Reuneuh Mundingeun yang Kian Terlupakan

P Suryo RP Suryo R - Minggu, 14 Agustus 2022
Reuneuh Mundingeun yang Kian Terlupakan
Reuneuh Mundingeun tradisi Sunda yang dilakukan untuk ibu hamil yang melebihi waktu normal. (Pexels/Leah Kelley)

KEANEKARAGAMAN budaya dan tradisi tidak lepas dari banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan tradisi yang sangat banyak. Budaya dan tradisi yang diwariskan leluhurnya pada suatu suku tertentu masih dipelihara dan dilestarikan sampai saat ini. Baik berupa kehamilan, lahiran, masa anak-anak, perkawinan dan kematian.

Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah suku Sunda. Seperti suku-suku lainnya di Indonesia, maka suku Sunda di Jawa Barat ini juga memiliki keunikannya tersendiri. Keunikan tersebut tentunya menjadi ciri khas dan jati diri dari Suku Sunda.

Baca Juga:

Aluk Rampe Matampu, Rangkaian Upacara yang Menyangkut Kematian

sunda
Tradisi ini dilakukan ketika usia kandungannya telah mencapai usia 9 bulan 10 hari lebih sebagaimana normalnya usia kehamilan akan tetapi belum juga melahirkan. (Ketik News)

Tradisi reuneuh mundingeun merupakan tradisi unik yang ditujukan kepada kaum perempuan Sunda yang sedang mengandung. Ini dilakukan apabila usia kandungannya telah mencapai usia 9 bulan 10 hari lebih sebagaimana normalnya usia kehamilan akan tetapi belum juga melahirkan.

Masyarakat suku Sunda menyebut keadaan yang seperti itu perempuan hamil yang belum melahirkan tersebut dijuluki dengan sebutan Reuneuh Mundingeun atau yang dalam bahasa Indonesianya adalah Kerbau Bunting. Penamaan ini disebut sebagai bunting kerbau karena usia kehamilan perempuan tersebut sama dengan usia bunting hewan kerbau yaitu 1 tahun.

Tujuan dari ritual adat ini adalah agar perempuan yang hamil tersebut segera melahirkan dengan selamat dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pelaksanaan ritual reuneuh mundingeun dilakukan dengan cara sederhana, perempuan yang hamil dikalungi kolotok (ikat leher kerbau) dan dituntun oleh ibu beurang atau dukun (tenaga tradisional ahli bayi dan anak). Kemudian perempuan ini, dituntun menuju kandang kerbau sambil dibacakan doa dan sambil dituntun.

Baca Juga:

Tradisi Pengobatan Belian Sentiyu Dayak Tunjung Kian Pudar

sunda
Perempuan yang hamil dimandikan oleh indung beurang memakai air bunga tujuh rupa. (buddhazine.com)

Perempuan yang hamil tersebut harus menirukan tingkah kerbau seperti bunyinya dan diiringi oleh anak-anak yang membawa cambuk. Setelah itu, ia akan dimandikan oleh indung beurang memakai air bunga tujuh rupa. Setelah selesai mandi maka telah selesai pula ritual reuneuh mundingeun ini. Jika tidak ada kandang kerbau, maka cukup diganti dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali.

Walaupun tradisi reuneuh mundingeun sekarang ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat suku Sunda yang tinggal di kota, namun kita masih bisa menjumpai tradisi unik tersebut pada masyarakat suku Sunda dibeberapa pedesaan.

Semua upacara, ritual dan apapun sebutannya yang dilakukan secara tradisional merupakan bentuk atas rasa syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dan jati diri sukunya sehingga menjadi sebuah kekayaan alam Indonesia. Sudah sepatutnya kita ketahui dan turut melestarikannya. (DGS)

Baca Juga:

Gigi Balang, Ornamen Khas Betawi yang Sarat Makna

#Lipsus Agustus Adat Indonesia #Tradisi
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan