Ragam Tipe Anak Ekskul Ketika Ngilmu di Negeri Aing Masih Tatap Muka

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Selasa, 06 Juli 2021
Ragam Tipe Anak Ekskul Ketika Ngilmu di Negeri Aing Masih Tatap Muka
Kenali ragam tipe anak ekskul di Negeri Aing (Foto: pixabay/phillipkofier)

SELAIN tempat menuntut ilmu untuk belajar formal, sekolah juga merupakan tempat bagi para siswa untuk mengembangkan bakat serta kreatifitas lewat kegiatan ekstrakulikuler.

Ekstrakurikuler di sejumlah sekolah cukup beragam, dari sepak bola, bola basket, seni musik, paduan suara, silat, taekwondo, rohis, paskibra, dan sebagainya.

Baca Juga:

Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing

Setiap anak di masing-masing ekskul memiliki beberapa ciri dan aktivitas berbeda. Seperti halnya anak bola, setiap ada waktu senggang sedikit saja, pasti bermain bola di lapangan sekolah, entah dengan mengajak tanding teman satu angkatan, atau mengajak tanding adik dan kakak kelas, atau juggling bola sendirian berasa Sean Garnier, freestyle street ball asal Perancis.

Anak Bola, bajunya selalu berkeringat lantaran terlalu bersemangat berolahraga di setiap jam senggang sekolah (Foto: pixabay/joshdick)

Biasanya Anak Bola bajunya selalu basah lantaran bercucurnya keringat, akibat selalu mencuri-curi waktu bermain bola di lapangan saat jam sekolah. Biasanya, setelah main bola mereka langsung mencari posisi meja tepat di bawah AC kelas, lantas mengarahkan penutupnya ke bawah, sehingga 'bau keringat' tercium memenuhi kelas.

Meski begitu, tak semua anak bola berkelakuan menjengkelkan. Ada beberapa Anak Bola, terutama mengutamakan kebersihan, biasanya menyiasati dengan membawa baju ganti agar saat masuk kelas bisa memakai baju bersih dan tidak menimbulkan bau badan menggangu.

Dari sepak bola, beralih ke beladiri (Taekwondo/Karate/Silat). Biasanya, ciri-ciri Anak Beladiri pembawaanya cenderung kalem. Namun, jangan sekali-kali mengusiknya, karena saat marah besar akan mengerikan. Meski memang setiap orang ikut latihan beladiri selalu diajarkan untuk tidak mengedepankan kekerasan fisik.

Selain berlatih fisik, belajar tendangan, pukulan, kuda-kuda, Anak Beladiri juga dilatih disiplin dan paling penting mengalahkan ego terbesar, tak lain diri sendiri. Jika berhasil meraih prestasi di ajang beladiri, sekolah atau dinas terkait biasanya akan memberikan beasiswa.

Ada sejumlah anak Beladiri yang 'Sok Jagoan' saat disekolah (Foto: pixabay/andrewydk)

Namun, selain Anak Beladiri rajin dan berprestasi, ada pula tipe Anak Beladiri cendrung 'poser'. Dalam artian, tingkat pendidikan beladirinya belum seberapa atau masih di tingkat bawah, tapi bergaya petantang-petenteng layaknya centeng.

Biasanya praktik petantang-petenteng tersebut selalu berurusan dengan kontestasi dengan teman lain saat memperebutkan seorang perempuan. Bahkan, paling parah kalau ilmu beladirinya digunakan untuk memalak teman lain. Sumpah basi banget enggak sih!

Padahal, seharusnya kemampuan beladiri dimiliki digunakan untuk tujuan dan tindakan positif, dan tidak merugikan orang lain.

Ekskul selanjutnya, seni musik. Biasanya, ciri-ciri anak musik memiliki pembawaan santai, cool, dan cendrung riang. Tipe anak ekskul musik, biasanya kerap membawa alat musik ke sekolah seperti halnya gitar, untuk jadi tim genjrang-genjreng mengiringi suara teman kadang-kadang masih fals.

Pada jam istirahat atau jam kosong saat guru tidak masuk kelas, ia mengeluarkan gitarnya dan langsung bernyanyi di kelas untuk unjuk gigi rekan-rekan sekelasnya, tentang kepiawaiannya dalam bernyanyi dan bermain alat musik.

Anak Musik si pembuat suasana meriah (Foto: pixabay/musikschule)

Namun, biasanya Anak Musik sangat disukai teman-teman sekelas karena di waktu jam istirahat atau jam santai, mereka bisa menghibur dengan bernyanyi bersama. Dengan begitu, stress karena rutinitas ke sekolah pun bisa tersingkirkan.

Lain lagi anak dengan ekskul Paskibra. Biasanya mereka dikenal sangat disiplin dan tahan banting.

Bayangkan saja, di saat panas matahari terik, mereka dengan tekad teguh berlatih baris-berbaris dan tata cara pengibaran bendera di lapangan sekolah.

Kegiatan seperti itu lumayan sering dilakukan, jadi, jangan heran bila kulit tadinya putih, karena kerap terjemur di bawah terik matahari bisa menjadi hitam perlahan.

Kulit 'menghitam' tersebut terkadang ejekan 'dekil, hitam dan buluk' dari teman lain. Padahal, Paskibra merupakan salah satu ekskul bisa melatih kedisiplinan dan ketangkasan siswa.

Anak paskibra sangat disiplin, bahkan teriknya matahari tak menjadi halangan demi bisa meraih prestasi (Foto: pixabay/endho)

Tipe anak ekskul menarik lainnya, Rohis atau Rohani Islam. Biasanya pembawaanya cendrung adem, dan kalem. Setiap Adzan tiba, biasanya mereka mengingatkan teman-temannya berlabel 'bandel' untuk beribadah. Tongkrongan anak Rohis, biasanya di depan Masjid atau mushola sekolah.

Di kelas Anak Rohis dipanggil 'Pak Ustaz/Bu Ustadzah', padahal biasanya gelar tersebut diberikan pada pengajar atau pemuka agama, atau kerap mengajarkan agama Islam.

Selain itu, bila terjadi keributan di kelas, biasanya Anak Rohis langsung menengahi dan membuat suasana jadi lebih adem. Hanya saja, tipe anak tersebut cendrung kurang 'gaul' dibanding lainnya karena lebih pendiam, berbicara seperlunya, dan tidak 'banyak gaya'.

Baca Juga:

Kuliah Sambil Jadi Relawan Bisa Kok

Ekskul selanjutnya, Palang Merah Remaja (PMR). Biasanya para siswa mengikuti ekskul ini memiliki jiwa sosial tinggi atau bercita-cita menjadi seorang dokter.

Pada ekskul PMR, para siswa tentunya bisa belajar banyak tentang ilmu-ilmu kesehatan dan menumbuhkan kepedulian sosial. Anak PMR dikenal sangat baik dan sangat perduli bila ada temannya sedang membutuhkan bantuan.

Biasanya, Anak PMR standby di UKS saat upacara berlangsung atau ada sebuah acara besar di sekolah. Tugasnya untuk berjaga-jaga apabila ada siswa sakit, pingsan, terluka, dan sebagainya.

Namun, terkadang ada anak PMR sedikit 'nakal', biasa membohongi guru berpura-pura ada siswa sakit, padahal mau menghindari jam pelajaran dengan nongkrong di UKS. Eits hal seperti itu jangan ditiru, karena berbohong merupakan perbuatan tercela.

Namun, sebenarnya apa sih ekstrakulikuler? Dan Apa tujuan serta manfaat dari ekstrakulikuler?.

Seperti dikutip dari kemendikbud.go.id, kegiatan ekstrakulikuler merupakan wadah pengembangan potensi peserta didik, dan bisa memberikan dampak positif dalam penguatan pendidikan karakter.

Para peserta didik, diharapkan bisa mengembangkan karakter profil pelajar Pancasila, berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, beriman dan bertakwa kepada Tuhan, serta memiliki akhlak mulia.

Sekolah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler sebagai wahana fasilitas pengembangan bakat dan minat perserta didik. Karena itu, kegiatan ekstrakurikuler harus dikelola secara sistematis dan terpola agar bermuara pada pencapaian tujuan tersebut.

Peraturan soal ekstrakurikuler terlihat jelas pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Isi dari peraturan tersebut mengamanatkan ekstrakurikuler sebagai kegiatan pengembangan karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dan dilakukan di luar jam belajar.

Adapun fungsi dari ekstrakurikuler di sekolah adalah pengembangan. Dalam hal ini pengembangan minat dan bakat peserta didik. Selain itu ada fungsi sosial, karena ekstrakulikuler merupakan wahana untuk memperluas pengalaman bersosialisasi, berkomuniasi, dan internalisasi.

Manfaat selanjutnya Reakreatif. Sebab, ekstrakulikuler dilakukan dalam suasana gembira dan menyenangkan, sehingga bisa menunjang proses perkembangan potensi personal siswa.

Kemudian, manfaat ekstrakurikuler lainnya untuk persiapan karir, sebagai wahana memfasiltias persiapan peserta didik, melalui pengembangan bakat dan minat dalam bidang ekstrakulikuler diminati.

Selain bermanfaat, kegiatan ekstrakulikuler di sekolah juga diselenggarakan dengan prinsip partisipasi aktif. Dalam arti kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan perserta didik secara penuh, sesuai dengan minat masing-masing.

Ekstrakurikuler punya banyak manfaat bagi siswa (Foto: pixabay/14995841)

Prinsip kedua, menyenangkan, agar kegiatan ekstrakurikulier harus dilaksanakan dalam suasana menggembirakan bagi peserta didik.

Adapun berbagai bentuk kegiatan ektrakurikuler di sekolah sebagaimana diatur dalam Permendikbud RI 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, meliputi kegiatan ektrakulikuler bisa berupa Krida (Pramuka, PMR, UKS, Paskibra dan sebagainya), Karya Ilmiah (KIR, Penelitian, dan sebagainya), Latihan Olah Bakat (Olahraga, Seni, Pecinta alam, Jurnalistik, Teater dan sebagainya), Keagamaan (Marawis, Tahfiz Qur'an, Rohis, dan sebagainya) serta bidang pengembangan lainnya.

Dalam menyelenggarakan ekstrakurikuler, sekolah perlu menentukan pilihan prioritas kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan analisa potensi dan minat peserta didik.

Tak hanya itu, sekolah juga harus memiliki sumberdaya dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Kemudian, sekolah pun perlu memikirkan daya dukung lain untuk terciptanya kesinambungan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler diprogramkan.

Selain itu, kegiatan kompetitif juga bisa menjadi salah satu bentuk evaluasi pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah atau di satuan pendidikan.

Karena, dengan melihat prestasi peserta didik di sebuah kompetisi, tim pembina bisa melakukan sejumlah evaluasi pada program ekstrakurikuler, dan mengembangkannya jadi lebih baik. (Ryn)

Baca Juga:

Meja Sekolah Jadi Arena Psywar Anak Pagi Versus Siang

#Olahraga #Juli Ngilmu Di Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan