MerahPutih.com - Sejak meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, pasukan Rusia telah menguasai banyak wilayah di negara itu, termasuk merebut Luhansk di Ukraina timur pada Minggu (3/7).
Tetapi, pergerakan pasukan Moskow sejauh ini lebih lambat dibandingkan dengan yang diperkirakan para analis. Pasukan itu dipukul mundur saat berupaya merebut ibu kota Ukraina, Kiev, dan kota utama kedua, Kharkiv.
Baca Juga:
Rusia Merangsek ke Wilayah Donetsk Usai Rebut Luhansk
Presiden Rusia Vladimir Putin menantang negara-negara Barat untuk mengalahkan Rusia di medan perang.
"Pergerakan Rusia yang berlangsung di Ukraina saat ini bisa dibilang baru saja mulai," ujar Putin, saat pidato di depan para pemimpin parlemen, untuk pertama kali sejak perang dimulai empat bulan lalu.
Ia memperingatkan bahwa masa depan perundingan akan meredup jika konflik berlarut-larut.
"Kita sudah sering mendengar bahwa Barat ingin memerangi kita untuk membela semua warga Ukraina. Ini adalah tragedi bagi rakyat Ukraina, tapi tampaknya semua mengarah ke sana."
Rusia menuding Barat mengobarkan perang proksi dengan menggempur ekonominya dengan serentetan sanksi serta meningkatkan pasokan persenjataan canggih untuk Ukraina.
Putin mengatakan, sanksi-sanksi Barat menimbulkan berbagai kesulitan, namun diklaim tidak seperti yang diperkirakan oleh para penggagas serangan ekonomi terhadap Rusia.
"Semua orang harus tahu bahwa, pada umumnya, kita belum memulai apa pun dengan sungguh-sungguh. Pada saat yang sama, kami tidak menolak pembicaraan perdamaian," ujar Putin.
Kepala Juru Runding Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyebutkan syarat-syarat yang diajukan pihaknya untuk dapat melanjutkan pembicaraan
"Gencatan senjata. Penarikan pasukan Z. Kembalikan para warga negara yang diculik. Serahkan para penjahat perang. Mekanisme perbaikan kerusakan. Pengakuan atas hak kedaulatan Ukraina," kata Podolyak dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Rusia Kuasai Ukraina Timur