Ketika Prabowo Keseleo Lidah dan Memusuhi Wartawan

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Senin, 10 Desember 2018
Ketika Prabowo Keseleo Lidah dan Memusuhi Wartawan
Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa (tengah) (ist)

Merahputih.com - Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa melihat pihak dibelakang layar Prabowo yang menggunakan strategi memaksakan diri tampil Islamis justru membuat blunder. Akhirnya, kata dia, berujung keseleo lidahnya salah mengucapkan gelar Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

"Allah telah membuka kedok Prabowo di depan jutaan umat Islam dalam reuni 212. Prabowo harus minta maaf ke seluruh umat Islam di dunia. Lebih baik diam dan tampil apa adanya, jangan memaksakan diri untuk tampil Islami," tegas Willy Prakarsa saat diskusi 'Usai Keseleo Lidah 'Hulaihi', Prabowo Cari Penyakit... Mencak-Mencak ke Wartawan' di kawasan Menteng, Minggu (9/12).

Willy juga menyayangkan Prabowo yang akhir-akhir ini makin emosional dan meledak-ledak. Terakhir dia mencak-mencak ke wartawan.

Bahkan menyebut wartawan antek penghancur NKRI. Pasalnya, Ketum Gerindra ini kesal lantaran semua media tidak meliput dan menulis reuni 212 yang menurutnya dihadiri 11 juta orang lebih.

"Prabowo mengulangi kembali kesalahannya dengan memusuhi wartawan. Jangan bungkam media. Ini baru Capres sudah musuhi wartawan gimana jadi Presiden," tambah dia.

Presiden Majelis Dzikir RI 1 Habib Salim Jindan Baharun juga sependapat yang menyarankan Prabowo meminta maaf karena keseleo menyampaikan gelar Nabi Muhammad. "Tapi yang disayangkan dan sedih melihat kami mendengar cerita pada saat ini ternyata beliau keseleo dalam menyampaikan SAW. Wajar karena beliau bukan ahli ibadah tapi alangkah wajib nya melakukan minta maaf," kata Habib Salim.

Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa. Foto: MP/Gomes

"Kemarin sudah keseleo karena kasus Ratna. Ini sama kasusnya belum tabayyun tiba-tiba sudah marah-marah. Allah telah memperlihatkan kembali," tambah Habib Salim lagi.

Habib Salim juga merasa sedih dengan sikap Prabowo yang kesal ke wartawan. Katanya, sikap Prabowo tidak mencerminkan calon pemimpin besar.

"Kita harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat apa lagi calon pemimpin. Agama bisa menghiasi jika kita bisa memberikan contoh yang benar," ujar Habib Salim.

Hal senada juga dilontarkan Pengamat Politik IPI Karyono Wibowo yang mempersoalkan adanya upaya sistematis menggunakan agama sebagai komoditas politik seperti yang terjadi Pilpres 2019.

"Yang patut di persoalkan adalah adanya upaya yang terstruktur ada pihak yang mengunakan SARA sebagai komoditas politik. Sekali lagi saya juga ingatkan agar Prabowo untuk tidak memaksakan diri tampil Islami, jadinya keseleo lidah," kata Karyono.

Prabowo berbicara kepada emak-emak untuk awasi DPT siluman
Prabowo bersama ratusan emak-emak di Hambalang, Bogor, Jawa Barat (Divisi Komunikasi dan Media BPN Prabowo-Sandi)

Karyono juga mengecam pernyataan Prabowo yang mendeskriditkan wartawan. Menurutnya, ocehan Prabowo bisa dipahami sebagai ancaman kebebasan pers. Pernyataan Prabowo sangat tendensius dan penghinaan bagi wartawan.

"Jika mengingat Pernyataan Prabowo yang sering menyerang pers maka saya khawatir jika Indonesia dipimpin orang seperti Prabowo bisa melahirkan kebijakan pembredelan pers seperti di zaman orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto yang notabene adalah mantan mertua Prabowo," cetusnya. (*)

#Prabowo Subianto
Bagikan
Bagikan