MerahPutih.com - Tiongkok pada Selasa (15/3) melaporkan kenaikan kasus harian COVID-19 lebih dari dua kali lipat. Wabah virus corona semakin meluas di bagian timur laut negara itu.
Jumlah kasus penularan lokal dengan gejala terkonfirmasi pada Senin mencapai 3.507 atau naik dari 1.337 kasus pada Minggu (13/3). Demikian kata Komisi Kesehatan Nasional.
Angka pada Senin itu merupakan rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga:
Tiongkok Bantah Tuduhan Persenjatai Rusia dalam Serangan ke Ukraina
Dikutip Antara, hampir 90 persen dari jumlah kasus baru itu ditemukan di Jilin.
Provinsi di timur laut Tiongkok itu telah melarang 24,1 juta penduduknya bepergian antarkota atau antarprovinsi tanpa izin dari kepolisian.
Seorang pejabat Partai Komunis setempat mengatakan, pemerintah Jilin harus menyiapkan rumah sakit rujukan, rumah sakit sementara, dan tempat-tempat tak terpakai untuk memastikan semua pasien dan kontak dekat mereka diisolasi.
Jumlah kasus baru tanpa gejala, yang tidak dicatat sebagai kasus terkonfirmasi di Tiongkok, mencapai 1.768 pada Senin, naik dari 906 kasus pada Minggu.
Baca Juga:
Obama Umumkan Positif Terinfeksi COVID-19
Tidak ada kematian yang tercatat pada Senin, sehingga angka totalnya masih 4.636 jiwa selama pandemi.
Jumlah kasus COVID-19 di Tiongkok masih terbilang kecil dalam skala global.
Namun, pakar kesehatan mengatakan tingkat kenaikan harian dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi faktor penentu apakah pendekatan "nol kasus dinamis" yang ketat masih efektif melawan varian Omicron yang menular cepat.
Sistem peramalan COVID-19 Universitas Lanzhou memprediksi lonjakan infeksi saat ini akan bisa dikendalikan pada awal April setelah total akumulasinya mencapai sekitar 35.000 kasus.
Universitas itu mengatakan, meskipun wabah saat ini merupakan yang terburuk sejak Wuhan pada 2020, Tiongkok akan dapat mengendalikannya selama pembatasan ketat dilakukan.
Hingga 14 Maret, Tiongkok telah melaporkan 120.504 kasus terkonfirmasi, termasuk kasus impor dari luar daratan. (*)
Baca Juga:
AS Peringatkan Tiongkok Konsekuensi Jika Bantu Rusia