Media Sosial
Pro Kontra Clubhouse di Kalangan Artis K-Pop
APLIKASI Clubhouse lagi happening banget di Indonesia. Belum keren rasanya kalau belum diundang ke dalamnya. Bahkan yang paling ekstrem ada yang sampai menjual undangannya di lapak virtual. Popularitasnya kemudian semakin melesat saat diramaikan oleh kehadiran sejumlah selebritas terkenal, termasuk para idola Korea Selatan.
Melansir laman Koreaboo, Taeyeon SNSD, Heize, Jae Day6, Mino WiNNER, dan Sandara Park hanyalah segelintir artis K-Pop yang sudah tergabung dalam Clubhouse. Sampai beberapa hari lalu sudah ada lebih dari 20 bintang K-Pop yang iut hype dan menjajalnya.
Baca juga:
Namun, meski banyak yang menyukai fitur unik baru dari aplikasi ini, tak sedikit juga yang ragu-ragu. Sehingga menimbulkan pro dan kontra sendiri di kalangan para idola.
Opini kontra pertama kali disamapikan oleh Kim Ji-hoon, aktor yang terkenal berkat perannya dalam Rich Family's Son dan Flower of Evil. Beberapa waktu lalu, dia menulis unggahan panjang melalui Instagram pribadinya mengenai ruang obrolan virtual itu.
Menurutnya, walaupun Clubhouse adalah platform media sosial paling populer saat ini, aplikasi tersebut hanya menunjukkan sisi mentalitas paling rentan dari personalitas orang modern.
Lebih lanjut, aktor kelahiran 1981 itu menyebut bahwa Clubhouse justru memunculkan dua kategori pengguna, yaitu mereka yang merasa rendah diri dan mereka yang merasa superior atau lebih hebat.
Bagi Ji-hoon ini terjadi karena mungkin mereka yang tidak memiliki akses masuk ke dalamnya jadi merasa tidak berharga. Sebab mereka tidak bisa bergabung dengan kelompok elit pembuat opini.
Sementara di sisi berlawanan, ada yang memanfaatkan Clubhouse untuk mencari pengakuan diri dari orang lain. Tujuannya untuk membuat diri merasa lebih istimewa dan berbeda yang akhirnya memicu perasaan superior.
Baca juga:
Sentimen serupa juga diungkapkan oleh rapper DinDin yang dikenal berkat penampilannya di variety show. Dalam acara radio SBS, DinDin menyadari bahwa aplikasi yang diluncurkan pada Maret 2020 lalu itu memang memiliki sejumlah kelebihan. Selain dapat memperluas komunikasi, Clubhouse memungkinkan orang dari seluruh dunia untuk saling bertukar pikiran.
Akan tetapi, menurutnya ruang Clubhouse adalah sekelompok kecil orang yang hanya berbicara satu sama lain tanpa memberi kesempatan kepada yang lainnya untuk berbicara. Tak lupa dia menyampaikan kritikan pedas terkait penjualan undangan Clubhouse.
DinDin sempat mendengar bahwa undangan aplikasi ini dijual secara online seharga 20 ribu won (Rp253 ribu). Baginya, hal ini mengingatkan kita pada aristokrat yang ingin tergabung dalam golongan kelas atas. Ia mendeskripsikan fenonema ini sebagai suatu hal yang menyedihkan untuk disaksikan serta sebagai gambaran kelas atas dan bawah di abad ke-21.
Pendapat ini didapatkannya saat dia mencoba membuat room sendiri. Namun ada beberapa kenalannya yang menyarankannya untuk tidak menerima orang biasa. "Saya pikir cara berpikirnya sangat otoriter dan menjengkelkan", terangnya. (sam)
Baca juga: