Ricardo Kaka, dari Sukses di AC Milan dan Perseteruan dengan Jose Mourinho

Andika PratamaAndika Pratama - Jumat, 20 April 2018
Ricardo Kaka, dari Sukses di AC Milan dan Perseteruan dengan Jose Mourinho
Ricardo Kaka semasa berseragam AC Milan. Foto: ist

MerahPutih.com - Di masa jayanya, Ricardo Kaka menjadi salah satu gelandang terbaik di Eropa dan dunia. Ia menjelma sebagai kreator lini tengah yang dimiliki AC Milan.

Aksi-aksi fantastis di lapangan hijau membuat lawan-lawan kerap kesulitan mengawal pergerakannya. Kaka berhasil membawa AC Milan merengkuh beberapa titel bergengsi seperti gelar Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions. Bahkan, Kaka meraih Ballon d'Or 2007 ketika membela panji Rossoneri.

Ricardo Kaka. Foto: Zimbio

Setelah memutuskan gantung sepatu pada 17 Desember 2017, Kaka kembali muncul ke depan publik dengan mengungkapkan beberapa penyesalan sepanjang kariernya.

Seperti pesepak bola lainnya, Kaka juga tidak lepas dari kesalahan dalam membuat keputusan. Pria 35 tahun tersebut mengaku menyesal meninggalkan AC Milan dan memilih bergabung dengan Real Madrid.

"Pada 2009, saya menerima proposal dari Madrid, namun setelah itu saya benar-benar hancur. Saya tidak dapat meniru apa yang telah saya lakukan untuk Milan," kata Kaka seperti dilansir UOL.

Ricardo Kaka. Foto: ist

Ketika itu, beberapa media Spanyol mengabarkan jika Jose Mourinho lah yang menjadi akar masalah di balik anjloknya performa sang megabintang. Hal tersebut pun diamini oleh Kaka.

"Saya benar-benar tersesat. Di Italia, semua orang mencintai saya. Namun, di Spanyol mereka semua ingin saya pergi begitu saja. Selain itu, masalah kian bertambah karena Jose Mourinho sangat sulit untuk bekerja sama," sambung Kaka.

Hubungan antara Kaka dan Mourinho kian meruncing setelah The Special One jarang memberikan kesempatan bermain. "Ketika saya pikir dia akan memberi kesempatan, hal itu tidak pernah terjadi," terang Kaka.

"Saya tidak mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi. Saya berlatih keras, berjuang dan terus berdoa. Namun, dengan kondisi pelatih tidak yakin pada kemampuan, saya menyadari akan sulit berkerja sama."

Pada akhirnya, cinta yang begitu besar yang dimiliki Kaka untuk Rossoneri membawanya kembali ke San Siro pada musim 2013-2014. Selama satu musim membela Milan, kaka mendulang 12 gol dan 12 assist dari 61 pertandingan.

Ricardo Kaka di Orlando City. Foto: mlssoccer

"Saya sangat senang meninggalkan Real Madrid dan kembali ke Milan terutama setelah Morinho mengatakan saya adalah satu di antara pemain paling profesional yang pernah bekerja dengannya," ungkap Kaka.

Real Madrid bukanlah satu-satunya mimpi buruk dalam karier sepak bola Kaka. Pemain yang mengawali karier di FC Sao Paulo tersebut mengaku kekalahan dari Liverpool pada pertandingan final Liga Champions 2004-2005 masih terus menjadi momok hingga saat ini.

"Saya sangat emosional ketika menerima sambutan hangat tersebut. Saya menyadari jika telah berada di tempat yang tepat yakni bersama mereka di tribun, menyemangati dan menonton pertandingan," timpalnya.

"Jadi, saya memutuskan untuk tidak bermain lagi. Di masa depan, saya bisa berkerja di Sao Paulo, namun saya tidak akan menjadi pelatih atau komentator," tutur Kaka.

Saat ini, Kaka telah memutuskan untuk mengakhiri kiprah sebagai pesepak bola. Namun satu yang pasti, AC Milan menjadi rumah bagi Kaka untuk pulang. (*/Bolaskor)

#AC Milan #Real Madrid
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan