Headline

Rezim Digital Sodorkan Pilihan Berinovasi atau Mati

Eddy FloEddy Flo - Kamis, 23 November 2017
Rezim Digital Sodorkan Pilihan Berinovasi atau Mati
Kepala Grup DKEM BI Yoga Affandi (kiri) bersama Lana Soelistyningsih (kedua kiri), Iskandar (ketiga kiri), Asisten Gubernur BI Dyah Nastiti (ketiga kanan), (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)

MerahPutih.Com - Digitalisasi semakin massif berlaku dalam pelbagai aspek kehidupan manusia zaman sekarang. Setidaknya ada dua bidang yang paling mencolok yakni informasi dan teknologi. Dampaknya terjadi perubahan pola gaya hidup dari offline ke online. Saat ini, kita berdiri di fajar baru era digital yang didukung oleh generasi teknologi informasi.

Sekarang ini 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia berada pada usia 39 tahun ke bawah atau generasi yang dibesarkan pada era digital. Alhasil, kebiasaan 65 persen itu dalam mencari atau mendapatkan informasi mengalami perubahan yang signifikan.

Orang-orang yang sebelumnya mendapatkan informasi selalu mengandalkan televisi dan koran, sekarang ini kecenderungan melalui internet, baik itu media sosial maupun website. Hasil penelitian bahkan membuktikan bahwa orang-orang sekarang ini menghabiskan waktunya berselancar di internet minimal 3 jam 44 menit per hari.

“Generasi yang dibesarkan pada era digital ini kecenderungan cara berpikirnya lebih banyak pada gambar dan suara. Perlu komunikasi yang lebih inovatif pada era digital seperti saat ini, “kata Asisten Gubernur Bank Indonesia Dyah Nastiti usai membuka Pelatihan Wartawan Daerah di Jakarta, Senin (20/11).

Perubahan signifikan dalam mendapatkan informasi pada era digital ini tentunya membuat Bank Indonesia harus mengubah cara berkomunikasi dalam menyampaikan kebijakan yang telah dan akan dibuat agar mudah dipahami serta dilaksanakan semua umur.

Hanya langkah untuk berubah tersebut juga perlu diikuti seluruh media yang ada di Indonesia. Apalagi, keberadaan dan peran Bank Indonesia selaku Bank Sentral di negara ini sangat penting, bahkan bersentuhan langsung dengan hajat hidup masyarakat sehingga berbagai kebijakan yang telah dan akan dibuatnya menjadi penting pula bagi media untuk dijadikan bahan berita untuk publik.

"Kami menginginkan program yang ada dapat diketahui oleh masyarakat luas, baik nasional maupun internasional. Jadi, media massa merupakan jembatan yang menghubungkan Bank Indonesia dengan masyarakat," kata Dyah sebagaimana dilansir Antara.

Menyadari keberadaan dan peran media massa yang sangat strategis itu, Bank Indonesia pada tahun 2016 dan 2017 menyelenggarakan pelatihan terhadap wartawan daerah dari seluruh Indonesia, dipusatkan di Jakarta. Pelatihan pada tahun 2016 dilaksanakan dua gelombang dengan membagi wartawan dari Indonesia barat dan timur. Pada tahun 2017, pelatihannya digabung sehingga ada 580 wartawan yang berasal dari 46 kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia yang mengikutinya.

Pada tahun 2017, pelatihan bertujuan meningkatkan wawasan wartawan terhadap berbagai kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan sistem keuangan, termasuk berbagai program dan capaian yang telah diraih BI. Pelatihan ini juga mengajak awak media, khususnya para wartawan agar makin menyadari telah terjadi perubahan signifikan masyarakat Indonesia mendapatkan informasi, serta bersama-sama berubah dan berinovasi dalam menjawab tantangan pada era digital.

"Sekarang ini BI telah memanfaatkan info grafis dalam menyampaikan berbagai kebijakan. Itu dilakukan karena masyarakat, khusus anak-anak era digital, sangat menyukai visual atau gambar, dan audio atau suara. Selain info grafis apalagi. Ini perlu dipikirkan bersama, termasuk media," pungkas Dyah Nastiti.(*)

#Bank Indonesia #Digital #Teknologi Informasi
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian
Bagikan