MerahPutih.com - Perang Rusia dengan Ukraina hingga kini masih berlangsung. Perang telah terjadi kurang lebih tiga bulan sejak penyerangan Rusia ke wilayah Ukraina pada 24 Februari lalu.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan, konflik antara Rusia dan Ukraina memberikan tekanan besar terhadap ekonomi global terutama pada negara miskin dan berpenghasilan rendah.
"Dampak dari berbagai tindakan dalam merespons krisis geopolitik konflik Ukraina dan Rusia berdampak pada negara-negara di dunia terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan miskin," katanya, dalam G20 Side Event Virtual Seminar di Jakarta, Rabu (25/5).
Baca Juga:
Bali Berharap KTT G20 Jadi Momentum Kebangkitan Pariwisata
Febrio menjelaskan hal itu terjadi karena sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara besar terhadap Rusia telah memberikan tekanan pada perdagangan global.
Tekanan tersebut menciptakan gangguan pasokan dan meningkatkan inflasi yang akhirnya berdampak pada negara-negara di dunia terutama berpenghasilan rendah dan miskin.
"Kami telah melihat harga komoditas global termasuk makanan dan energi melonjak sebagai dampak tambahan pada rantai pasokan global," ujarnya, seperti dikutip Antara.
Situasi geopolitik yang semakin pelik ini pun telah berdampak pada pasar mata uang dan stabilitas ekonomi, bahkan merusak pemulihan banyak negara yang sebelumnya sudah terjadi.
Tekanan utang di negara-negara berpenghasilan rendah dan miskin juga meningkat signifikan akibat kenaikan harga komoditas global.
Baca Juga:
Eksistensi G20 Dipertanyakan Karena Perang di Ukraina
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pun memperkirakan ekonomi global akan turun satu persen jika konflik berkepanjangan dan inflasi akan meningkat 2,5 persen.
IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini sebesar 0,8 persen dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen.
Sementara, inflasi negara-negara maju diproyeksikan meningkat sebesar 1,8 persen sementara negara berkembang meningkat sebesar 2,8 persen.
Oleh sebab itu, Febrio menegaskan Presidensi G20 Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjawab tantangan serta risiko kondisi ekonomi global dan regional.
Menurutnya, berbagai risiko global ini akan mampu dilewati bersama sebagaimana pandemi COVID-19 telah membuat dunia menjadi semakin terhubung dan bergantung.
"Kami belajar bahwa ekonomi kita tertekan karena pandemi COVID-19. Namun kerja sama internasional yang kuat terbukti lebih penting dalam mengatasi tantangan ini," tegasnya. (*)
Baca Juga:
Bus Listrik Merah Putih Buatan ITS Untuk KTT G20 Rampung Oktober 2022