Puncak Varian Baru BA.4 dan BA.5 Diperkirakan Bisa Capai 25 Ribu Kasus Per Hari

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Kamis, 16 Juni 2022
Puncak Varian Baru BA.4 dan BA.5 Diperkirakan Bisa Capai 25 Ribu Kasus Per Hari
Vaksinasi COVID-19. (Foto: Antara)

MerahPutih.com - Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah kasus terbaru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air hingga Selasa (14/6) siang berjumlah 20 kasus. Berdasarkan data tersebut juga diketahui bahwa dari 20 kasus, dua kasus merupakan BA.4 dan 18 kasus merupakan BA.5.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan puncak kasus COVID-19 Omicron varian baru BA.4 dan BA.5 maksimum hanya akan mencapai 25.000 kasus per hari.

Baca Juga:

Varian BA.4 dan BA.5 Masuk Indonesia, Satgas COVID-19 Akan Kembali Atur Kegiatan Berskala Besar

"Ini berkaca pada pemantauan varian tersebut di negara lain," kata Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya secara daring, di sela acara Penyambutan Kenegaraan Presiden Republik Federal Jerman, di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/6).

Dia menjelaskan, di Afrika Selatan sebagai negara pertama teridentifikasinya varian baru COVID-19 tersebut, puncak kasus BA.4 dan BA.5 hanya sepertiga dari puncak kasus COVID-19 varian Omicron atau Delta sebelumnya.

Sehingga, kata ia, jika pada saat puncak varian Delta dan Omicron sebelumnya di Indonesia terjadi 60.000 kasus per hari, maka diperkirakan puncak Omicron varian baru BA.4 dan BA.5 hanya akan mencapai 20.000-25.000 kasus per hari.

Menkes menegaskan, puncak kasus biasanya terjadi satu bulan setelah kasus pertama teridentifikasi. Dalam hal ini, diperkirakan puncak kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia kemungkinan terjadi pada pekan ketiga dan keempat Juli 2022. Setelahnya akan turun kembali.

Selain itu, tegas Menkes, tingkat kematian dari varian baru ini jauh lebih rendah, yakni hanya seperduabelas atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron.

Pakar kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia beberapa pekan terakhir menunjukkan pandemi masih berlangsung.

"Situasi dapat saja 'unpredictable' atau sulit diperkirakan," katanya dikutip dari Antara.

Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu menambahkan, saat ini perlu dicari dengan lebih pasti penyebab kenaikan kasus, dengan menggunakan dua cara. Pertama, meningkatkan pengurutan genom menyeluruh atau whole genome sequencing (WGS) sesuai proporsi dan penyelidikan epidemiologi mendalam pada semua atau sebagian besar kasus.

"Vaksinasi juga perlu terus ditingkatkan, mulai dari dosis pertama hingga dosis ketiga atau penguat," katanya. (*)

Baca Juga:

Ahli Epidemiologi: Penyebaran Omicron BA.4 dan BA.5 Berpotensi Jadi Gelombang Ketiga

#Kasus COVID-19 #COVID-19 #Endemi #Kemenkes
Bagikan
Bagikan