Ragam Ekspresi Maaf di Negeri Aing Enggak Sebatas Kepada Sesama Manusia

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Minggu, 30 Mei 2021
Ragam Ekspresi Maaf di Negeri Aing Enggak Sebatas Kepada Sesama Manusia
Kenali ragam ekspresi permintaan maaf (Foto: nur.or.id)

BILA kita menyakiti atau membuat salah pada orang lain sudah sewajarnya meminta maaf. Masing-masing orang dengan pelbagai karakter memiliki ragam cara dan ekspresi meminta maaf. Apalagi di Indonesia dengan beragam latar belakang kultural, makin memperkaya cara orang mengekspresikan maaf.

Seperti halnya kue apem, dalam pandangan atau filosofis Jawa, kue apem dilambangkan sebagai simbol permohonan ampun atau segala kesalahan selama hidup di dunia.

Baca Juga:

Maaf Bos, Kami Ingin Sukseskan Program Pak Luhut: Kerja dari Bali!

Kesalahan tersebut tak hanya kepada seseorang, melainkan bersifat personal, baik sengaja maupun tak disengaja melakukan hal buruk, memohon ampunan Sang Pencipta.

Kue apem merupakan salah satu ekspresi permintaan maaf (Foto: instagram @rumahkueelok)

Apem berasal dari kata apem dari bahasa Arab afwan bermakna maaf atau ampunan sehingga dilambangkan sebagai sarana berkontemplasi terhadap segala salah dan nestapa. Di samping itu, rasa manis kue apem manis bagi beberapa orang Jawa diibaratkan manisnya permintaan maaf sehingga hubungan sesama manusia atau manusia dengan semesta menjadi harmonis.

Dengan begitu, kue apem banyak disajikan pada acara kenduri atau selamatan, dan megengan atau tradisi saling memberikan makanan pada tetangga menjelang bulan puasa. Apem jadi salah satu kue paling tak bisa dihilangkan pada tradisi tersebut lantaran makna filosofis maaf, ampunan, dan harmoni tersebut.

Selain kue apem, ketupat juga menjadi ekspresi permintaan maaf. Ketupat, menurut Angelina Rianti dikutip dari Journal of Ethnic Foods, melambangkan sebuah permintaan maaf sekaligus berkah.

Bahan utama ketupat terdiri dari nasi dan daun kepala muda memiliki makna khusus. Nasi, misalnya dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan daun kelapa atau disebut janur merupakan singkatan jatining nur berarti hati nurani.

Ketupat sarat akan pesan permintaan maaf (Foto: instagram @resep_91)

Jadi, ketupat digambarkan sebagai sebuah simbol nafsu dibungkus hati nurani dengan maksud agar manusia harus bisa menahan nafsu dengan hati nuraninya.

Sementara dalam bahasa Sunda, ketupat disebut dengan kupat artinya manusia tak diperbolehkan untuk ngupat atau membicarakan hal buruk pada orang lain.

Makna ketupat atau kupat juga diartikan sebagai jarwa dhosok berarti ngaku lepat atau salah. Pesan terkandung di dalamnya, seseorang harus mengaku lalu meminta maaf saat melakukan kesalahan.

Dari segi bentuk anyaman, begitu rumit jalinan janur pembungkusnya menunjukan kesalahan manusia. Sementara di dalamnya berisi nasi berwarna putih mencerminkan kebersihan dan kesucian hati manusia, setelah memaafkan orang lain.

Di sisi lain, ada ungkapan Jawa, kulo lepat nyuwun ngapunten, memiliki arti saya melakukan kesalahan mohon maaf.

Baca Juga:

Petaka Maaf-Maafan Halabihalal Bareng Mantan Berujung Show Off Kebaikan Pacar Baru

Sungkeman, ekspresi permintaan maaf dengan penuh kerendahan hati (Foto: instagram @tamzkee)

Selain diekspresikan lewat makanan khas sarat akan filosofi, ekspresi minta maaf lainnya di negeri aing, semisal tradisi sungkem.

Tradisi sungkem biasanya dilakukan dari orang muda kepada orang lebih tua, ketika Hari Raya Idul Fitri, setelah melakukan salat Ied atau pada ritual lain berkenaan daur hidup manusia. Dalam budaya Jawa, sungkem merupakan wujud permohonan maaf dengan penuh kerendahan hati.

Ketika seorang melakukan sungkem, biasanya disertakan ucapa memohon maaf atas segala kesalahan, minta restu, disambi terisak sebab tak tahan air mata mendadak menetes. (Ryn)

Baca Juga:

Modus-Modus Orang Minta Maaf Palingan di Ujung Ada 'Maunya'

#Mei Negeri Aing Maaf-maafan #Budaya #Tradisi
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan