Prajurit TNI Gugur di Kongo, KSAD Andika Tunggu Kronologi dari Mabes TNI
MerahPutih.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menilai, prajurit TNI Serma Rama Wahyudi yang gugur dalam misi perdamaian di Republik Demokratik Kongo, bakal dijadikan evaluasi. Menurut Andika, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Mabes TNI.
"Kami ingin mendapat kronologi yang sebenarnya, sehingga kita bisa evaluasi apa yang sebenarnya yang terjadi sehingga walaupun kami hanya menyiapkan personel tapi penugasan semuanya dari Mabes TNI, kita bisa menyiapkan mereka (prajurit) lebih siap," kata Andika kepada wartawan di Mabes AD, Jalan Veteran, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (24/6).
Baca Juga
Pemulangan jenazah Serma Rama Wahyudi, kata Andika, akan diurus oleh Mabes TNI. Sebab, para prajurit TNI yang tergabung dalam misi perdamaian itu diberangkatkan oleh Mabes TNI.
"Kalau pengurusan jelas dari Mabes TNI, karena memang operasi mereka yang menggelar mereka yang merencanakan, kemudian menyiapkan, menganggarkan mereka kami tetapi juga proaktif artinya kita sudah berhubungan dndgan keluarga dengan satuannya," jelasnya.
Ia mengaku berduka atas insiden tersebut. Andika masih menunggu kronologi lengkap peristiwa tersebut. TNI AD menyiapkan pasukan untuk misi perdamaian. Namun, untuk penugasan semua atas perintah Mabes TNI.
“Sehingga walaupun kami hanya menyiapkan personel, tapi penugasan semuanya dari Mabes TNI, kita bisa menyiapkan mereka (prajurit) lebih siap," kata Andika dengan kacamata hitamnya.
Berdasarkan data sementara, ia mengatakan, ada prajurit TNI lain yang mengalami luka-luka dalam serangan tersebut.
"Satu yang meninggal, tapi satu itu luka. Ya mudah-mudahan masih ada harapan untuk pulih," kata Andika
Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan itu, yang katanya dilakukan oleh "tersangka anggota ADF" yakni Pasukan Sekutu Demokrat, sebuah kelompok bersenjata terkenal di timur negara tersebut.
Tentara itu telah mengambil bagian dalam proyek untuk membangun jembatan di daerah Hululu. ADF adalah gerakan Muslim terutama yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an, yang menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni.
Baca Juga
Mengintip Pasukan Perdamaian PBB Asal Indonesia Rayakan HUT RI
Menurut catatan PBB, gerakan tersebut telah menewaskan lebih dari 500 orang sejak akhir Oktober, ketika tentara Kongo melancarkan serangan terhadapnya.
ADF menewaskan 15 tentara PBB di pangkalan mereka di dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan tujuh lainnya dalam serangan pada Desember 2018. (Knu)