HARBOLNAS yang jatuh pada tanggal cantik 11.11 membawa banyak sekali keuntungan bagi mereka yang gila belanja dan pegiat UMKM. Di momen tersebut, para konsumen bisa mendapatkan promo spesial untuk barang-barang incarannya. Mulai dari peralatan rumah tangga, produk kecantikan, keperluan ibu dan anak hingga alat-alat kesehatan dijual dengan harga miring.
Sementara bagi pemilik usaha, adanya Harbolnas tentu menjadi sarana mereka untuk memperluas pasar. Sejumlah brand pun memiliki waktu untuk soft-selling dan mempromosikan produknya. Kebiasaan konsumen membanding-bandingkan harga, lokasi penjual dan variasi produk pun membuat UMKM kecil berpeluang mendapat atensi.
Baca juga:
Namun, sebesar-besarnya manfaat yang didapat saat Harbolnas tentu ada risiko yang mengintai. Misalnya saja risiko barang terlambat sampai ke lokasi pelanggan karena tingginya aktifitas dari kurir yang tersedia. Selain itu tidak semua marketplace memiliki infrastruktur yang stabil, terutama ketika Harbolnas sedang berlangsung. Hal tersebut membuat sejumlah pembeli mengalami kesulitan dalam pembelian barang dan berakhir tidak jadi membeli barang tersebut.

"Risiko ini juga berujung ke gagalnya barang tersebut tidak jadi dibeli, sehingga penjual yang sudah antisipasi kenaikan sales di harbolnas tersebut jadi harus berurusan dengan stok mati," ujar Analyst Hospitality and Beauty Industry, Ragil Caitra Larasati saat diwawancarai Merahputih.com.
Lalu bagaimana sih cara meminimalisir risiko tersebut?
"Dalam meminimalisir risiko logistik, ada baiknya para penjual selalu menyediakan opsi pengamanan paket seperti tambahan packing dengan bubble wrap, memakai packing khusus seperti vaccum seal untuk makanan," saran perempuan yang kerap disapa Ragil tersebut.
Baca juga:
Langkah Jitu E-Commerce dalam Mendukung UMKM Lokal di Masa Pandemi
Adanya fitur tambahan seperti itu, penjual juga bisa mengkomunikasikan di halaman produk toko. Cara tersebut juga bisa dijadikan sebagai konten media sosial guna meningkatkan kualitas branding dari bisnis itu sendiri. Dengan demikian mereka bisa meyakinkan pelanggan yang sedang window shopping.
Sementara itu, untuk meminimalisir risiko barang yang tidak terjual juga disarankan selalu mengkomunikasikan produk yang ikut promosi dari jauh-jauh hari. "Idealnya seminggu sebelum tanggal promosi tersebut berlangsung," tutur Ragil.

Promosi bukan hanya bisa dilakukan di media sosial. Penjual juga bisa memanfaatkan influencers. "Sesuaikan juga visi dan misi antara influencers dengan brand tersebut," jelasnya. Pastikan image influencers cocok dengan brand. Misalnya, brand-nya dikhususkan untuk ibu hamil maka cari influencers yang sering membahas tentang topik program hamil.
Selain influencers, disarankan juga memakai fitur iklan dari masing-masing marketplace dan juga dari media sosial. "Sertakan juga konten iklan yang menarik dan langsung membahas tentang benefit kenapa pelanggan harus membeli di tanggal tersebut," pungkasnya. (Avia)
Baca juga: