Risiko Gagal Bayar Utang Negara Meningkat

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Rabu, 26 Januari 2022
Risiko Gagal Bayar Utang Negara Meningkat
Ilustrasi uang rupiah. (Foto: Antara)

MerahPutih.com - Negara-negara berpenghasilan rendah saat ini menghadapi tingkat utang yang tinggi dan akan semakin sulit untuk membayar utang mereka dalam beberapa tahun ini.

Deputi Pertama Direktur Pelaksana IMF Gita Gopinath mengatakan, 60 persen negara berpenghasilan rendah berada dalam kesulitan. G20 perlu melakukan perubahan untuk mewujudkan perjanjian restrukturisasi utang dengan lebih cepat.

Baca Juga:

Utang PLN Rp 500 T, Erick Thohir Minta Subholding Cari Dana Mandiri

Kondisi saat ini, beberapa negara berpenghasilan rendah sudah membayar hampir 3,0 persen dari total output ekonomi untuk membayar utang.

"Dan ketika suku bunga naik, itu akan naik lebih jauh. Jadi saya pikir ini memang periode harus sangat berhati-hati tentang apa yang terjadi dalam hal kemampuan pembayaran utang negara.”

Ia memaparkan, penangguhan layanan utang G20 atas utang bilateral resmi berakhir pada akhir 2021, tetapi kemajuannya lambat dalam menerapkan kerangka restrukturisasi utang G20 yang lebih luas untuk negara-negara miskin, dengan kreditur sektor swasta dan Tiongkok yang menunjukkan keengganan untuk berpartisipasi penuh.

Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan peningkatan risiko gagal bayar untuk negara-negara berkembang pekan lalu. Negara-negara termiskin menghadapi USD 35 dalam pembayaran utang kepada kreditur resmi dan swasta, dimana 40 persen berutang ke China.

Uang
Ilustrasi layanan bank. (Foto: Antara)

IMF, kata Gopinath, beralih dari pembiayaan darurat yang diberikan kepada negara-negara anggota pada tahun 2020 dan 2021 dalam menangani kesehatan pandemi langsung dan krisis ekonomi ke program pembiayaan tradisional jangka panjang.

Rilis laporan World Economic Outlook IMF memaparkan, pertumbuhan akan melambat karena ekonomi bergulat dengan gangguan pasokan, inflasi yang lebih tinggi, rekor utang dan ketidakpastian yang terus-menerus.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (25/1/2022) memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh 4,4 persen pada 2022, turun 0,5 poin persentase dari perkiraan Oktober. (Asp)

Baca Juga:

Penuhi Target Pembiayaan, Pekan Ini Pemerintah Lelang Surat Utang Rp 37,5 Triliun

#Breaking #Utang #Utang Negara #Utang Pemerintah #Pemulihan Ekonomi
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan