Pranawengrum Katamsi, Irama Hidup Ibu Seriosa Indonesia

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Senin, 04 September 2017
Pranawengrum Katamsi, Irama Hidup Ibu Seriosa Indonesia
Pranawengru Katamsi 'Ibu Seriosa Indonesia'. (istimewa)

PECINTA musik seriosa Indonesia tak lagi bisa menikmati secara langsung suara soprano khas Pranawengrum Katamsi. Penampilan terakhir ‘Ibu Seriosa Indonesia” terjadi pada 20 Juli 2001 silam, ketika pagelaran “Konser Seriosa Indonesia” memperingati 40 tahun karir bernyanyi perempuan kelahiran Yogyakarta, 28 Maret 1943.

Seisi auditorium Erasmus Huis sontak tersihir kala Bu Rum, sapaan akrab istri Amoroso Katamsi, membawakan lagu Gugur Bunga gubahan komposer Ismail Marjuki. Dia pun ikut larut. Matanya sembab.

Pada bagian kedua lagu, “Pranawengrum tampak disergap keharuan sangat, sehingga genangan air mata sempat menghentikan sejenak nyanyiannya,” tulis Ninok Leksono, Kompas, 22 Juni 2001.

Di pengujung acara, komponis H Mutahar, penggubah lagu Hari Merdeka, mengalungankan selendang hijau dan rangkaian melati ke leher Rum, seraya menabalkannya sebagai ‘Ibu Seriosa Indonesia’.

Meski haru tak lagi bisa melihat musik seriosa Indonesia kembali semarak seperti masa jaya pada tahun 1950-1960-an, ada harapan cerah bagi kemunculan generasi penerus seriosa, Binu Sukaman dan putri bungsunya, Ratna Kusumaningrum atau lebih tersohor disebut Aning Katamsi.

Muda-mudi tersebut kini bertugas meneruskan tongkat estafet solis seriosa. Di usia muda pun, Pranawengrum Katamsi memulai kecintaan terhadap jenis musik seriosa.

Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Kepala Sekolah BOPKRI II Yogyakarta, Nathanael Daldjoeni juga seorang penggubah lagu, merupakan orang pertama mencium bakat seni vokal Pranawengrum.

“Di situ (SMA BOPKRI II) saya mulai mendengar dan mengenal seriosa. Lho, kok indah,” ungkap Bu Rum, dikutip Kompas, 5 September 2001.

Dorongan sang kepala sekolah, membuat putri pasangan RM Surachmad Padmorahardjo dan Oemi Salamah, memberanikan diri mengikuti lomba nyanyi pelajar se-Indonesia jenis seriosa pada tahun 1961. Gadis berambut panjang beralamat di jalan Purwanggan, Yogyakarta, tersebut keluar sebagai juara pertama.

Rasa percaya diri Rum mulai terbentuk. Dia memberanikan diri mengikuti dan menjadi juara dua pada pemilihan Bintang Radio tingkat lokal Yogyakarta. Dari sana, Rum kembali berangat ke Jakarta untuk bertanding pada ajang serupa tingkat nasional, meski hanya sampai tingkat final.

Setahun berselang, dia kembali mengikuti ajang Bintang Radio RRI tingkat nasional, namun hanya menjadi juara harapan. Sepulang dari ibukota, Rum berkenalan dengan komposer Nortier Simanungkalit. Olah suara Rum lantas digenjot di bawah asuhannya.

Nortier memiliki insting bila Rum akan menjadi penyanyi seriosa besar, selaik para senior di dunia seriosa, sebut saja Surti Suwandi, Sunarti Suwandi, Nani Yosodiningrat, dan Kusmini Projolalito.

Terbukti, saat menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (FISIP UGM), Rum meraih juara pertama pada Pekan Kesenian Mahasiswa seluruh Indonesia, di Denpasar, Bali.

Selama di Yogyakarta, selain berguru kepada Nortier, Rum belajar seriosa kepada para komposer ternama, seperti R Suwandi, Suthasoma, dan Kusbini. Dia pun rajin menyerap ilmu seriosa dan piawai mengolah suara soprano.

Tak heran bila ajang Bintang Radio dan Televisi mutlak menjadi miliknya; antara lain memenangi juara pertama tujuh kali, beruntun pada 1964-1966, lalu pada 1968, 1974-1975, dan 1980. Berkat capaian tertinggi pada ajang tersebut, Pranawengrum mendapat anugerah Piala WR Supratman.

Setelah keluarga Katamsi hijrah ke ibukota Jakarta, guru menyanyinya bertambah. Dia mendapat
arahan vokal langsung Pranandjaja, FX Sutopo, Sunarto Sunaryo, dan Anette Frambach.

Selain merambah ajang Bintang Radio dan Televisi, pengalaman naik pentas Rum sangat beragam. Dia pernah ikut serta pada rombongan seniman asuhan Pangdam Diponegoro Mayjen Surono pada suatu konser Bandung-Jakarta, ketika anak pertama Rum, Ratna Arumasari, baru berumur dua bulan.

Dia pun pernah tampil bersama rombongan La Grande Opera, Twilite Orchestra, Orkes Remaja Bina Musik, dan Orkes Simponi Jakarta. Bahkan, pada suatu kesempatan pernah pula diiringi oleh anak sulungnya, Ratna sebagai pemain piano.

Putra-putri Rum memang mengalir darah musik sangat kental. Selain Ratna, anak lelaki satu-satunya, Dody Keswara Kartikajaya atau biasa diasapa Dody Katamsi, dikenal luas sebagai penyanyi rock, sementara anak bungusnya, Ratna Kusumaningrum atau karib disapa Aning Katamsi, menjadi soprano dan menggeluti jejak sang ibu di dunia seriosa.

Setahun usai pementasan peringatan 40 tahun karir di dunia seriosa, kesehatan Bu Rum semakin menurun. Dia sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Jakarta Pusat, lantaran gagal ginjal kemudian komplikasi paru dan jantung.

Senin, 4 September 2002, pukul 13.50, ‘Ibu Seriosa Indonesia’ menghembuskan nafas terakhir. Jenazah kemudian disemayamkan di rumah keluarga, Jalan Kamper 9, Komplek Angkatan Laut Pangkalan Jati, dan dikebumikan di pemakaman umum Pangkalan Jati.

Sebelas tahun paska-kepegian Bu Rum, cita-cita kembali membuat semarak musik seriosa masih menjadi impian untuk diwujudkan kepada generasi penerus. (*)

#Seriosa #Penyanyi Seriosa #Pranawengrum Katamsi
Bagikan
Bagikan