POLUSI jadi masalah bagi warga di kota besar. Paparan polusi ternyata berdampak banyak pada tubuh. Mulai dari menimbulkan gangguan pernapasan hingga membuat kulit tampak kusam.
“Bisa dibilang, polusi merupakan sumber masalah,” kata ahli gizi Puteri Aisyaffa dalam keterangan resmi yang diterima Merahputih.com, Jumat (28/10). Kita sering kali terpapar polus, tapi tidak menyadarinya. Padahal, polusi yang masuk ke tubuh akan melepaskan radikal bebas yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kecantikan.
Ketika masuk ke tubuh, jelas Puteri, polutan bisa menimbulkan berbagai dampak. Sebagai contoh nih, seseorang yang sudah punya gangguan asma bisa jadi makin sering kambuh. “Beberapa orang bahkan sampai mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),” imbuhnya. Selain itu, Puteri menyebut marak pula penelitian yang mengungkap bahwa polusi yang masuk ke tubuh juga menyebabkan masalah bagi orang yang pencernaannya sensitif. “Misalnya, ketika setiap hari terpapar polusi, gangguan asam lambung jadi semakin parah,” katanya.
BACA JUGA:
Meskipun menjadi sumber masalah bagi kesehatan tubuh, polusi tak bisa dihilangkan begitu saja. Co-founder Food Sustainesia, sebuah bisnis sosial berbasis komunitas yang membantu konsumen membuat pilihan tepat tiap harinya, Klaudia Roseline menjelaskan polusi dihasilkan dari hampir semua proses, misalnya proses industri, proses bercocok tanam, dan transportasi. Bentuk dan nama polutan yang dihasilkan bermacam-macam, seperti karbon dioksida dan nitrogen oksida. Semua zat itu menyebabkan polusi.
“Ketika terkumpul menjadi sangat banyak, polutan itu menyelubungi sekeliling bumi, sehingga menjadi semacam selimut polusi. Saat tertutup selimut, kita akan merasa panas dan gerah, kan? Bumi juga sama,” jelasnya. Hal menjelaskan mengapa selama enam tahun terakhir ini bumi terasa sangat panas luar biasa. Bumi yang kepanasan menyebabkan perubahan iklim yang dampaknya akan semakin parah jika tidak segera diatasi. “Lihat saja, musim di negara kita bergeser menjadi tidak jelas. Suhu udara naik-turun tidak menentu,” katanya.
Menanam pohon di hutan karena hutan bagai pendingin alami bumi menjadi salah satu cara mengurangi tebalnya selimut polusi. Namun, selain bumi, tubuh kita juga butuh dirawat dari pengaruh polusi ini. Puteri mengatakan salah satu caranya ialah mengonsumsi makanan tinggi antioksidan. Zat antioksidan akan menghambat proses oksidasi dalam tubuh, sekaligus mengikat radikal bebas, agar tubuh kita tidak rusak akibat polusi. Ada beberapa pilihan makanan nan mengandung antioksidan, seperti:
1. Sayur
Sumber antioksidan utama, menurut Puteri, yakni bahan makanan yang mengandung vitamin A, C, dan E. Ketiga vitamin tersebut banyak terkandung dalam sayur dan buah. Amat disarankan mengonsumsi 5 porsi sayur dan buah setiap hari. Porsi itu bisa memenuhi kebutuhan tubuh akan antioksidan. Agar dampaknya terlihat nyata, konsumsi buah dan sayur ini perlu dilakukan secara konsisten.
Secara spesifik, Puteri menyebutkan tentang tingginya kandungan antioksidan dalam sayuran hijau, seperti bayam dan kangkung, juga wortel dan jamur, yaitu jamur tiram dan shitake.
Tak hanya baik bagi tubuh, sayur juga buah, menurut Klaudia, ditanam dengan cara yang ramah lingkungan. “Jadi, buah dan sayur itu tergolong rendah karbon. Makanan yang bikin kita sehat ternyata juga bikin lingkungan kita sehat. Bandingkan dengan bahan makanan yang menyumbangkan emisi karbon terbesar, yaitu daging sapi. Kalau dikonsumsi dalam jumlah berlebih kan bisa membuat kita jadi sakit. Jenis makanan itu juga menghasilkan polusi tinggi yang mengganggu kesehatan lingkungan,” kata Klaudia.
2. Buah
Kebutuhan tubuh akan antioksidan dari buah-buahan, menurut Puteri, cukup tinggi. Akan lebih baik lagi jika porsi buah dikombinasikan dengan sayur tinggi antioksidan sehingga dapat saling melengkapi. Jenis buah yang ia nilai punya kandungan antioksidan tinggi, antara lain avokad (vitamin E), tomat (vitamin A dan C), dan jambu yang punya kandungan vitamin C tertinggi ketimbang buah lain.
3. Kacang
Belanja produk bahan pangan lokal, kata Klaudia, akan mengurangi jejak karbon. Tindakan sederhana itu sekaligus menyejahterakan petani dan pedagang lokal. Meski demikian, kamu jangan salah mengartikan pangan lokal ya. Membeli bahan pangan lokal bukan berarti membeli produk dari daerah yang lokasinya jauh, meski sama-sama di Indonesia.
“Misalnya, orang di Jawa membeli kopi yang ditanam di Sumatra. Lokal berarti membeli dari sekitar kita, dari sumber yang jaraknya dekat dengan kita, sekaligus memanfaatkan bahan pangan setempat. Misalnya, kalau di sekitar kita banyak tanaman jagung, itulah yang kita konsumsi,” jelas Klaudia.
Dalam hal memilih pangan kaya antioksidan, ia juga menyarankan mencari dari sumber lokal. Kacang almond, misalnya. Meski disebut-sebut punya kandungan antioksidan tinggi, kacang almond merupakan produk impor. Harganya pun cukup lumayan. Daripada membeli kacang impor yang harganya cukup mahal itu, Puteri memilihkan kacang mete sebagai pengganti almond. Kacang dari jambu monyet ini yang juga tinggi antioksidan dan sama serbagunanya. Di dalam kacang mete terkandung vitamin A dan E.
4. Umbi
Puteri menjelaskan bahan makanan berwarna ungu dan jingga merupakan makanan dengan antioksidan tinggi. Tak terkecuali ubi jalar ungu dan oranye. Keduanya yang mengandung vitamin A dan C.
5. Ikan
Mereka nan tinggal jauh dari area laut mungkin sulit menemukan ikan laut yang benar-benar segar. Puteri menjelaskan, agar tetap fresh dan tidak tengik saat tiba di tangan konsumen, ikan tenggiri disuntik dengan senyawa antioksidan. Antioksidan itu jugalah yang bisa membawa dampak baik bagi tubuh kita. Ditambah lagi, tenggiri juga mengandung omega 3.
Lalu, bagaimana dengan ikan yang tinggi omega 3? Apakah selalu punya antioksidan tinggi? Ternyata tidak. Menurut Puteri, tinggi atau tidaknya kandungan antioksidan pada ikan tergantung pada makanan yang dikonsumsi ikan tersebut. Seandainya dia mengonsumsi rumput laut, seperti ikan salmon, antioksidannya akan terbilang tinggi.
Sebelum kamu mengonsumsi ikan, Klaudia menyarankan sebaiknya mengonsumsi makanan rendah polusi, yaitu bahan makanan yang punya jejak karbon rendah. Hal itu agar tingkat polusi berkurang. “Polusi yang mengandung karbon yang dihasilkan dari setiap langkah proses produksi makanan. Mulai dari pengolahan lahan, penanaman, memanen, mengemas, hingga transportasi dan distribusi. Rantai proses hingga makanan itu sampai di meja kita sangat panjang. Jika rantainya bisa dipotong sehingga menjadi lebih pendek, makanan itu secara otomatis jadi rendah polusi,” katanya.
Ia merekomendasikan ikan laut, seperti tenggiri, yang didapat langsung dari nelayan dan langsung diolah untuk disantap akan lebih rendah polusi daripada ikan dalam bentuk kemasan yang dibeli di supermarket.(dwi)