Riwayat Legging: dari Atribut Highlander hingga Busana Disko

Rina GarminaRina Garmina - Rabu, 23 Agustus 2017
Riwayat Legging: dari Atribut Highlander hingga Busana Disko
Busana khas penduduk Skotlandia. (Foto: quintenews.com)

SEKARANG, menjumpai perempuan mengenakan legging sudah jamak. Apalagi legging telah menjadi bagian dari mode. Padahal, di zaman dahulu kala, legging merupakan bagian dari seragam tentara. Anda dapat melihat jejak-jejak sejarah legging di beberapa museum Eropa seperti Louvre (Paris) dan British Museum (London).

Koleksi artefak dan manuskrip yang ada di museum tampak bahwa legging telah digunakan sejak sebelum Masehi. Di negara-negara tersebut celana model ketat ini dipakai untuk melindungi kaki dari cuaca dingin dan gigitan serangga. Dahulu, mereka umumnya membuat legging sendiri dari serat tanaman atau kulit hewan.

Tentara-tentara yang telah menggunakan legging antara lain Assyria dan Babilonia. Karena fungsinya sebagai pelindung kaki, legging yang dipakai terbuat dari baja. Jika pernah membaca sejarah William I dari Inggris alias William Sang Penakluk, penerus tahta Inggris yang memimpin penyerangan orang-orang Normandia, Bretagne, Flandria dan Prancis terhadap Inggris, Anda mungkin melihat pula seragamnya.

William menjadikan legging sebagai bagian dari seragam militernya. Modelnya ialah kaus kaki, panjang selutut serta dilengkapi besi. Di dalam "An Illustrated History of Arms and Armour" disebutkan pada abad ke-11, kebanyakan cuishes dan legging terbuat dari rantai besi baju zirah.

Riwayat legging dapat pula dilihat di dataran tinggi (highland) Skotlandia. Bangsa Celtic di sana memperkenalkan legging semasa abad pertengahan. Motif khasnya ialah kotak-kota (tartan) yang lebih dikenal dengan trews. Modelnya seperti stocking, bukan legging zaman sekarang yang mirip celana.

Pada 1746, Inggris menganggap legging sebagai atribut pemberontak. Sama halnya dengan julukan pemberontak yang mereka lontarkan kepada penduduk dataran tinggi Skotlandia yang dikenal dengan sebutan highlander. Namun, para highlander dapat mempertahankan legging sebagai busana warisan leluhur setelah berkompromi dengan penguasa.

Caranya, dengan menjadi buruh tani di perkebunan milik orang Inggris atau bekerja sebagai serdadu di berbagai kesatuan Tentara Kerajaan Inggris. Suku Indian di Amerika juga telah lama memakai legging. Saat highlanders tiba di Amerika untuk memerangi Prancis atas nama Inggris, mereka kerap menggunakan legging buatan suku Indian.

Saat Perang Dunia II, serdadu Amerika Serikat masih mengenakan legging. Akan tetapi, karena tidak praktis dan kurang awet, pemakaian legging dikurangi dan makin menyusut seiring dengan hadirnya sepatu boot militer.

Jadi mode

Mulai 1960-an, legging mulai menjadi bagian dari mode. Penggunaan celana ketat ini di Amerika terinspirasi dari suku Indian. Penggunanya tak lagi kaum pria. Kaum perempuan telah banyak yang memakainya.

Sebagaimana dikutip dari historia.id, bahan yang kerap digunakan ialah spandex, katun dan nilon. Di tahun 1970-an, perancang busana Patricia Field membuat legging perempuan. Popularitas legging kian terangkat dan lmenjadi pakaian olahraga andalan sejak aktris Jane Fonda mempromosikan tempat kebugaran miliknya.

Kemudian legging dikenakan pula selebritas lain seperti Madonna Cindy Lauper dan Olivia Newton John. Di Inggris, legging sempat menjadi simbol perlawanan para punker yang berjargon antikemapanan.

Populer di Indonesia

Di Indonesia, legging juga menjadi pakaian olahraga favorit, terutama sejak tempat-tempat kebugaran bermunculan. Demam disko, balet, glam rock dan punk juga turut membuat busana ini naik daun.

Pamor legging di Tanah Air sempat meredup pada akhir 1990-an. Namun mulai menggeliat pada 2005. Kini, perempuan mulai dari balita hingga dewasa, sering terlihat mengenakannya di tempat umum.

Anda juga salah satu pencinta legging? (*)

Baca juga artikel tentang legging yang menuai kontroversi: Celana Yoga Kembali Menuai Kontroversi.

#Kontroversi Legging
Bagikan
Ditulis Oleh

Rina Garmina

Cooking Mama :)
Bagikan