MerahPutih.com - Bursa calon Kapolri mulai menguat. Hal ini setelah rencana pensiun Kapolri Jenderal Idham Azis pada Januari 2021 mendatang.
Sejumlah nama jenderal bintang tiga bahkan bintang dua pun ikut bersaing menjadi yang terbaik, meski akhirnya "selera" Presiden Joko Widodo yang bakal menentukan.
Berkaca dari pemilihan tujuh Kapolri terakhir, Presiden selalu menunjuk anggota Polri yang memiliki riwayat pernah menjadi kepala kepolisian di tingkat daerah yang masuk katagori tipe A.
Berikut adalah rekam jejak tujuh Kapolri terakhir sejak Jenderal (Purn) Sutanto hingga Jenderal Idham Azis.
Baca Juga:
Kapolri Dinilai Tepat Tempatkan Irjen Fadil Imran Jadi Kapolda Metro Jaya
Jenderal Sutanto

Menjabat Kapolri di era Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari 8 Juli 2005 sampai 30 September 2008.
Lulusan Akabri tahun 1973 ini sebelum menjabat sebagai Kapolri adalah adalah Kepala Badan Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional.
Ia pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto pada tahun 1995–1998, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Utara (2000), dan Kapolda Jawa Timur (17 Oktober 2000-Oktober 2002).
Ia mengawali karier sebagai Pamapta Konwiko 74 Jakarta Selatan PMJ (1973-1975).
Ia pernah menjabat sebagai Kapolres Sumenep Polda Jatim (1991-1992), lalu Kapolres Sidoarjo Polda Jatim (1992-1994).
Setelah menjadi Ajudan Presiden Soeharto, ia lantas didapuk sebagai Wakapolda Metro Jaya (1998-2000) kemudian Kapolda Sumatra Utara (2000) hingga akhirnya Kapolda Jawa Timur (17 Oktober 2000-Oktober 2002).
Kemudian ia dilantik menjadi Kalemdiklat Polri (24 Oktober 2002-28 Februari 2005) berlanjut Kalakhar BNN (28 Februari 2005-Juli 2005) sampai akhirnya menjadi Kapolri (8 Juli 2005-30 September 2008)
Jenderal Bambang Hendarso Danuri

Pria yang akrab disapa BHD ini menjabat sebagai Kapolri 1 Oktober 2008 hingga 22 Oktober 2010.
Bambang adalah lulusan Akademi Kepolisian tahun 1974 dan meraih gelar sarjana dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jakarta.
Ia mengawali karier sebagaib Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat (1975) lalu Kapolres Jayapura Polda Papua (1993).
Karier kapoldanya ia dapat saat menjabat Kapolda Kalimantan Selatan (2005), kemudian Kapolda Sumatra Utara (2005–2006).
Ia pernah menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (2006–2008) sebelum akhirnya menjadi Kapolri (2008–2010).
Jenderal Timur Pradopo

Timur dilantik menjadi Kapolri pada hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.
Timur pertama bertugas sebagai Kapolri sebagai Pamapta Poltabes Semarang.
Ia banyak berkecimpung di bagian Lalu Lintas hingga akhirnya menjadi Kapolres Metro Jakarta Barat kemudian Kapolres Metro Jakarta Pusat.
Timur juga pernah menduduki jabatan Kapolwiltabes Bandung Polda Jawa Barat, Kapolda Banten (2005-2008), Kapolda Jawa Barat (2008-2010), Kapolda Metro Jaya (2010), Kabaharkam Polri (2010) hingga Kapolri (2010-2013).
Baca Juga:
Kapolri Diyakini Tak Sembarangan Copot Sejumlah Perwira Tingginya
Jenderal Sutarman

Ia menjabat sejak 25 Oktober 2013 menggantikan Jenderal Timur Pradopo. Sutarman dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta pada 25 Oktober 2013.
Sebelumnya, ia merupakan Kabareskrim Mabes Polri yang menjabat sejak 6 Juli 2011[ hingga 24 Oktober 2013. Dia didapuk sebagai orang nomor satu di Bareskrim menggantikan Ito Sumardi Ds yang pensiun.
Jenderal Sutarman tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting.
Karier kewilayahannya dimulai sebagai Kapolsek Kebon Jeruk dan Kapolsek Penjaringan Jakarta Utara.
Ia pernah menduduki kursi Kapolres Bekasi.
Pada tahun 2000, dia adalah Ajudan Presiden RI pemerintahan Abdurrahman Wahid.
Kemudian akhir 2004, dia menjabat Kapolwiltabes Surabaya, lantas berturut-turut sebagai Kapolda Kepri, Kaselapa Lemdiklat Polri, lalu Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya.
Pada tanggal 16 Januari 2015, Sutarman diberhentikan secara terhormat dan digantikan oleh Plt Badrodin Haiti, meskipun Sutarman baru akan pensiun 9 bulan kemudian.
Jenderal Badrodin Haiti

Pria kelahiran Paleran, Umbulsari, Jember, Jawa Timur, 24 Juli 1958 ini menjabat sejak 17 April 2015, sejak Presiden Joko Widodo memberhentikan dengan hormat Jenderal Polisi Sutarman sebagai Kapolri pada tanggal 16 Januari 2015.
Pada 18 Februari 2015, ia diajukan sebagai calon tunggal Kapolri, menyusul keputusan Presiden Jokowi untuk tidak melantik Komjen Budi Gunawan menjadi Kapolri.
Sebelumnya, Badrodin menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), dan sebelum itu mengemban tugas sebagai Kabaharkam Mabes Polri. Dia mengawali karier sebagai Danton Sabhara Dit Samapta Polda Metro Jaya (1982).
Ia pernah menjabat sebagai Kasat Serse Polres Metro Jakarta Barat Polda Metro Jaya (1994), Wakapolres Metro Jakarta Timur Polda Metro Jaya (1995), Kapolres Probolinggo Polwil Malang Polda Jatim (1999), Kapoltabes Medan Polda Sumut (2000), Dir Reskrim Polda Jatim (2003), Kapolwiltabes Semarang Polda Jateng (2004).
Karier Kapolda ia raih dengan menduduki jabatan Kapolda Banten (2004), Kapolda Sulteng (2006), Kapolda Sumut (2009–2010), Kapolda Jatim (2010–2011).
Kemudian, Komisaris Utana PT Waskita Karya ini lantas menjabat Kabaharkam Polri (2013–2014), Wakapolri (2014–2015) hingga Kapolri (2015–2016).
Jenderal Tito Karnavian

Tito mengawali kariernya sebagai Pamapta Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1987).
Ia lantas menjabat Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1991–1992) dan Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya.
Tito kemudian menduduki jabatan Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1996–1997).
Jabatan kewilayahan berikutnya adalah sebagai Kapolres Serang Polda Banten (2005).
Lama malang melintang di bidang pemberantasan terorisme, Tito didapuk sebagai Kapolda Papua (21 Sept 2012–16 Juli 2014) kemudian sempat menjabat sebagai Asrena Polri hingga Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015–16 Maret 2016).
Kariernya menanjak saat ia menjabat sebagai Kepala BNPT hingga akhirnya menjadi Kapolri. Tito kini menduduki jabatan penting di pemerintahan sebagai Mendagri.
Baca Juga:
Polisi di Seluruh Indonesia Siap Bubarkan Kerumunan Massa Sesuai Perintah Kapolri
Jenderal Idham Azis

Idhan mengawali debutnya sebagai polisi dengan menjabat Perwira Samapta Kepolisian Resor Bandung (02-12-1988)
Ia lantas beralih menjadi Kepala Urusan Bina Operasi Lalu Lintas Kepolisian Resor Bandung (15-01-1989), Kepala Kepolisian Sektor Dayeuhkolot (28-04-1991), Kepala Kepolisian Majalaya Kepolisian Wilayah Priangan (05-04-1993)
Kemudian Idhan lama melintang di bidang reserse Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Karernya melesat dengan menduduki kursi Wakil Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat (10-09-2004) hingga Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat (19-12-2008) setelah sebelumnya bertugas di bidang reserse Polda Metro Jaya.
Ia kemudian mendapat kehormatan menjadi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya (17—10—2009) hingga Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (03—10—2014).
Idham lantas ditunjuk menjadi Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya (20—07—2017), Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (22—01—2019) hingga akhirnya menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (01—11—2019).
Jika berkaca dari rekam jejak tujuh Kapolri terakhir, mereka mayoritas pernah menjabat sebagai kapolda di wilayah Jawa Timur, Sumatera Utara, hingga Metro Jaya.
Latar belakang reserse sepertinya masih menjadi pilihan mengingat mayoritas Kapolri berlatarbalakang reskrim.
Uniknya, mayoritas di antara mereka yang pernah menjadi Kapolri megawali karier dan pernah bertugas di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.
Namun, semua misteri mengenai siapa Kapolri berikutnya hanya Presiden Joko Widodo dan orang dekatnya saja yang tahu. (Knu)
Baca Juga: