Merawat Ingat

'Reuni' Pematung dan Pemesan Tugu Pancoran

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Selasa, 04 Januari 2022
'Reuni' Pematung dan Pemesan Tugu Pancoran
Patung perunggu setinggi 11 meter dengan tiang penyangga 27 meter yang berada di Pancoran. (123RF/ximagination)

TEPAT enam tahun, Edhi Sunarso bersua kembali dengan Proklamator Republik Indonesia Sukarno di suargaloka, yang memercayakannya proyek pembangunan Tugu Pancoran sejak 1964. Maestro yang juga membuat patung Selamat Datang Bundaran Hotel Indonesia dan Pembebasan Irian Barat Lapangan Banteng itu menutup mata di ICU Jogja Internasional Hospital, Senin, 4 Januari 2016, pukul 22.53 WIB, akibat sesak nafas, di usia 83 tahun.

Baca Juga:

Disangka Pasukan Udara Inggris, Arek Suroboyo Malah Menembaki Pesawat Sukarno

edhi sunarso
Edhi Sunarso semasa hidup, sosok maestro pematung kepercayaan Presiden Pertama RI Sukarno. (Flickr/Sandy Pirouzi)

Patung Dirgantara, nama asli Tugu Pancoran yang menggambarkan sosok Gatotkaca, jadi proyek fenomenal nasional terakhir Sukarno kepada peraih juara dua dari 117 negara peserta, lomba seni patung internasional London 1953 itu. Total biaya patung berkisar Rp 12 juta (kurs Rp 250 per USD pada 1964), dengan uang muka dari Pemerintah Rp 5 juta, Sukarno pribadi Rp 1 juta, dan sisanya jadi utang negara. Namun, proyek mangkrak sejak gempa politik 1965 hingga akhirnya Bung Karno menanyakan nasibnya pada 1970. Terjerat utang menutupi biaya awal, Edhi baru bisa melanjutkan proyek setelah menerima Rp 1.750.000 hasil penjualan mobil Bung Karno. Sempat dua kali datang mengecek hingga memicu kerumunan di kawasan Pancoran, Bung Besar terakhir berpesan akan datang lagi pekan depan.

Baca Juga:

Mengurai Sejarah Situ Pancoran Mas

patung pancoran
Monumen Patung Dirgantara dilihat dari Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

Benar saja, sepekan berlalu Minggu pagi 21 Juni 1970, ketika Edhi berada di puncak patung, betul Sukarno datang lagi melintas di bawah, tetapi sudah terbujur kaku dalam mobil jenazah dari Wisma Yaso menuju Halim Perdanakusuma untuk diterbangkan ke Blitar. Turun dengan air mata berlinang, Edhi langsung menyusul rombongan ikut mengantar jasad diturunkan ke liang lahat. Beberapa pekan setelah pemakaman, Edhi memenuhi janjinya menyelesaikan pembangunan patung setinggi 11 meter dengan tiang penyangga 27 meter itu. Sayangnya, ikon nasional yang berdiri puluhan tahun itu tak pernah diresmikan oleh negara, hingga era Pemerintahan Presiden Joko Widodo sekalipun. Patung Gatotkaca itu hanya bisa menjadi saksi bisu reuni dua tokoh bangsa di atas angkasa sana. (Aru)

Baca Juga:

Catatan Penyakit Sukarno Sebelum Wafat

#Merawat Ingat
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Bagikan