Trio Srikandi, Inspirasi "Kartini" Muda Dunia Olahraga

Luhung SaptoLuhung Sapto - Rabu, 20 April 2016
Trio Srikandi, Inspirasi
Trio Srikandi penyumbang medali Perak di Olimpiade Seoul 1988, Nurfitriyana Saiman (kiri), Lilies Handayani (tengah), dan Kusuma Wardhani (MP/John Abi)

MerahPutih Olahraga - Perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini turut menginspirasi kaum perempuan di dunia olahraga. Tiga perempuan, Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani mengukir sejarah dengan mengibarkan Merah Putih di ajang Olimpiade untuk pertama kali.

Ketiga atlet putri panahan, yang mendapat julukan trio Srikandi ini berhasil mempersembahkan medali perak pada Olimpiade 1988 di Kota Seoul, Korea Selatan. Untuk pertama kalinya, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan bendera Merah Putih berkibar di ajang Olimpiade, kompetisi tertinggi di dunia olahraga. Rasa bangga dan haru menghinggapi perasaan trio Srikandi. 

"Bertepatan dengan bulan April, di bulan peringatan hari Kartini, kami hanya ingin dikenang dan membuktikan bahwa atlet putri Indonesia bisa berprestasi di ajang bergengsi seperti Olimpiade," kata Yana, sapaan akrab Nurfitriyana, saat dijumpai merahputih.com di Lapangan Panahan, Komplek Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (19/4).

Kabar itu pun menyebar dengan cepat di Tanah Air. Kepulangan trio Srikandi disambut antusias rakyat Indonesia di bandara Sukarno-Hatta, Cengkareng. Presiden Soeharto mengundang ketiga atlet panahan beserta tim pelatih ke Istana Negara sebagai bentuk apresiasi.  

Nurfitriyana Saiman di Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Selasa (19/4). (MerahPutih/Yohannes Abimanyu)

Memanah dengan Berdiri di atas Drum 

Keberhasilan trio Srikandi meraih medali perak di Olimpiade Seoul tak bisa lepas dari tangan dingin sang pelatih, Donald Pandiangan. Donald lah yang mempertemukan ketiganya. 

Awalnya, Yana bergabung dengan tim Pelatnas pada 1980. Ia mengikuti berbagai kejuaraan hingga ikut Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Kejuaraan Asia Tenggara pada tahun 1983.  

"Saya memulai karier mulai dari bawah dengan ikut bergabung di Pelatnas pada tahun 1980. Karier saya mulai menanjak dan banyak ditunjuk untuk mengikuti beberapa ajang di pertandingan nasional, Asia Tenggara," katanya. 

Yana berkenalan dengan Suma, panggilan Kusuma Wardhani atlet panahan asal Makasar Sulawesi Selatan. Yana dan Suma dipertemukan dengan Lilies Handayani, atlet asal Surabaya Jawa Timur selang dua tahun kemudian. Mereka dipersiapkan untuk menghadapi ajang Olimpiade Seoul 1988.

"Kami terpilih menjadi atlet panahan yang mewakili Indonesia di ajang bergensi Olimpiade Seoul 1988. Saat itu ada perasaan bangga bisa ikut serta di sana," ungkap Yana.

Lilies mengungkapkan suka dan duka selama latihan. Mereka digempleng dengan keras. 

"Waktu itu kita dibawa ke lokasi latihan yang benar-benar terpencil jauh dari keramaian. Kami dilatih secara fisik, teknik, dan mental. Ia merupakan pelatih yang membuat kami mampu memetik hasil membanggakan Indonesia di kancah internasional," tutur Lilies di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (18/4).

Mereka berlatih di Sukabumi, Jawa Barat. Di bawah gemblengan pelatih, Yana, Suma, dan Lilies ditempa dengan menu latihan fisik yang keras. 

"Kami disuruh mengisi air ke dalam gentong dengan ember, berlari mengitari kebun teh, dan latihan memanah dengan berdiri di atas drum," jelas Lilies. Latihan ini membuat kedua tangan Lilies sampai tidak bisa digerakkan. Ia pun terpaksa harus istirahat selama satu bulan.

"Saya sebulan harus istirahat dan tidak bisa latihan bersama Yana, dan Suma. Setelah pulih saya mulai latihan sendiri. Itu pun juga dipaksain secara perlahan," kenang Lilies.

Senada dengan Lilies, Suma membagikan pengalamannya. Ia berlatih memanah sampai malam hari karena tembakannya selalu meleset. 

"Saya latihan sampai malam karena tembakan saya selalu meleset. Pelatih bilang kalau tembakannya meleset dianggap utang dan harus dibayar dengan latihan terus menerus sampai mengenai sasaran," tutur Suma.

Latihan yang berat, ditambah lagi dengan rasa jenuh membuat mental salah satu Srikandi jatuh. 

"Ada salah satu dari kita merasa jenuh dan ingin pulang. Tapi, saya terus men-support agar tetap bertahan dalam kondisi sesulit apa pun," ujar Yana. 

Mantan atlet nasional Nurfitriyana Saiman (baju putih) memberikan instrusksi kepada para atlet muda di cabang panahan di Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Selasa (19/4). (MerahPutih/Yohannes Abimanyu)

Melampaui Target 

Saat di Seoul, tekanan ini semakin berat dirasakan para atlet panahan. Mereka memikul beban sebagai wakil Indonesia di ajang Olimpiade. Sejak ikut Olimpiade pertama kali di Helsinki, Finlandia pada 1952, Indonesia belum pernah menorehkan prestasi. 

"Tekanan luar biasa kita alami saat di Seoul menjelang Olimpiade. Untuk mensiasati, saya mengajak teman-teman berlatih di tempat yang berbeda-beda supaya tidak bosan.  

Yana mengaku sebagai yang paling senior di antara kedua rekannya, selalu memberikan bimbingan kepada Suma dan Lilies. Selain itu, tim pelatih termasuk Donald Pandiangan selalu memberikan motivasi.   

"Di dalam benak saya, saya hanya ingin memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Kita mampu mempersembahkan medali di ajang bergengsi Olimpiade Seoul," jelas Yana.

Sebenarnya, cabang panahan putri Indonesia ditargetkan hanya menyumbang medali perunggu. Secara mengejutkan Trio Srikandi berhasil melampaui target yang diberikan dengan mempersembahkan medali perak. Berkat sumbangan medali perak itu, Indonesia berada di urutan ke-36 di atas dua negara tetangga Asia Tenggara, Thailand dan Filipina yang menduduki tangga 46. 

Sementara predikat juara umum diraih Rusia (saat itu masih bernama Uni Soviet) dengan perolehan 55 emas 31 perak dan 46 perunggu. Jerman Timur menyusul di urutan kedua dengan mengoleksi 37 emas 35 perak dan 30 perunggu. Sedangkan tuan rumah Korea Selatan berada di urutan 4 di bawah Amerika Serikat.

"Momen-momen indah itu membuat saya rindu ingin tetap bersama hingga saat ini. Kenangan itu pula yang nantinya menjadi cerita manis bagi anak dan cucu kita," terang Suma. 

Trio Srikandi merasa bangga bisa menorehkan sejarah dan mampu meraih medali perak di Olimpiade Seoul 1988. Prestasi ini menjadi inspirasi bagi "Kartini" muda, khususnya di cabang olahraga panahan untuk terus berprestasi. (Abi)

BACA JUGA:

  1. Segera Tayang, Film 3 Srikandi Dipersembahkan Bagi Atlet Panahan
  2. Rasuna Said dan Perjuangan Politik Perempuan
  3. Terinspirasi Kartini, Farah Quinn Ingin Tingkatkan Gizi Anak Indonesia
  4. Laksamana Malahayati Singa Perang yang Lihai Berdiplomasi
  5. Selama 40 Tahun Sundari Soekotjo Konsisten Nyanyikan Keroncong

 

#Inspirasi Kartini #Kusuma Wardhani #Lilies Handayani #Nurfitriyana Saiman Lantang #Atlet Panahan #Olimpiade Seoul 1988 #Trio Srikandi
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak
Bagikan