Remaja, Target Karya Sastra Populer

P Suryo RP Suryo R - Minggu, 22 Mei 2022
Remaja, Target Karya Sastra Populer
Sastra yang biasanya ditujukan bagi remaja kemudian masuk dalam golongan karya sastra populer. (Foto: freepik/lookstudio)

REMAJA merupakan sasaran pemasaran terbesar bagi berbagai macam produk. Termasuk dalam memasarkan karya sastra. Produsen dengan sengaja menciptakan ruang-ruang pasar bagi para remaja, unntuk buku dan karya sastra, ada genre khusus bagi mereka.

Buku dan jenis karya sastra yang biasanya ditujukan bagi remaja kemudian masuk dalam golongan karya sastra populer. Sebagai pembanding, biasanya sastra arus utama merupakan karya yang dianggap memiliki ideologi, mampu melampaui zamannya dan memiliki mutu tinggi. Kriteria itu berlawanan dengan karya sastra populer yang dianggap hadir untuk mengikuti selera pasar atau pembaca, tidak dapat bertahan lama, dengan mutu yang dianggap meragukan.

Baca Juga:

Punya Skill Creative Thinking Penting Banget

sastra
Bacaan teenlit memang sesuai dengan apa yang ada dengan kehidupan nyata remaja. (Foto: Twitter@gramediaebooks)

Menurut Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, DIY Fitri Merawati SPd, MA, kata ‘remaja’ yang berdasarkan fase hidup merupakan kondisi manusia yang masih mencari jati diri, sehingga cenderung labil. "Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu alasan sastra remaja dianggap memiliki mutu rendah," ujarnya dalam tulisan yang dimuat di Radar Jogja.

Jika remaja dipahami sebagai pembaca, artinya karya sastra remaja memang ditujukan untuk dibaca oleh pembaca remaja yang berusia belasan tahun. Jika remaja dipahami sebagai penulisnya, maka karya ini ditulis oleh remaja yang juga berusia belasan tahun.

Sedangkan jika remaja dipahami sebagai bahan cerita, maka cerita dalam karya sastra tersebut adalah cerita seputar kehidupan remaja. "Oleh karena itu, memahami sastra remaja memang perlu kajian lebih lanjut supaya kita dapat melihat dengan kacamata objektif," ujar Fitri.

Teenlit


Berbicara soal sastra dan remaja, sejatinya cerita-cerita bertemakan remaja sudah ada sejak 1970. Di mana tema cerita biasanya tentang cinta, perceraian, patah hati dan kehidupan kota yang dikisahkan dengan mendayu-dayu dan getir. Hal inilah yang menjadi ruang bagi produsen buku untuk menyasar remaja lewat karya sastra.

Bagi remaja, biasanya mereka lebih suka membaca bacaan yang ringan seperti teenlit. Teenlit terbilang diminati oleh remaja karena ciri khasnya yang memiliki gaya cerita yang renyah dan santai, karena hanya menceritakan seputar masalah-masalah kehidupan sehari-hari seperti percintaan dan persahabatan. Bahkan gaya bahasanya terlihat seperti penyampaian pada buku diary.

Terlebih, remaja yang menyukai kegiatan membaca adalah mereka yang tinggal di perkotaan. Artinya, bacaan teenlit memang sesuai dengan apa yang ada dengan kehidupan nyata remaja, yakni percintaan dan sekolahan. Pada masanya, teenlit sudah menjadi bacaan wajib bahkan dibawa ke sekolah dan dibaca di waktu jeda istirahat.

Kehadiran teenlit tentunya telah mempengaruhi minat baca para remaja. Ini menjadi hal yang cukup menggembirakan mengingat minat baca para remaja di Indonesia tergolong rendah, bahkan dapat dikatakan memprihatinkan.

Tidak berhenti disitu, ada hal positif lain yang dapat diambil dari fenomena teenlit ini, yakni banyaknya remaja putri yang mulai belajar menulis. Tentu ini merupakan angin segar bagi dunia sastra dimana akan banyak muncul penulis-penulis di masa yang akan datang.

Baca Juga:

Melestarikan Sastra Indonesia Ala Anak Muda

sastra
Ada banyak cara lain untuk mendekatkan sastra untuk remaja. (Foto: Unsplash/Eliott Reyna)

Hal baik lainnya adalah bahwa teenlit yang sejauh ini mampu meramaikan dunia sastra di Indonesia. Terlebih lagi, dengan membanjirnya jenis bacaan yang sangat ringan ini, minat baca remaja juga meningkat.

Meski sastra remaja terkadang diragukan, terlebih hanya untuk mengejar unsur populer semata, namun sastra remaja layak hadir sebagai bahan interaksi bagi para remaja. Terlebih saat ini perkembangan karya sastra terbilang cepat.

Beragam diskusi, bedah buku, pameran buku, peluncuran buku dapat dijadikan nilai lebih bagi para remaja yang meminati dunia karya sastra untuk belajar lebih dalam lagi.

Apalagi sastra sebenarnya dianggap sebagai tiruan untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada masing-masing individu remaja. Jadi, dapat dikatakan bahwa sastra merupakan wadah evaluatif terhadap kehidupan diri remaja untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

Mendekatkan sastra


Selain membuat karya dan membuka pasar untuk remaja, ada banyak cara lain untuk mendekatkan sastra untuk remaja. Salah satunya dengan mengadakan kompetisi atau acara lain yang berhubungan dengan sastra.

Salah satunya yang kerap diadakan di sekolah-sekolah adalah Olimpiade Sastra Indonesia (OSI). STKIP PGRI Ponorogo rutin mengadakan acara ini untuk mengajak siswa diajak lebih dekat dengan karya sastra. Kegiatan itu diprakarsai Unit Kegiatan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Penulis (UKM HMP).

Peserta berasal dari SMA/SMK/MA sederajat se-Karesidenan Madiun, dan mereka bersaing mempertahankan hasil ciptanya di hadapan para juri. Di antaranya adalah cipta artikel, cipta puisi, dan cipta cerpen. Dalam OSI bertema Mendunia dengan Literasi Sastra Berbudaya, ada juga pembacaan puisi karya para sastrawan Indonesia.

OSI merupakan wadah para pelajar untuk mengekspresikan segala hal. Itu mulai dari hasil pengalaman hidup, pengalaman indera, pembacaan buku, dan lain sebagainya. Lalu, dituangkan dalam karya sastra. (aru)

Baca Juga:

Sastra Diharapkan Tetap Jadi Inspirasi di Industri 4.0

#Lipsus Mei Sastra
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan