Proyek yang Bikin Angkasa Pura Terlilit Gunungan Utang Rp 35 Triliun

Andika PratamaAndika Pratama - Senin, 06 Desember 2021
Proyek yang Bikin Angkasa Pura Terlilit Gunungan Utang Rp 35 Triliun
Suasana bandara YIA Daerah Istimewa Yogyakarta. Foto: MP/Angkasa Pura I BIY

MerahPutih.com - Pembangunan dan pengembangan bandara baru menggerus finansial PT Angkasa Pura. Sayangnya, hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah penumpang yang diharapkan.

Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik Fahmi menuturkan, kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar. Sehingga, AP I tengah terlilit gunungan utang mencapai Rp 35 triliun.

Baca Juga

Angkasa Pura I Catat Penambahan 47,2 Persen Penumpang Sepanjang Oktober 2021

"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura," kata Fahmi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (6/12).

Fahmi menjelaskan, besaran utang tersebut akibat adanya beberapa proyek pengembangan bandara baru di bawah AP I, yakni Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 2,3 triliun.

Kemudian, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang.

Semua biaya perbaikan dan pengembangan dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi. Menurutnya, hal ini untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik.

Sejumlah wisatawan berjalan keluar dari terminal kedatangan di Bandara Internasional Lombok (BIL), Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (17/11). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Sejumlah wisatawan berjalan keluar dari terminal kedatangan di Bandara Internasional Lombok (BIL), Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (17/11). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Di sisi lain, meskipun sudah dilakukan pengembangan dan perbaikan, jumlah penumpang justru menurun. Pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura Airports mencapai 81,5 juta penumpang. Namun ketika pandemi COVID-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang dan pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang.

Sama halnya dengan pendapatan Angkasa Pura I yang terus tergerus. Pada 2019, pendapatan AP I mencapai Rp 8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp 3,9 triliun dan diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.

Baca Juga

Hadapi Cuaca Buruk, Penumpang Pesawat ke Bandara Djuanda Bakal Dialihkan

Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura Airports harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.

"Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi terhadap kinerja Angkasa Pura Airports,yaitu dengan melakukan restrukturisasi operasional dan finansial," katanya.

Perihal pembangunan dan pengembangan bandara, kata Faik, maka secara konsolidasi menambah aset perusahaan. Pada tahun ini, aset akan mencapai maka Rp 44 triliun dari semula Rp 24 triliun di 2017 saat proyek-proyek pengembangan bandara mulai dilaksanakan.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo membeberkan kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero). Ia menjelaskan, perusahaan milik negara itu dalam tekanan berat setelah melakukan pembangunan bandara baru.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka ini sekarang utangnya mencapai Rp 35 triliun. Dan kalau kita rate, loss nya bulanan mereka Rp 200 miliar itu mereka setelah pandemi utangnya bisa Rp 38 triliun," ucap Kartika dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/12).

"Ini kami sedang terus lakukan rasionalisasi-rasionalisasi supaya bisa efisiensi dan memang beban mereka berat sekali karena bandara baru. Ini sebagai komparasi Bandara Kualanamu ini profitable dan udah cukup berumur dan seperti Yogyakarta ini beban berat sekali," lanjutnya. (*)

Baca Juga

Penumpang Pesawat Daerah PPKM Level 1 dan 2, Cuma Tunjukan Hasil Negatif COVID-19

#Angkasa Pura #PT Angkasa Pura I #Pemulihan Ekonomi #BUMN
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan