Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan