MerahPutih.com - Badai Daniel menyapu beberapa wilayah timur Libya pada Minggu, terutama kota Benghazi, Al Badya dan Al-Marj, serta Soussa dan Derna. Jumlah korban tewas akibat banjir di Derna mencapai sekitar 2.000 jiwa sementara ribuan lainnya masih hilang.
Kepala pemerintahan persatuan Libya yang berbasis di Tripoli, Abdul Hamid Dbeibeh, menyatakan seluruh wilayah yang dilanda badai dan banjir sebagai zona bencana. Dbeibeh juga mengumumkan tiga hari berkabung bagi para korban banjir.
Baca Juga:
Banjir Bandang Landa Libya Timur, Kemlu: Tidak Ada WNI Menjadi Korban
Otoritas Libya juga mengumumkan status keadaan darurat, termasuk menghentikan kegiatan belajar di kelas di seluruh institusi pendidikan negeri dan swasta serta menutup toko-toko.
Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) mengumumkan kesiapan untuk menyediakan bantuan serta menjalankan operasi pencarian dan penyelamatan setelah Badai Mediterania Daniel menyebabkan banjir bandang di Libya timur.
Menyusul permintaan pemerintah Libya atas bantuan internasional, Turki bersiap mengerahkan 150 personel tim pencarian dan penyelamatan baik di perairan dan daratan bersamaan dengan pemberian tenda, dua kendaraan penyelamat, empat perahu dan generator yang disampaikan AFAD pada akun media sosial X.
Kementerian Luar Negeri memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban bencana banjir yang melanda Libya timur. Sebagian besar WNI di Libya, yang berdasarkan data KBRI Tripoli berjumlah 282 orang, bertempat tinggal di Libya bagian barat.
Kedutaan Besar AS di Libya mengatakan, telah melakukan kontak dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan pihak berwenang Libya dan sedang menentukan bagaimana cara mengirimkan bantuan ke daerah-daerah yang paling terkena dampak. (*)
Baca Juga:
Filipina Ancam Kerahkan Kapal Perang Evakuasi Warganya di Libya