PEKAN Raya Jakata (PRJ) pertama kali digelar di kawasan Monas pada tanggal 5 Juni hingga 20 Juli di tahun 1968. Kala itu PRJ dibuka oleh Presiden Suharto dengan melepas merpati pos. PRJ pertama disebut juga dengan DF yang merupakan singkatan Djakarta Fair (ejaan lama).
Baca Juga:
2021 Menandakan Dua Tahun HUT DKI Jakarta Tanpa Kehadiran Jakarta Fair
Kemudian seiring berjalannya waktu, ejaan itu berubah menjadi Jakarta Fair, yang populer dengan sebutan Pekan Raya Jakarta. Ide PRJ digagas pertama kali oleh Syamsudin Mangan yang kala itu menjabat sebagai Ketua KADIN (Kamar Dagang Industri). Pria yang lebih dikenal dengan nama Haji Mangan itu, mengusulkan suatu ajang pameran terbesar untuk meningkatkan pemasaran produksi dalam negeri yang mulai bangkit, setelah G30S/1965 kepada Gubernur DKI yang dijabat oleh Ali Sadikin di tahun 1967.

Gagasan disambut baik, karena Pemerintah DKI pun ingin membuat pameran besar secara terpusat. Ini merupakan upaya menyatukan berbagai pasar malam yang kala itu masih menyebar di sejumlah wilayah Jakarta. Salah satunya Pasar Malam Gambir yang setiap tahun berlangsung di bekas Lapangan Ikada, yang juga merupakan inspirasi dari PRJ.
PRJ 1968 bisa dikatakan cukup sukses, mampu menarik pengunjung sedikitnya 1,4 juta orang. Seiring berjalannya waktu, gelaran PRJ atau Jakarta Fair dari tahun ke tahun terus berkembang pesat. Dari awalnya sekadar pasar malam, kini bermutasi menjadi ajang pameran modern menampilkan beragam produk. Area yang digunakan pun bertambah, dari hanya 7 hektare di area Monas. Kemudian dipindah ke kawasan Kemayoran Jakarta pusat sejak tahun 1992 dengan luas area 44 hektare. (Ryn)
Baca Juga:
Media Daring Permudah Akses Pembaca ke Karya Satra