Rokok Elektrik Ubah Pola Konsumsi Perokok

Andika PratamaAndika Pratama - Jumat, 11 Mei 2018
Rokok Elektrik Ubah Pola Konsumsi Perokok
Rokok elektronik. Foto: Ist

MerahPutih.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Erman Aminullah mengatakan rokok elektrik sebagai produk teknologi baru memiliki potensi yang dapat mengubah pola dan kecenderungan konsumsi rokok.

"Rokok elektrik sebagai produk teknologi baru memiliki potensi yang dapat mengubah pola dan kecenderungan konsumsi rokok, yakni dari rokok konvensional ke rokok elektrik. Perubahan tersebut terjadi karena rokok elektrik menawarkan nilai lebih (lebih rendah risiko) dibandingkan rokok konvensional yang terdokumentasikan dalam berbagai referensi hasil penelitian, seminar, dan konferensi tentang produk tembakau alternatif, termasuk juga testimoni perokok elektrik," ujar Erman di Jakarta, Kamis (10/5)

Erman yang juga Dewan Penasihat Himpunan Peneliti Indonesia menambahkan rokok elektrik sangat efektif untuk mengurangi konsumsi rokok konvensional di masyarakat.

Ilustrasi Vape atau rokok elektrik (Foto: MP/Ist)

Produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dan rokok elektrik dinilai memiliki risiko lebih rendah dibandingkan rokok konvensional karena tidak mengalami proses pembakaran dan mengeliminasi TAR, senyawa kimia yang mengandung zat-zat karsinogenik.

"Senyawa ini lah yang jika dalam jangka panjang dihirup oleh manusia akan mengendap dalam tubuh dan memicu berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit paru-paru, jantung, dan kanker," kata Erman seperti dilansir Antara.

Dia menambahkan agar inovasi teknologi dari produk tembakau alternatif dapat diterima dan dirumuskan dalam peraturan, maka diperlukan proses advokasi mengenai produk yang lebih rendah risiko ini.

Selain itu, kata dia, perlu menyiapkan langkah-langkah ke depan dalam menyosialisasikan produk tembakau alternatif.

"Bagaimanapun, ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Sehingga diperlukan itikad baik dari semua pihak untuk duduk bersama dan berdiskusi agar kita mampu melihat potensi baik dari sebuah inovasi teknologi melalui produk tembakau alternatif ini," cetus dia.

Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Dr Amaliya menjelaskan hasil penelitian independen terhadap pengguna rokok diketahui pada perokok aktif ditemukan ketidakstabilan sel pada dinding mulut.

Terlalu banyak merokok dapat mengganggu pendengaran. (Foto: freeimage)

"Hasilnya didapati bahwa pada perokok aktif ditemukan inti sel yang melapisi pipi bagian dalam dibandingkan pengguna rokok elektrik dan mereka yang bukan perokok, atau dengan kata lain sel-sel tersebut memiliki kecenderungan mengalami ketidakstabilan yang dapat mengakibatkan dysplasia (kondisi perubahan abnormal) pada dinding mulut," kata Amaliya.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia memiliki tren yang cenderung meningkat dari 27 persen pada 1995 menjadi 36,3 persen pada 2013. Laporan Badan Kesehatan Dunia, WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2017 menyebutkan prevalensi perokok di Indonesia pada pria sebesar 64,9 persen, sedangkan wanita sebesar 2,1 persen. (*)

#Rokok Elektronik #Rokok
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan